Minggu, 16 November 2014

60. Variasi baru munbiljet 2,5 Gulden 1919

Beberapa saat yang lalu saya memenangkan sejumlah lot dari lelang MPO di Belanda. Salah satunya yang cukup menarik yaitu pecahan munbiljet 2,5 Gulden 1919 atau yang biasa disebut seri munbiljet Ratu Wilhelmina (muda). Saya sebutkan lot tersebut menarik karena kondisinya sangat baik, hanya ada satu lipatan tunggal tepat di bagian tengah sehingga digolongkan oleh balai lelang tersebut sebagai Pr (Prachtig) atau Extremely Fine. 

Munbiljet 2,5 Gulden 1919, kondisi EF

Tetapi bukan semata-mata hanya kondisinya yang membuat saya berjuang untuk memenangkan lot tersebut. Ada suatu hal lagi yang sangat istimewa........ 
Apakah ada diantara teman-teman yang mengetahuinya? Perhatikan gambar di atas dengan teliti dan bandingkan dengan gambar yang ada di website ini yaitu di bagian 1919-1920 seri Munbiljet I.


Sebagaimana kita ketahui issued note seri ini terdiri dari 2 variasi yaitu tanda tangan Talman 27 mm dan 21 mm atau lengkapnya :

Pecahan 2,5 gulden
a. Talman 27 mm, signature title overprint (1919)
b. Talman 21 mm, signature title printed (1919-1920)
s. Specimen
p. Proof

Variasi pertama (a) yaitu Talman 27 mm, signature title nya berupa overprint bertulisan President and Directeuren van de Javasche Bank. Perhatikan huruf besarnya (kapital) hanya pada P, D, J dan B. Tetapi pada uang di atas tulisan tersebut terdiri dari huruf besar semua yaitu  PRESIDENT EN DIRECTEUREN VAN DE JAVASCHE BANK

Perhatikan gambar berikut :





Dengan ditemukannya variasi kecil ini maka keterangan pada katalog harus diubah lagi :

Pecahan 2,5 Gulden

a. Talman 27 mm, signature title overprint (1919)
   1. PRESIDENT EN DIRECTEUREN VAN DE JAVASCHE BANK
   2. President and Directeuren van de Javasche Bank
b. Talman 21 mm, signature title printed (1919-1920)
s. Specimen
p. Proof

Pertanyaan berikutnya, yang manakah yang dicetak lebih dulu, apakah variasi a1 atau a2 ? 

Dan apakah variasi ini juga ditemukan pada pecahan 1 Gulden? 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita melihat beberapa gambar berikut :


 Variasi a1 memiliki prefix CC

Variasi a2 memiliki prefix CK

Dari kedua gambar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa variasi a1 yang memiliki prefix lebih awal (CC) dicetak terlebih dahulu daripada variasi a2 (CK). 

Selesaikah semuanya?
Ternyata belum. Dengan adanya penemuan baru, ada lagi permasalahan baru, coba anda perhatikan tanggal kedua variasi tersebut. Perbesar gambar di bawah :

Perhatikan tanggal kedua variasi tersebut


Tanggal kedua variasi tersebut ternyata sama yaitu 4 Augustus 1919.

Menurut Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo, tidak seperti pecahan besar yang hanya dicetak satu prefix perhari, pecahan kecil uang-uang Neth Indies karena dibutuhkan dalam jumlah besar maka dicetak banyak prefix perharinya (akan dibahas pada kesempatan lain). Jadi tidak heran jika prefix CC bertanggal sama dengan CK. yaitu 4 Augustus 1919. Tetapi yang menjadi permasalahan mengapa uang yang dicetak pada tanggal yang sama bisa memiliki variasi yang berbeda? 

Untuk bisa menjawab permasalahan tersebut kita memerlukan data pendukung lagi yaitu prefix sebelum CC. Bila prefix sebelum CC semuanya jenis a1 maka dapat disimpulkan variasi tersebut memang benar-benar ada, tetapi bila sebaliknya maka ada kemungkinan variasi a1 adalah variasi salah stempel (bukan salah cetak karena tulisan tersebut sepertinya dibuat dengan cara distempel, bukan dicetak). 
Sayangnya saya tidak memiliki satupun gambar atau data dari prefix sebelum CC, jadi untuk itu mohon bantuan teman-teman sekalian.

Untuk pecahan 1 Gulden seperti yang disebutkan oleh teman kita yang sangat jeli dari Surabaya yaitu mas Rocky, ternyata dari prefix-prefix awal yang berkepala A tidak atau tepatnya belum ditemukan variasi dengan huruf besar semua. Jadi besar kemungkinan variasi yang kita bicarakan ini hanya terdapat pada pecahan 2,5 Gulden.

Maka susunan pada katalog menjadi :

Pecahan 1 Gulden
a. Talman 27 mm, signature title overprint (1919)
   1. PRESIDENT EN DIRECTEUREN VAN DE JAVASCHE BANK
   2. President and Directeuren van de Javasche Bank
b. Talman 21 mm, signature title printed (1919-1920)
s. Specimen
p. Proof

Pecahan 2,5 Gulden
a. Talman 27 mm, signature title overprint (1919)
b. Talman 21 mm, signature title printed (1919-1920)
s. Specimen
p. Proof


Apakah susunan di atas sudah tidak akan berubah? Saya tidak yakin demikian. Penemuan-penemuan baru akan selalu ada, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara kita. Ditunggu saran, kritik dan tentu sumbangan gambar untuk prefix2 lainnya.

