Minggu, 16 November 2014

55. Wayang 100 Gulden



Gambar di atas adalah pecahan 100 Gulden 1938 atau yang sering dikenal sebagai seri wayang. Kondisi uang sudah tidak terlalu baik, semua sudut tumpul, robek pada bekas lipatan, warna bagian kanan yang memudar dan bercak kotoran pada sisi kiri bawah. Tampak kertas sudah menipis dan tidak crisp lagi. Perkiraan kondisi sekitar Fine.


Tetapi ada satu hal yang sangat menarik dari pecahan ini. Coba teman-teman perhatikan prefixnya, yaitu IR. Apa yang menarik dari prefix IR tersebut? Mari kita bahas bersama.



Sebagaimana kita ketahui prefix seri wayang merupakan lanjutan dari seri sebelumnya yaitu seri JP Coen. Perhatikan kedua gambar di atas :
Prefix IP adalah pecahan 100 Gulden JP Coen
Prefix IQ sebagaimana kita ketahui tidak dipergunakan
Prefix IR adalah milik pecahan 100 Gulden wayang

Kesimpulan yang bisa kita tarik :
Prefix IP sangat mungkin merupakan prefix penutup (LAST PREFIX) dari pecahan 100 Gulden JP Coen, sedangkan prefix IR kemungkinan besar merupakan prefix pertama (FIRST PREFIX) dari pecahan 100 Gulden wayang.
Karena itu walaupun pecahan 100 Gulden wayang tersebut berkondisi tidak terlalu baik, tetapi memiliki sesuatu yang sangat istimewa yaitu FIRST PREFIX. Artinya uang tersebut merupakan pecahan 100 Gulden wayang pertama yang diedarkan. Kalau diumpamakan dengan uang modern maka kurang lebih sama dengan prefix AAA.

Setelah prefix IR, tentu berlanjut ke IS, IT dan seterusnya sampai dengan IZ. Pertanyaan berikutnya setelah prefix I habis terpakai maka apa prefix selanjutnya? Apakah JA? Untuk itu mari kita lihat bersama gambar di bawah ini......



Gambar menampilkan 2 lembar pecahan 100 Gulden wayang.
1. Prefix IX bertanggal 14 Februari 1938
2. Prefix KA bertanggal 17 Februari 1938

Mari kita coba urutkan :
IX tanggal 14 Februari 1938
IY tanggal 15 Februari 1938
IZ tanggal 16 Februari 1938
KA tanggal 17 Februari 1938

Ternyata urutan yang kita buat cocok!
Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah prefix J tidak dipergunakan.
Setelah IZ yang bertanggal 16 Februari 1938 ternyata langsung melompat ke KA yang bertanggal 17 Februari 1938.

Setelah prefix K habis terpakai (KZ), ternyata masih berlanjut ke prefix selanjutnya yaitu LA. Dan dari puluhan lembar uang yang telah saya data, prefix terakhir yang berhasil saya temukan adalah LZ. Sampai saat ini saya belum pernah menemukan atau mendengar adanya prefix yang berawalan M.
Berdasarkan data-data tersebut maka dapat disusun suatu tabel induk yang berisi jenis prefix dan tanggal cetaknya seperti yang dapat dilihat di bawah ini:


KETERANGAN :
1. Wayang 100 Gulden hanya terdiri dari 3 prefix yaitu Ix, Kx dan Lx. Prefix I hanya 9 jenis (IR-IZ) sedangkan K dan L terpakai semua kecuali J dan Q
2. Belum ditemukan prefix yang berawalan M
3. Tanggal cetak berkisar dari 7 Februari 1938 sampai dengan 22 April 1939, karenanya uang ini hanya terdapat satu jenis tanda tangan yaitu JC van Waveren - Buttingha Wichers yang menjabat sebagai Secretaris dan President DJB pada tahun 1937-1939.
4. Terdapat masa kosong selama 1 tahun antara prefix LT sampai dengan LV, tetapi dimana peralihannya masih belum jelas. Mohon bantuan teman-teman.
5. Bila diasumsikan semua prefix di atas terpakai, dan juga semua nomor seri dari 00001 sampai dengan 09999 terpakai maka kita bisa menghitung perkiraan jumlah populasi uang ini, yaitu :
57 prefix (9 + 24 + 24) x 9999 = 569.943 lembar, atau genapkan saja sekitar 570 ribu lembar. Jumlah tersebut kurang lebih hanya 1/3 dari jumlah pecahan yang sama seri JP Coen. Tidak heran harga pecahan ini jauh lebih mahal dibandingkan pecahan 100 Gulden JP Coen.
6. Perbandingan antara cetakan tahun 1938 tidak sebanding dengan yang bertahun 1939, perbandingannya sekitar 12 : 1. Mungkin karena ketidaktahuan maka sampai saat ini tidak ada perbedaan harga antara keduanya tetapi bila dilihat dari perbandingan yang tidak seimbang tersebut, pecahan yang bertahun 1939 seharusnya berharga jauh lebih mahal.