Sebagai tambahan saya lampirkan informasi dari uang ini sewaktu akan diterbitkan tahun 1919 diambil dari buku Javasche Bank jilid II (1828-1928). 






















































































Pada Artikel 1 dikatakan bahwa uang kertas yang akan dikeluarkan berupa pecahan 2,5 dan 1 Gulden. Masing-masing akan dicetak paling banyak 5 juta Gulden.
Artinya pecahan 1 Gulden paling banyak akan dicetak sebanyak 5 juta lembar dan pecahan 2,5 Gulden sebanyak 2 juta lembar. Tidak heran kelangkaan pecahan 2,5 Gulden sekitar 2 kali lipat pecahan 1 Gulden.

Pada Artikel 2 disebutkan ukuran uang yaitu 12,7 cm x 7,6 cm dan mencantumkan tulisan serta ciri-ciri gambar seperti yang dijelaskan.

Artikel 3 berisi keterangan dan ciri-ciri pecahan 1 Gulden yang berwarna hitam serta penomoran yang terdiri dari 2 huruf dan angka dari 000001 sampai dengan 100000. Serta pemberian tanggal dan stempel penandatangan dari Directeur van Financien serta President en Directeuren van De Javasche Bank (perhatikan huruf besarnya hanya pada Permulaan kata) 

Artikel-artikel lainnya berisi informasi yang sangat berguna, tetapi sayangnya dalam bahasa Belanda. Jadi mohon bantuan teman-teman yang mengerti. Keterangan tersebut dikeluarkan pada 18 juli 1919, sekitar 2 minggu sebelum uang diedarkan yaitu tanggal 1 Agustus 1919 untuk pecahan 1 Gulden dan 4 Agustus 1919 untuk pecahan 2,5 Gulden.


Semoga bermanfaat
Jakarta 21 Desember 2014

   

















61. Emisi 1999


Akibat krisis 1998 banyak orang yang memilih untuk menjual asetnya, mereka merasa lebih aman bila memegang uang tunai. Cadangan uang tunai di bank-bank menipis akibat penarikan dana secara besar-besaran ditambah lagi penolakan masyarakat terhadap uang-uang yang berlaku saat itu yaitu pecahan 50.000 Rupiah bergambar pak Harto.


Pecahan terbesar yang beredar saat itu adalah 50 ribu Rupiah yang bergambar pak Harto (kertas emisi 1993 dan 1995 serta plastik emisi 1993) mengalami penolakan dimana-mana karena mengingatkan akan rezim Orde Baru yang baru saja direformasi. Pecahan itu segera diganti pada tanggal 1 Juni 1999 dengan pecahan baru yang dapat mempersatukan kembali rakyat Indonesia yang saat itu tercabik-cabik. Desain uang kertas baru dipilih yang bisa mempersatukan kembali negara Indonesia yaitu gambar tokoh pencipta lagu kebangsaan kita Wage Rudolf Supratman di bagian depan dan pengibaran bendera Merah Putih  yang melambangkan persatuan negara Indonesia di bagian belakang.


Dengan cepat masyarakat menerima uang kertas baru ini dan berbondong-bondong menukarnya dengan pecahan Rp50.000 bergambar Suharto. Tetapi peredaran uang ini masih belum mencukupi kebutuhan, apalagi ditambah kekhawatiran millenium bugs Y2K yaitu kekhawatiran gangguan sistem komputer akibat pergantian millenium. Karena itu BI harus bertindak cepat dan mempertimbangkan untuk menaikkan cadangan uang kertasnya secara signifikans. Salah satu caranya adalah dengan mencetak uang bernominal besar, yang lebih besar lagi dari pecahan 50.000 Rupiah yang beredar saat itu.
Dipilihlah uang kertas dengan nominal terbesar yang pernah dicetak oleh BI yaitu pecahan 100.000 Rupiah.

Pemilihan gambar nominal terbesar ini harus bisa diterima oleh seluruh kelompok masyarakat Indonesia. Karena itu tidak ada pilihan lain selain tokoh proklamator sekaligus pemersatu negara kita yaitu Sukarno Hatta lengkap dengan text proklamasi yang terletak tepat di tengah uang bagian depan. Bagian belakang dipilih gambar gedung MPR-DPR tempat dimulainya era reformasi.


Secara tidak langsung gambar pada uang ini menggambarkan dengan sangat baik situasi pasca krisis 1998 dimana dibutuhkan tokoh pemersatu yang mengingatkan kita kembali dengan tujuan proklamasi, wakil rakyat dan pemerintahan yang pro reformasi, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang digambarkan  dengan padi dan kapas sebagai 'sepasang daun' penyanggah bunga matahari berwarna merah terang yang melambangkan bangkitnya dan bersinarnya kembali negara Indonesia setelah tepuruk akibat krisis tersebut.


Seperti telah disinggung di atas bahwa salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran millenium bugs adalah dengan menambah stok uang tunai, maka banyak negara-negara di dunia pada saat hampir bersamaan berbondong-bondong mencetak uang kertas. Harga kertas sebagai bahan baku utama menjadi langka dan sudah pasti  mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Karena itulah Bank Indonesia mulai melirik bahan polymer (plastik) sebagai pengganti kertas untuk mencetak uang ini. Apalagi BI telah berpengalaman dalam memakai bahan ini pada uang emisi Rp50.000 Suharto, bahkan emisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara ke 6 di dunia yang menggunakan uang polymer setelah Australia, Singapore, Samoa, Papua New Guinea dan Kuwait.

Pilihan pencetaknyapun telah ditetapkan, yaitu Note Printing Australia (NPA) yang telah  berpengalaman dalam mencetak emisi 1993 Rp50.000 polymer Suharto serta Note Printing Works of the Bank of Thailand (NPW). Uang ini tidak dicetak oleh Peruri mengingat belum berpengalaman dalam mencetak uang polymer serta membanjirnya pesanan untuk mencetak emisi-emisi yang lebih kecil.


Karena uang ini dicetak oleh percetakan asing  (NPA dan NPW) maka tentu memiliki aturan penomoran dan seri pengganti yang berbeda dibandingkan yang dicetak oleh Perum Peruri.

Pertanyaan 1.
Sebagaimana kita ketahui seri pengganti untuk uang-uang cetakan Perum Peruri adalah pemakaian huruf pertama X, maka apakah  teman-teman ada yang mengetahui apa yang digunakan oleh NPA dan NPW untuk seri pengganti uang ini?
Silahkan pilih salah satu jawaban di bawah ini :
a. Sama seperti Peruri yaitu X
b. Pemakaian angka tertentu misalnya 9 sebagai angka paling depan
c. Pemakaian huruf tertentu selain X misalnya Z sebagai huruf paling depan
d. Tidak ada seri pengganti

Pertanyaan 2.
Apakah teman-teman mengetahui bagaimana cara membedakan uang yang dicetak oleh NPA dengan NPW?
a. Berdasarkan prefixnya
b. Berdasarkan nomor serinya
c. Tanda airnya berbeda
d. Tidak ada bedanya

Untuk bisa menjawab pertanyaan di atas kita harus mengumpulkan banyak sampel dan menganalisanya:


Jawaban pertanyaan 1 :
Fakta pertama, uang yang terdiri dari 3 huruf dan 6 angka ini, huruf pertamanya selalu  A.

.
Fakta kedua, huruf kedua dan ketiga terpakai semua dari A sampai dengan Z termasuk X.


Jadi huruf X ditemukan baik pada huruf kedua maupun ketiga bersamaan dengan berbagai huruf lainnya.



Karena itu dapat disimpulkan bahwa huruf X bukanlah merupakan seri pengganti dan dipakai seperti huruf-huruf lainnya. Jawaban a dan c pada pertanyaan 1 sudah pasti salah.

Fakta ketiga, angka pertama pada nomor seri uang ini menggunakan semua angka dari 0 sd 9. Huruf A sd Z baik yang terletak pada huruf kedua maupun ketiga dapat ditemukan bersamaan dengan angka pertama 0 sd 9. Tidak ada ciri atau tanda-tanda khusus yang menandakan bahwa angka tertentu merupakan seri pengganti. Dengan demikian jawaban b juga salah



Hanya tersisa satu jawaban yaitu d. Tidak ada seri pengganti. Apakah benar demikian? Mari kita lihat buktinya :

Bukti pertama : Pada buku katalog World Polymer Banknotes terbitan afterHOURS tidak disebutkan apapun tentang seri pengganti pada uang ini. Tidak seperti uang polymer China dimana huruf I merupakan seri pengganti.  

Bukti kedua : Semua uang-uang plastik atau polymer Australia cetakan NPA tidak terdapat seri pengganti

Bukti ketiga : Gepokan uang lain berisi 100 lembar utuh yang lengkap dengan segel asli selalu dimulai dari xxx001 dan berakhir xxx100. Tetapi pada gepokan uang ini tidak pernah ditemukan demikian. Awal dan akhirnya merupakan angka acak, hal ini menandakan bahwa bila ada uang yang rusak tidak digantikan dengan uang seri pengganti tetapi dilanjutkan terus dengan uang berikutnya yang tidak rusak.
Contoh :
Pada pecahan lain satu gepok utuh dimulai dari ABC 376001 dst sampai dengan ABC 376100. Bila nomor ABC 376055 rusak maka diganti dengan uang lain dengan prefix X, misal XAD 100349 sehingga awal dari gepokan tersebut selalu dimulai dengan 001 dan berakhir dengan 100. Sebaliknya pada uang 100.000 polymer ini bila nomor 005 rusak maka dari 004 langsung ke 006 sehingga pada gepokan uang ini tidak ditemukan urut dari 001 sd 100 melainkan tidak beraturan. Perhatikan gambar di bawah yang diambil dari gepokan berisi 100 lembar utuh dengan segel asli dari bank. nomor seri dimulai dari ASV 677580 dan berakhir di ASV 677679. 



Berdasarkan semua bukti di atas dapat diambil kesimpulan bahwa uang ini TIDAK MEMILIKI seri pengganti.


Jawaban pertanyaan 2 :

Sebagaimana telah disebut di atas, uang polymer ini dicetak oleh 2 pencetak yaitu NPA dari Australia dan NPW dari Thailand. Para kolektor polymer yang tersebar di berbagai negara termasuk juga teman-teman kita yang berasal dari Indonesia  berusaha keras untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara  keduanya. Tetapi walaupun telah diamati dengan sangat teliti, tidak seorangpun yang berhasil menemukan perbedaannya. Satu-satunya cara terbaik untuk membedakan keduanya secara visual hanya dengan nomor serinya. Perhatikan gambar dan keterangan di bawah.

Pada lelang-lelang lokal maupun internasional, bentuk SPECIMEN dari uang ini telah beberapa kali ditampilkan. Di Java Auction tahun 2009 terdapat satu lot yang ditawarkan seharga 10 juta Rupiah.

Perhatikan nomor serinya : AAA 000000 serta stempel SPECIMEN yang kecil di bagian depan.