Dengan mempelajari data dan tabel di atas, maka sekarang kita memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prefix dan tanggal cetak pecahan 100 Gulden wayang. Untuk mempraktekkannya mari kita coba melihat contoh yang saya ambil dari salah satu balai lelang, tentunya dengan seizin pemilik barang.



Perhatikan uang di atas dengan baik.
Prefix uang tersebut adalah LE, tanggal cetak 7 Maret 1938.
Apakah cocok? Silahkan lihat di tabel......

Prefix LE seharusnya bertanggal 22 Maret 1938, bukan 7 Maret 1938. Berarti uang tersebut tidak sesuai dengan aturan. Tentu kita bertanya-tanya ada apa gerangan?
Ternyata memang benar, setelah dijelaskan oleh pemilik bahwa uang tersebut sebenarnya merupakan 2 uang yang berbeda (akibat kebijakan gunting Sjafruddin) yang direkatkan menjadi satu. Karena keduanya memiliki tanggal dan prefix yang berbeda maka diubah ke bentuk yang baru yang mendekati angka-angka sebelumnya. Jadilah prefix LE dengan tanggal barunya 7 Maret 1938.
Menarik bukan?

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, mohon bantuan teman-teman yang memiliki prefix antara LS dan LV untuk melengkapi tabel di atas.
Seorang teman kolektor melaporkan prefix LS yang bertanggal 5 April 1938, berarti untuk melengkapi tabel di atas hanya dibutuhkan 3 prefix lagi yaitu LT, LU dan LV.


Jakarta 20 Maret 2014
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI
2. Ebay
3. Kintamoney
4. Koleksi teman-teman para kolektor
5. Terima kasih sebesar-besarnya kepada teman yang telah mengizinkan gambarnya untuk ditampilkan sehingga kita bisa belajar bersama.

56. SECURITY PRINTING GAJAH MADA

Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERUM PERURI) didirikan pada tahun 15 September 1971, merupakan gabungan dari dua Perusahaan PN. Pertjetakan Kebajoran dan PN. Artha Yasa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 60 tahun 1971. Tugas Utama PERUM PERURI adalah menyelenggarakan usaha mencetak uang rupiah Republik Indonesia (baik uang kertas maupun uang logam) untuk Bank Indonesia serta mencetak produk kertas berharga non uang sesuai pesanan perusahaan pemesan.

Dalam rangka ulang tahun ke 40 tanggal 15 September 2011, PERUM PERURI mengeluarkan Security Printing (SP) terbaru yang menampilkan gambar utama Gajah Mada.  


Security Printing Gajah Mada memiliki gambar yang sangat indah, menampilkan kombinasi warna-warna lembut yang dilengkapi dengan fitur keamanan terbaru. Nomor seri yang dipilih adalah PP150971 yang merupakan tanggal lahir PERUM PERURI yaitu 15-09-1971. 

Security Printing Gajah Mada ini dilengkapi dengan folder yang berisi keterangan tentang fitur keamanannya serta uraian singkat mengapa menggunakan gambar utama Gajah Mada.

Gambar depan folder


   Bagian dalam folder berisi keterangan tentang fitur keamanan SP




SP Gajah Mada berukuran 160 x 72 mm,  memiliki watermark bergambar serupa yaitu Gajah Mada tetapi dengan wajah yang berlawanan arah dengan gambar utama. Selain itu pada sisi kiri juga memiliki tulisan mikroskopis  yang berisi Sumpah Palapa.