Di bagian belakang terdapat tulisan TIDAK BERLAKU berwarna merah yang berukuran besar dan melintang.

Tetapi selain specimen AAA, ternyata ditemukan juga specimen lainnya yang memiliki prefix berbeda yaitu APx. Perhatikan gambar berikut yang diambil dari www.polymernotes.org :


SPECIMEN APx ini (pada gambar memiliki prefix APM) tidak memiliki ciri-ciri seperti SPECIMEN AAA sehingga diasumsikan keduanya adalah tipe yang berbeda. Karena itu website www.polymernotes.org membedakan pencetak uang ini berdasarkan nomor serinya atau tepatnya berdasarkan prefixnya.
Prefix dari AAA sampai APA dicetak oleh NPA sedangkan prefix APA ke atas dicetak oleh NPW.  

Tentu kita tidak puas dengan kesimpulan tersebut, apa benar perbedaan keduanya hanya berdasarkan prefix? APA ke bawah dicetak oleh NPA sedangkan mulai APA keatas oleh NPW. Pencetak yang berbeda pasti akan memiliki ciri-ciri yang berbeda, baik gradasi warnanya, kualitas bahannya atau lainnya.  Apalagi ada isue yang mengatakan kalau kualitas cetakan NPW tidak sebaik NPA. Karena itu mari kita cari dengan lebih teliti lagi. Penemuan perbedaan sekecil apapun akan sangat membantu apalagi uang ini dikumpulkan oleh para penggemar uang polymer dari seluruh dunia. 

Informasi tambahan :

Karena huruf pertama pada nomor seri hanya terdiri dari huruf A sedangkan huruf kedua dan ketiga mempergunakan huruf A sampai dengan Z.  Dan angka yang dipakai adalah 6 angka penuh dari 0 sampai dengan 9, maka kita dapat menghitung atau memperkirakan :

1. Jumlah cetak uang ini :
AAA sd AZZ = 26 x 26 x 999999 = 676 juta lembar = 67,6 triliun Rupiah (belum dikurangi sekian persen untuk yang salah cetak  sehingga tidak layak edar). Bandingkan dengan laporan resmi dari BI yang menyatakan bahwa uang ini dicetak sekitar 50 triliun Rupiah. 

2. Jumlah nomor cantik uang ini :
Yang dimaksud cantik adalah nomor kembar dari 111111, 222222, 333333 sampai dengan 999999 :
AAA sampai dengan AZZ terdapat sebanyak 26 x 26 lembar = 676. Jadi masing-masing nomor cantik tersebut dicetak sebanyak 676 lembar. Berapa banyak yang selamat dan tersisa sampai saat ini tentu tidak kita ketahui, tetapi yang pasti walaupun keseluruhan 676 lembar selamat semuanya, jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan jumlah penggemar nomor cantik yang tersebar di seluruh dunia. Tidak heran nomor cantik uang ini mengalami kenaikan harga yang sangat pesat, pada lelang JA tahun 2009 telah mencapai kisaran 2 sampai dengan 3 juta Rupiah perlembarnya.  
Bila anda berminat, anda harus bertindak cepat................ !!


Semoga artikel ini bermanfaat

Jakarta 24 Desember 2014
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
www.polymernotes.org
Koleksi teman-teman kolektor
Museum BI
Katalog lelang Java Auction






  








62. Kertas Probolinggo


Probolinggo paper atau kertas Probolinggo adalah kertas berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah kompeni (VOC) semasa kepemimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles (1808-1811). Tugas utama Daendles sebenarnya adalah melindungi pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Waktu itu Prancis yang diperintah oleh Napoleon Bonaparte menguasai kerajaan Belanda dan menyerahkan pimpinan kerajaan Belanda kepada adik laki-lakinya yang bernama Louis Napoleon. Jawa adalah satu-satunya koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris. Beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara Laut Jawa bahkan sempat menghancurkan galangan kapal Belanda di pulau Onrust.  

Daendles menyadari bahwa kekuatan Belanda-Perancis yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris yang terkenal hebat. Maka ia harus melaksanakan tugasnya dengan secepat mungkin. Dia merekut orang pribumi untuk menjadi tentara, membangun banyak rumah sakit dan tangsi militer baru, juga membangun pabrik senjata dan meriam di banyak kota seperti di Surabaya, Semarang dan Batavia. Dan agar tentara-tentaranya dapat bergerak cepat dari satu daerah ke daerah lain maka dia membangun jalan pos yang menghubungkan ujung barat (Anjer) dengan ujung timur pulau Jawa (Panaroekan) sepanjang kurang lebih 1000 kilometer. 



Untuk membangun jalan dan semua sarana tersebut, Daendles memerlukan banyak uang. Ia mengambil jalan pintas dengan menjual tanah yang dikuasai pihak kompeni kepada swasta. Pembeli tanah tersebut akan memiliki hak penuh seperti memungut upeti, mempekerjakan penduduk dan lain sebagainya. Contoh tanah yang dijual : 15 November 1809, 9 persil (sebidang tanah dengan ukuran tertentu) di daerah Tanggerang dijual seharga 419.800 Ringgit. Pada 19 Mei 1910, 6 persil tanah di Krawang dijual kepada swasta seharga 791.000 Ringgit. Demikian juga tanah-tanah lain di kota Semarang dan Surabaya berpindah tangan ke swasta. Hasilnya selain dipakai untuk biaya pembuatan jalan juga dipakai untuk korupsi dan berpesta pora. 