Dan bila dilihat dengan lampu ultraviolet akan memberikan pendaran warna berupa benang pengaman berwarna warni di bagian depan serta bintang bersudut delapan yang sangat indah di bagian belakang. 



SP Gajah Mada bila dilihat dengan lampu UV


Banyak fitur-fitur keamanan lain yang bisa kita dapatkan pada SP ini seperti multi tone intaglio, latent image, dia-positive  microletter dan lain sebagainya. Sudahkah teman-teman memiliki SP yang indah ini?
























57. 1000 Rupiah seri bunga 1959

Seorang teman dari Palembang yang sangat teliti bertanya :
Mengapa pada pecahan Rp1000 seri bunga (1959) variasi 1, 2 dan 3  huruf  terdapat warna yang sedikit berbeda dibandingkan variasi keempat (2 huruf di atas 1 huruf)?

Sebagaimana kita ketahui, pada Katalog Uang Kertas Indonesia pecahan ini memiliki variasi sebagai berikut
a. TDLR, 1 huruf 4 angka
b. TDLR, 2 huruf 4 angka
c. TDLR, 3 huruf 4 angka
d. Tanpa TDLR, 2 huruf di atas 1 huruf, 5 angka

Pada katalog World Paper Money edisi 12, pecahan ini dibedakan atas :
a. Imprint TDLR at bottom center on face
b. Without imprint

Bila kita menggabungkan kedua katalog, maka uang ini dapat dibagi atas 2 bagian besar yaitu
1. TDLR yang dapat dibagi lagi menjadi 3 subvarian:
    a. 1 huruf 4 angka
    b. 2 huruf 4 angka
    c. 3 huruf 4 angka
2. Tanpa TDLR, 5 angka

Pertanyaannya adalah:
Apakah perbedaan kedua varian ini (TDLR dan tanpa TDLR) hanya terlihat pada bentuk nomor serinya saja? Mari kita lihat bersama :


Kedua variasi pecahan Rp1000 (1959) yang  berkondisi UNC kita bandingkan bersama, yang atas adalah varian  TDLR, sedangkan yang sebelah bawah varian tanpa TDLR yang kemungkinan besar merupakan cetakan Percetakan Kebajoran. Dikatakan demikian karena pada versi specimen varian TDLR hanya terdapat tulisan SPECIMEN sedangkan pada varian tanpa TDLR selain tulisan SPECIMEN juga terdapat tulisan TIDAK BERLAKU dan TJONTOH
Kedua tulisan tersebut jelas adalah bahasa Indonesia, sehingga sangat mungkin varian tanpa TDLR dicetak oleh Percetakan Kebajoran (lihat juga artikel 37. Rp2500 KOMODO) 

3 macam tulisan SPECIMEN, TIDAK BERLAKU  dan TJONTOH pada varian tanpa TDLR



Karena terdapat 2 macam variasi besar, yaitu TDLR dan tanpa TDLR yang kemungkinan besar dicetak oleh 2 percetakan yang berbeda, maka selain nomor serinya, sangat mungkin terdapat perbedaan-perbedaan lainnya. Mari kita lihat bersama :


WARNA
Bila kedua varian tersebut kita bandingkan bersama, maka akan terlihat adanya sedikit perbedaan warna :





Varian TDLR (atas) memiliki warna yang sedikit 'lebih gelap' dibandingkan varian tanpa TDLR (bawah). Perbedaan warna ini juga dapat ditemukan pada seri Sukarno, perhatikan gambar di bawah



Seri Sukarno TDLR (atas) dan PK (bawah) selain memiliki perbedaan nomor seri, tanda air dan letak benang pengaman juga memiliki sedikit perbedaan warna. 

Warna uang pada cetakan TDLR terlihat lebih kontras, lebih tajam dan memiliki gradasi warna yang lebih jelas, perhatikan perbedaan-perbedaan tersebut pada margin bagian bawah serta pada keseluruhan bagian uang.
Perbedaan gradasi warna pada margin bawah uang



LAMPU UV
Sekarang kita perhatikan bila kedua varian (TDLR dan tanpa TDLR) dilihat di bawah lampu UV. Apakah keduanya juga memiliki perbedaan? Mari kita lihat bersama.