Pada tanggal 30 Juni 1810, Daendles berniat untuk menjual sebidang tanah di daerah Besuki Panarukan, kepada tuan tanah yang saat itu sedang menyewanya yaitu Kapiten Han Tjan It senilai 400.000 Spanshe matten (mata uang logam perak Spanyol) yang dilakukan dalam 5 tahap dan harus lunas seluruhnya pada tanggal 1 Juli 1812.



Pada tanggal 3 Desember 1810, Daendles kembali menjual  sebidang tanah di daerah Probolinggo, suatu daerah yang berjarak tidak jauh dari Panarukan, kepada Kapiten Han Kie Ko dari Surabaya, saudara dari Kapiten Han Tjan It.  Tanah tersebut dianggap tidak menguntungkan dan hanya menghasilkan beberapa ribu Ringgit saja setiap tahunnya.
                                              
Probolinggo

Tanah di daerah Probolinggo tersebut dijual seharga 600.000 Spaanshe matten perak. Setelah melakukan nego akhirnya proses jual beli ditutup dengan harga 1 juta Ringgit (perak) dicicil dalam waktu 10 tahun, pembayaran dilakukan tiap 6 bulan sebesar 50.000 Ringgit. (Bagi teman yang mengetahui, mohon info perbandingan kurs mata uang perak Spanyol terhadap Ringgit).

Setelah transaksi disahkan, Daendles yang membutuhkan uang tersebut memerintahkan untuk membuat 1 juta Ringgit kertas yang dijamin sepenuhnya oleh pemerintah kompeni dan akan ditarik setiap 6 bulan sebesar 50.000 Ringgit begitu dia menerima pembayaran dari Kapiten Han Kie Ko. Daendles  memperkirakan cara tersebut tidak akan menurunkan nilai pembayaran, tetapi ternyata dia keliru. Peredaran kertas Probolinggo telah mengacaukan perekonomian dan menyeret kompeni ke dalam banyak permasalahan baru. 

Akhirnya Daendles dipanggil pulang dan disambut dengan megah oleh Napoleon Bonaparte, kekuasaan tanah Jawa diserahkan  kepada penggantinya Gubernur Jendral Jan Willem Janssens. Daendles ditugaskan oleh Napoleon untuk memimpin kesatuan Wurtemberg dalam penyerbuan Russia pada tanggal 22 juni 1812. Daendles meninggal di Ghana pada tanggal 8 mei 1818 akibat penyakit malaria.

Dengan demikian kertas Probolinggo yang dikeluarkan semasa pemerintahan Belanda-Perancis ini sebenarnya bukan merupakan uang seperti yang kita kenal dan kumpulkan selama ini, tetapi lebih merupakan surat berharga yang nilainya dijamin oleh pemerintah (kompeni). Karena itu jangan heran bila anda tidak menemukan kertas ini di dalam buku Standard Catalog of  World Paper Money (Pick) edisi general issues , tetapi dimasukkan ke dalam edisi specialized issues di bagian kelompok regional issued (uang daerah). 

Kertas Probolinggo terdiri dari 6 pecahan yaitu 100, 200, 300, 400, 500 dan 1000 Rijksdaalders (Ringgit) di stempel oleh Louis Napoleon (LN) dan ditandatangani 5 orang saksi atau pejabat.

Stempel Louis Napoleon (LN)

Kertas ini hanya dicetak satu sisi, berisi nominal dan keterangan dalam bahasa Belanda dan Jawa yang intinya menerangkan bahwa kertas tersebut dikeluarkan dalam jumlah satu juta Rijksdaalders dan dijamin oleh pemerintah kompeni sebesar nilai yang tertera. Bagi teman yang ahli bahasa Belanda mohon untuk membantu menerjemahkannya.



Sisi belakang hanya terdiri dari dua stempel masing2 di sisi kiri dan kanan atas bertulisan nominal dan LN.



Setelah mengetahui sejarahnya, mari kita lihat seperti apa bentuk kertas Probolinggo ini.

100 Rijksdaalders

200 Rijksdaalders 

300 Rijksdaalders

400 Rijksdaalders

500 Rijksdaalders

1000 Rijksdaalders


Satu set kertas Probolinggo terdiri dari pecahan 100, 200, 300, 400, 500 dan 1000 Rijksdaalders yang bila ditotal akan berjumlah 2500 Rijksdaalders. Karena pemerintah kompeni mengeluarkan sejumlah 1 juta Rijksdaalders maka menurut perhitungan akan terdapat 400 set. Berapa banyak yang telah ditarik kembali dan berapa banyak yang masih tersisa tentu tidak kita ketahui. Yang pasti kertas ini sangat langka dan bernilai jual tinggi. Terbukti pada lelang MPO akhir 2014 salah satu pecahan 300 Rijksdaalders terjual seharga lebih dari seperempat miliar Rupiah setelah fee. Bisa kita bayangkan berapa harga satu set lengkapnya......

Info tambahan :
1. Pecahan 300 Rijksdaalders yang terdapat di artikel ini berbeda dengan yang dilelang MPO dan ternyata keduanya berbeda juga dengan yang di KUKI. Jadi setidaknya ada 3 lembar yang masih eksis..
2. Karena diedarkan dalam jumlah dan area terbatas (hanya di daerah Probolinggo), sebagian kolektor memasukkan kertas Probolinggo sebagai uang lokal atau uang daerah.
3. Dengan tidak adanya pengaman yang memadai, kertas Probolinggo ini rentan dipalsukan. Bahkan menurut sumber yang bisa dipercaya dari beberapa kolektor di negara kita dan dari Belanda, pernah ditemukan set palsunya. Bentuknya sangat mirip, dicetak di atas kertas tua dengan kualitas yang sangat baik. Karena keterbatasan data maka sayapun tidak bisa menunjukkan perbedaannya.
  


Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kita bersama.
Tentu artikel di atas ada kekurangan atau kesalahan, silahkan kirim kritik dan saran: arifindr@gmail.com



Jakarta 5 Januari 2014
Sumber :
1. Harian Jawa Pos 22 Desember 1991 ditulis oleh Markus Sajogo SH
2. Sumbangan gambar oleh kolektor pemilik kertas Probolinggo
3. KUKI
4. Wikipedia
5. Catalogue of Paper Money of VOC, Neth Indies and Indonesia from 1782 to 1981, Johan Mevius
6. MPO
7. Wawancara dengan para pakar


   





 







   



63. Uang Permesta



PERMESTA atau Perdjoangan Semesta adalah pergolakan yang timbul akibat ketidakpuasan para petinggi tentara di Sulawesi terhadap pemerintah pusat. Penyebabnya antara lain kedekatan hubungan Sukarno dengan komunis, ketimpangan pembangunan antara pusat dengan daerah, ketidakharmonisan hubungan antara Sukarno dengan Moh Hatta dan segudang permasalahan lainnya. Karena itu Letkol Ventje Sumual bersama para pembantunya mendeklarasikan PROKLAMASI serta perumusan Piagam Perdjoangan Semesta di Makassar pada tanggal 2 Maret 1957. Peristiwa ini menimbulkan kemarahan pemerintah pusat dan  menimbulkan kejadian yang berbuntut panjang serta memakan korban yang tidak sedikit.


         P R O K L A M A S I    
            Demi keutuhan Republik Indonesia, serta
demi keselamatan dan kesedjahteraan Rakjat Indonesia
pada umumnja, dan Rakjat Daerah di Indonesia Bahagian
Timur pada chususnja,  maka dengan ini kami njatakan
seluruh wilajah Territorium VII dalam keadaan darurat perang
serta berlakunja pemerintahan militer sesuai dengan
pasal  129  Undang - Undang  Dasar  Sementara , dan
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1948 dari
Republik Indonesia.

            Segala  peralihan dan penjesuaiannja dilaku-
kan dalam waktu jang sesingkat-singkatnja dalam
arti tidak ulangi tidak melepaskan diri dari Republik
Indonesia.

            Semoga   Tuhan   Jang   Maha   Esa  beserta
kita dan menurunkan berkat dan hidajatNja atas
ummatNja.-



                        Makassar,  2  M a r e t   1957.-
                        Panglima Tentara & Territorial VII

                                    tertanda

                              Letkol : H.N.V. Sumual
                                  Nrp : 15958


PERMESTA didukung banyak tokoh penting lainnya seperti Kolonel Alexander Kaliwarang, Jacob Frederick Warouw, Mayor Daan Mogot, Prof Soemitro Djojohadikoesoemo dan tentu saja pemimpin atau perdana menteri PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di Bukittinggi Sumatera Barat,  Mr Sjafruddin Prawiranegara. Karena kedekatan hubungan dengan PRRI maka penyebutan keduanya sering digabung menjadi PRRI/PERMESTA dimana PRRI berada di Indonesia bagian barat (Sumatera) dan PERMESTA di bagian timur (Sulawesi, Maluku, NTT, NTB dan Irian Barat yang waktu itu masih dikuasai Belanda). 

Selama pemerintahannya yang cukup singkat, PERMESTA berhasil mencetak dan mengedarkan bebeapa pecahan uang kertas. Uang-uang tersebut dicetak oleh Percetakan Negara Manado dengan kualitas atau mutu yang kurang baik. Bahkan kadang-kadang karena kekurangan bahan baku, dipergunakan kertas HVS atau kertas dinas yang bergaris. Karena itu jangan heran bila anda mendapatkan uang PERMESTA dengnan beragam jenis kertas. Uang PERMESTA terdiri dari dua seri masing-masing bertahun 1958 dan 1959. Seri tahun 1958 terdiri dari 7 pecahan dan seri tahun 1959 terdiri dari 3 pecahan. Selain itu ada selembar lagi Biljet Perbendaharaan Negara senilai 5000 Rupiah dengan bunga 2%. Semua uang ini ditandatangani oleh seorang kolonel yang pernah bertugas sebagai atase militer di kedutaan besar RI di Beijing dan mempunyai kedudukan sebagai wakil Perdana Menteri PRRI/PERMESTA yaitu Kolonel Jacob Frederick Warouw.

Jacob F Warouw
Penandatangan uang PERMESTA


Pada masanya selembar pecahan Rp100 dapat dipergunakan untuk makan dan minum kopi di warung, sedangkan pecahan Rp500 masih cukup untuk membeli dua ekor ayam di pasar. Waktu itu di wilayah Indonesia lainnya masih dipergunakan uang seri kebudayaan emisi tahun 1952. Salah satu sumber yang bisa dipercaya menjelaskan bahwa PERMESTA  menguasai uang pecahan Rp100 bergambar Pangeran Diponegoro dari Bank Indonesia cabang Manado. Menariknya uang yang mereka sebut 'ketek' atau keras tersebut dikatakan memiliki prefix ZG. Dan sebagaimana kita ketahui uang kertas Rp100 emisi 1952 yang bergambar Pangeran Diponegoro dengan kertas yang keras dan memiliki prefix ZG adalah......... palsu
Menarik bukan?? 