Ternyata kedua variasi memberikan pendaran warna yang sangat berbeda. Varian TDLR (atas) memberikan pendaran warna lebih gelap dengan bunga di bagian tengah yang lebih 'menyala' dibandingkan varian tanpa TDLR (bawah). Sebaliknya varian tanpa TDLR memiliki pendaran benang pengaman yang lebih terang. 
Bagaimana bila semua variasi kita bandingkan bersama-sama di bawah lampu UV?

Semua varian TDLR (1,2 dan 3 huruf) memberikan pendaran warna yang seimbang sedangkan varian tanpa TDLR  (paling bawah) terlihat berbeda yaitu sedikit lebih pucat. 


 Pendaran warna bunga yang lebih 'menyala' pada varian TDLR (atas)



KESIMPULAN :

Bravo kepada teman kolektor kita yang memiliki mata elang. Dengan teliti dia dapat melihat perbedaan warna pada kedua varian. Mata seperti teman kita ini yang seharusnya dimiliki oleh setiap kolektor.  

Dan setelah diperhatikan serta diteliti lebih lanjut kita dapat melihat pada gambar-gambar di atas bahwa varian TDLR memang berbeda bila dibandingkan dengan varian tanpa TDLR. Perbedaan bukan hanya pada penomorannya saja tetapi hampir pada keseluruhan warna uang dan menjadi semakin mencolok bila dilihat dengan lampu UV. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh jenis tinta atau jenis kertas yang berlainan, mungkin juga kedua-duanya.

Semua perbedaan ini lebih menyakinkan kita bahwa kedua varian tersebut dicetak oleh 2 percetakan yang berbeda. Tetapi tanpa keterangan resmi dari pihak yang berwenang, kita tetap tidak bisa mengetahui secara pasti apakah Percetakan Kebajoran yang mencetak varian tanpa TDLR

Pertanyaan selanjutnya :
Apakah Rp2500 komodo yang memiliki variasi yang mirip dengan Rp1000 bunga juga memiliki perbedaan-perbedaan tersebut? Saya berharap teman-teman mau menelitinya sendiri.




Jakarta 6 Mei 2014
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com

Sumber :
1. Katalog Uang Kertas Indonesia edisi 2010
2. Standard Catalog of World Paper Money edisi 12
3. Koleksi teman-teman para kolektor


58. Bentuk-bentuk Uang Kertas

Pembagian Uang

(1) Menurut Jenisnya :
  • Uang kartal
Uang kartal adalah uang yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam kehidupan sehari-hari. Uang kartal berupa uang logam dan uang kertas, mata uang negara kita adalah Rupiah, uang pertama yang dibuat oleh Indonesia adalah Oeang Republik Indonesia. Lembaga yang bertugas dan mengawasi peredaran uang adalah Bank Indonesia, sedangkan perusahaan yang mencetak uang Rupiah adalah Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia). 

Contoh uang kartal 

  • Uang Giral
Uang giral adalah surat berharga yang dapat diuangkan di bank atau di kantor pos. Contoh uang giral, cek, giro pos, wesel dan surat berharga. Uang giral biasanya digunakan untuk transaksi dengan nilai uang yang sangat besar.

Contoh uang giral


(2) Menurut bahannya :
- Logam
- Kertas termasuk di dalamnya polymer atau jenis yang terbaru yaitu hybrid


(3) Menurut nilainya :

- Uang penuh, yaitu apabila nilai uang sama dengan bahan uang tersebut, misalnya uang terbuat dari logam perak atau emas

- Uang tidak penuh apabila nilai uang lebih rendah dari harga bahan uang tersebut, misalnya uang kertas nominal Rp. 100.000,- dibuat dengan bahan hanya seharga Rp. 7.500,-


(4) Menurut bentuknya :

- Uang logam ada yang bundar pipih ada yang segi delapan pipih, dan sebagainya.

- Uang kertas ada yang empat persegi panjang, ada yang bujur sangkar, ada yang uncut, ada yang plano.


(5) Menurut jenis cetakannya :
- Uang logam
- Uang kertas cetakan offset dan cetakan intaglio


(6) Menurut proses pembuatannya terbagi sebagai berikut :
- Artist Drawing
- Approved Proof

- Inspection Die Proof

- Master Die Proof

- Colour Proof, yang terbagi Progresive Colour Proof dan Trial Colour Proof

- Final Proof cetak coba yang sama dengan yang diedarkan dengan tambahan tulisan Proof atau nomor seri 000000 atau 012345-067890
- Specimen (akan dibahas dilain waktu) 

Tambahan lagi ada istilah yang disebut Presentation Print ini tidak termasuk uang (atau perangko) tetapi print untuk contoh agar masyarakat luas tahu, biasa di bagikan kepada seluruh bank untuk di pasang pada papan pengumuman.


Macam-macam jenis uang menurut proses pembuatannya

(1) Artis Drawing proof adalah gambar / lukisan atau bahkan portrait yang di rencanakan untuk dasar pembuatan design uang atau bisa juga untuk perangko.
(Karena biasanya design ini belum tentu diminta oleh pejabat yang berwenang dan kadang-kadang disimpan designernya atau pejabat yang bertugas khusus untuk itu seperti pemegang arsip atau administrator), oleh karenanya awam bisa saja memilikinya apabila mempunyai hubungan khusus dengan orang yang disebutkan di atas, walaupun kenyataannya sangat sulit sekali. Saya baru pernah melihat artis drawing satu kali saja yaitu set wayang milik pembuat website ini, sementara untuk bentuk portrait saya memiliki print engraving Ratu Wilhelmina yang dipakai untuk uang NICA tahun 1943. Pembuatnya yaitu American Bank Note Company selalu melelang arsipnya setelah berumur lewat 30 tahun.

Contoh artist drawing wayang 50 Gulden 
perhatikan tahunnya (1934) dan penandatangannya (Praasterink)
yang berbeda dengan versi edarnya (1938 dan JC Waveren)

(2) Essay Proof adalah gambar yang memenuhi nominasi namun karena alasan-alasan tertentu tidak jadi diterbitkan. Contohnya ORI 600 yang pada saat mau di cetak tetapi bentuk negara berubah dari Negara Kesatuan menjadi Negara Federasi (RIS) pada tahun 1949.
Contoh lain adalah seri bunga tahun 1959 nominal Rp. 2.500,-  pertimbangannya mungkin nominal yang terlalu besar bisa berakibat inflasi, ingat pada waktu itu di Indonesia terjadi inflasi besar-besaran sehingga mata uang pendahulunya yaitu seri hewan tahun 1957 terkena Gunting Sjafruddin dimana uang macan nominal Rp. 500,- dan uang gajah Rp. 1.000,- dipotong nilainya (sanering) menjadi tinggal 50% nya saja, dengan adanya uang komodo dengan nilai Rp. 2.500,- yang sudah diedarkan mulai 1 September 1962 sd 13 Desember 1965 (seri bunga diedarkan 10 Mei 1960 sd 31 Desember 1966) dianggap sudah mencukupi, sementara gambar banteng nominal Rp. 5.000,- batal terbit dan dimusnahkan. Seri bunga tahun 1959 nominal Rp. 2.500,- tidak jadi diterbitkan. Padahal uang ini telah selesai dicetak dalam beberapa jenis bentuk proof.

Bunga Rp.2500 proof yang di lelang di Java Auction beberapa tahun yal


Ada perbedaan yang mendasar antara seri binatang bergambar banteng nominal Rp. 5.000,- dan seri bunga nominal Rp. 2.500,- :

Pada seri bunga Rp. 2.500,- karena batal terbit maka dianggap kelompok Essay Poof sementara pada Banteng Rp. 5.000,-  sudah selesai dicetak dan siap diedarkan dan tersedia dalam bentuk SPECIMEN tetapi batal sehingga tidak  bisa digolongkan dalam kelompok Essay Proof. 


Rusa dan badak yang terbit terlebih dahulu sempat beredar beberapa hari sementara komodo nominal Rp. 2.500,- dan banteng Rp. 5.000,- yang akan terbit belakangan hanya diedarkan komodonya saja, kekacauan moneter akibat beredarnya komodo Rp. 2.500,- inilah yang menyebabkan batal terbitnya seri bunga nominal Rp. 2,500,- apalagi banteng yang nilai nominalnya jauh lebih besar. Karena itu tidak heran komodo Rp.2.500,- hanya beredar kurang lebih selama 3 tahun saja. 