Kita jadi bertanya-tanya apakah uang tersebut sengaja dicetak oleh pusat lalu diam-diam disetorkan ke Bank Indonesia cabang Manado untuk mengacaukan perekonomian PERMESTA. Atau sebaliknya PERMESTA yang mencetak untuk mengacaukan perekonomian pusat? Kemungkinan kedua hampir mustahil karena mutu cetakan uang tersebut sangat bagus sehingga kita saja masih sering keliru. Sedangkan kita tahu kemampuan mencetak PERMESTA sangat kurang memadai terbukti dari peninggalan uang-uangnya yang dapat kita lihat di bawah. Apalagi tujuan PERMESTA adalah untuk mengkritik dan membangun Indonesia agar menjadi lebih baik, bukan untuk menghancurkannya.
Yang berikutnya, kebanyakan uang dengan prefix ZG seringkali ditemukan dalam kondisi sangat bagus, bahkan ada yang berurutan nomor serinya, sangat berbeda jauh dengan ORI palsu yang justru kebanyakan ditemukan dalam keadaan kucel dan kumuh.  Hal tersebut menandakan kalau uang dengan prefix ZG tidak sempat digunakan. Aneh juga ya, sudah cape-cape bikin palsunya dengan jumlah banyak tapi tidak sempat dipakai, jadi tujuan sebenarnya apa ya.....??  


Rp100 Pangeran Diponegoro emisi 1952 palsu, 2 lembar UNC dan urut nomor 
Perhatikan prefixnya ZG

  
Ketika terjadi pemutusan hubungan dengan pusat maka pemerintah pusat menyatakan bahwa uang kertas seri ini  tidak berlaku lagi. Pecahan Rp100 Pangeran Diponegoro emisi 1952 ditarik dari peredaran tanggal 15 Desember 1960 dan digantikan pecahan Rp100 emisi 1957 bergambar tupai. Menurut website Museum BI dari semua pecahan seri binatang 1957, pecahan Rp100 tupai merupakan yang pertama kali diedarkan yaitu tanggal 24 Juni 1958. Pecahan lainnya baru diedarkan sekitar tahun 1959.  Apakah penarikan pecahan Rp100 emisi 1952 ini sekaligus peredaran lebih awal pecahan penggantinya sedikit banyak ada hubungannya dengan peristiwa PERMESTA? Ataukah akibat banyaknya pemalsuan? Atau bisa juga memang sudah saatnya diganti? Mungkin kita tidak akan pernah tahu jawabannya.

Selain uang kertas, PRRI/PERMESTA juga mengeluarkan satu set perangko yang terdiri dari 4 pecahan. Perangko yang dicetak di Taiwan ini menunjukkan bahwa PERMESTA mendapat dukungan dari berbagai negara asing. Ternyata memang benar dan bukan rahasia lagi kalau dinas rahasia Amerika Serikat (CIA) berada dibelakang peristiwa ini. 

Perangko PRRI/PERMESTA

Singkat cerita, presiden Sukarno yang merasa wibawanya digerogoti mengirimkan pasukan untuk menyerang PERMESTA. Pertempuran sengitpun terjadi, satu demi satu daerah kekuasaan PERMESTA di Sulawesi Utara dan Tengah jatuh ketangan TNI. Korban di kedua pihak berjatuhan termasuk wakil Perdana Menteri sekaligus penandatangan uang, Jacob F Warouw yang peristiwa kematiannya masih diselimuti misteri. 
Sampai akhirnya pada tanggal 4 April 1961 PERMESTA memutuskan untuk bergabung kembali dengan pemerintah pusat. Berikut surat pernyataan penghentian tindak permusuhan yang ditandatangani di Minahasa.  

  1. Setelah membatja seruan Menteri Keamanan Nasution/KSAD tertanggal 3 Maret 1961;
  2. Mengingat keputusan terachir dari putjuk pimpinan Angkatan Perang Revolusioner;
  3. Menimbang, bahwa persengketaan antara kita dengan kita jang telah berlangsung selama 3 tahun ini, telah meminta pengorbanan jang tidak terhingga dari rakjat Indonesia pada umumnja dan rakjat Sulawesi Utara dan Tengah pada chususnja sehingga kami telah sampai pada kesimpulan bahwa keadaan sematjam ini tidak dapat dibiarkan terus;
  4. Demi untuk keselamatan dan kesentosaan bangsa Indonesia, rakjat dan daerah Sulawesi Utara/Tengah chususnja, persengketaan tersebut perlu segera dihentikan. Maka oleh karenanja dengan ini menjatakan bahwa mulai tanggal 4 April 1961, kami dengan seluruh pasukan dan rakjat Permesta jang berada dalam lingkungan pimpinan kami telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi;
  5. Segala persoalan jang timbul sebagai akibat daripada penghentian persengketaan ini, akan diatur oleh jang diwajibkan untuk itu oleh pemerintah RI;
  6. Semoga Tuhan Jang Maha Esa melimpahkan rahmat, hidajat serta taufikNja atas kita sekalian.

Ditempat, 4 April 1961
Panglima KDMSUT
(D.J. Somba)  



Dengan keputusan Presiden RI no 322 tahun 1961. Pemerintah memberikan amnesti dan abolisi kepada para pengikut gerakan PERMESTA, para anggotanya yang sebelumnya memiliki kedudukan di TNI dikembalikan ke jabatan semula. Indonesiapun kembali damai sampai tidak lama kemudian terkoyak kembali dalam peristiwa G30S PKI. 
Banyak perdebatan yang menyatakan bahwa gerakan PRRI/PERMESTA bukan merupakan pemberontakan tetapi justru koreksi terhadap pemerintah pusat. Bahkan ada wacana untuk memberikan gelar pahlawan kepada Mr, Sjafruddin Prawiranegara yang pernah menjadi Perdana Menteri PRRI/PERMESTA. Kita tunggu saja hasilnya.



Sekarang mari kita lihat seperti apa uang kertas seri PERMESTA.

Seri tahun 1958
Terdiri dari pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 Rupiah


Pecahan 5 Rupiah
Walaupun merupakan pecahan terkecil tetapi sangat sulit ditemukan, saya sedang mengusahakan gambarnya, untuk sementara digunakan gambar dari KUKI. Dari beberapa kolektor uang daerah tidak ada satupun yang memiliki pecahan ini, bahkan KUKI saja menampilkan yang berkualitas kurang baik. Dapat kita bayangkan kelangkaannya.



Pecahan 10 Rupiah
Berwarna merah dengan dasar bertulisan PEMERINTAH REVOLUSIONER RI berwarna hitam. Nomor seri terdiri dari 2 huruf dan 5 angka yang berwarna merah.


Pecahan 25 Rupiah
Semua pecahan bentuknya sangat sederhana, tanpa gambar atau pengaman yang memadai. Satu-satunya pengaman yang dipergunakan adalah kode kontrol pada nomor serinya. Tetapi karena kekurangan bahan maka sampai saat ini belum ada yang mengetahui rahasianya. Pecahan 25 Rupiah keatas masih mungkin ditemukan dalam kondisi baik.




Pecahan 50 RUPIAH
Berwarna hijau dengan latar belakang kuning. Polanya mirip dengan pecahan-pecahan lain, demikian juga nomor serinya yang terdiri dari 2 huruf 5 angka yang juga berwarna hijau.




Pecahan 100 Rupiah
Pecahan berwarna merah dengan dasar kuning ini memiliki ukuran terbesar, lebih besar dari 2 pecahan diatasnya. Nomor seri juga terdiri dari 2 huruf 5 angka yang warnanya sama yaitu merah.



Pecahan 500 Rupiah
Tulisan berwarna biru tua dengan latar belakang merah. Pola dan susunan juga mirip dengan pecahan lainnya. Nomor seri terdiri dari 2 huruf 5 angka.



Pecahan 1000 Rupiah
Polanya berubah tidak sekaku  yang lain karena terdapat lingkaran-lingkaran yang berisi nominal. Perhatikan tanda tangan ada di bagian depan uang, berbeda dengan pecahan lainnya. Warnanyapun ada 3 macam, merah dan hijau dengan latar belakang kuning. Nomor seri 2 huruf 5 angka.





Seri tahun 1959
Terdiri dari pecahan 500, 1000 dan 5000 Rupiah


Pecahan 500 RUPIAH
Bagian dasar berwarna coklat tua dengan kombinasi hijau. Tulisan hitam dengan nomor seri terdiri dari 2 huruf 5 angka.



Pecahan 1000 Rupiah
Berwarna hijau dengan kombinasi kuning. Lingkaran yang ada pada seri tahun 1958 diganti kembali dengan bentuk kotak-kotak sehingga menjadi terlihat kaku. Nomor seri terdiri dari 2 huruf dan 5 angka.





Pecahan 5000 Rupiah
Merupakan pecahan terbesar, berwarna dasar hijau tua dengan tulisan hitam. Nomor seri masih sama dengan yang lain yaitu 2 huruf 5 angka. Perhatikan bagian belakang terdapat gambar burung garuda yang sangat kasar sekali, tetapi setidaknya menggambarkan bahwa PRRI/PERMESTA tidak meninggalkan Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.



Keterangan :
1.Semua pecahan tidak memiliki tanda air
2.Kertas yang digunakan tidak sama, ada yang tipis, tebal, putih atau kekuningan
3.Warna uang juga tidak standard lihat contoh di bawah




4.Pecahan terkecil (5 Rupiah) justru merupakan pecahan yang paling sulit ditemukan.
5.Seri ini dikelompokkan sebagai uang daerah atau tepatnya sebagai uang pemberontakan bersama-sama dengan uang PRRI (akan dibahas pada kesempatan lain), RMS dan Republik Islam Indonesia (RII).



Selain uang-uang di atas, PERMESTA mengeluarkan juga biljet perbendaharaan negara senilai 5000 Rupiah. dengan bunga 2% setahun. Dikeluarkan tanggal 1 Mei 1959 dan berlaku sampai dengan 30 April 1960. Walaupun bentuknya sangat sederhana tetapi biljet ini cukup sulit ditemukan.




Uang PERMESTA beredar tidak lama, hanya sekitar 2-3 tahun saja. Tidak jelas nasib uang-uang tersebut setelah PERMESTA kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Apakah uang ini ditarik dan dapat ditukarkan dengan pecahan uang terbitan Bank Indonesia atau didiamkan saja tanpa ada tindak lanjutnya, atau bisa juga dimusnahkan oleh pemerintah pusat karena dianggap uang pemberontak. Apapun yang terjadi, walaupun mutu dan kualitasnya sangat tidak baik, uang-uang ini merupakan saksi bisu salah satu peristiwa pergolakan terbesar yang pernah ada di tanah air kita.
Mari kita lestarikan sekarang juga, karena kalau bukan kita, siapa lagi..........?? 
Apakah harus menunggu uang ini punah?




Jakarta 25 Januari 2014
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com

Sumber :
1. KUKI
2. Website permesta8m.net
3. Koleksi teman-teman yang khusus mengumpulkan uang daerah