Sementara itu ada banyak jenis-jenis uang lain yang gambarnya tidak masuk nominasi, jenis ini cukup disebut Essay saja atau Art-work atau lengkapnya Essay Rejected Design. 


(3) Approved Proof adalah proof yang disetujui untuk diterbitkan bisa dalam nominal yang sama bisa dalam nominal yang berbeda, contohnya
- Diponegoro Rp.1.000 tahun 1971 walaupun tidak jadi terbit, tetapi pada tahun 1975 gambarnya keluar.  Pada Diponegoro 1971 jelas sekali pada mata uangnya diketik Approved Proof.


Approved Proof pada seri Diponegoro 1000 Rupiah

- Soekarno tahun 1960 nominal Rp. 2.500,- dan Rp. 5.000,- walaupun tidak terbit tetapi gambarnya di pakai untuk nominal pecahan lain yang lebih kecil.

- Soekarno tahun 1960 nominal Rp. 500,- warna merah, tetapi terbit  dengan warna abu-abu kehitaman (dark grey) sementara warna merah dipakai untuk nominal Rp. 100,-


Soekarno Rp.500 (1960) yang berbeda warna dengan versi beredar

Mulai Approved Proof inilah sebagian besar kolektor baru menganggapnya bagian dari Numismatik.


(4) Inspection Die Proof adalah cetak coba terakhir sebelum pembuatan master biasanya berwarna hitam, sepia atau hijau. Pada Inpection Die Proof akan dikenali detail kekurangan-kekurangan yang harus direvisi tetapi biasanya dibiarkan untuk mendeteksi kalau ada pemalsuan uang (koreksi keterangan artikel di web ini pada Inspection Die Proof bukan sengaja dibuat tetapi sengaja dibiarkan)


(5) Master Die Proof adalah cetak coba yang dibuat sebagai Master dan inilah yang disimpan sebagai arsip (Approved Proof dan Inspection Die Proof hanya berfungsi kelengkapan arsip) dan Master Die Proof adalah dokumen negara yang tidak seorangpun boleh menyimpannya oleh karena itu tidak mungkin mendapat contoh Master Die Proof kecuali mendapat pinjaman dari negara.


(6) Colour Die Proof, yang terbagi atas :
- Progresive Colour Proof selain contoh Munbilyet 1920 1/2 gulden yang lebih jelas lagi kebetulan saya memilikinya adalah Kartini 1985 nominal Rp. 10.000,- karena kalau pada Munbilyet hanya ada 5 gambar, pada Kartini th 1985 saya memiliki sampai 15 gambar secara bertahap.




- Trial Colour Proof cetak coba bermacam-macam warna, memang untuk contoh yang paling baik adalah Munbilyet 1940 nominal 2 1/2 gulden yang terdapat berbagai macam contoh variasi warna. Uang Macan dengan warna belakang berbeda  juga tergolong Trial Colour Proof. Saya juga pernah melihat variasi warna pada seri wayang pecahan 50 Gulden, terdapat sekitar 10 jenis variasi dengan warna yang berbeda. 


(7) Final Proof adalah cetak coba yang sama dengan gambar yang beredarnya,
perbedaannya adalah :
- Bisa belum di beri nomor seri (kosong)
- Bisa diberi tambahan tulisan proof dan nomor seri 000000 atau 012345-067890


Macan Rp.500 proof
Tidak ada perbedaan dengan bentuk beredar kecuali tulisan PROOF 
dan nomor seri 0000


Masih terdapat bentuk uang kertas lainnya lagi seperti SPECIMEN yang akan dibahas dilain kesempatan. 


Budi Rachmanto
Slawi - Jawa Tengah







59. 1000 RUPIAH SUDIRMAN

Tentu banyak diantara kita yang sudah mengenal pecahan 1000 Rupiah seri Sudirman ini. Di bagian depan  terdapat gambar Jendral Sudirman berwarna orange dan di bagian belakang bergambar pabrik petrokimia yang di katalog Pick disebutkan sebagai PT PUSRI. Uang yang dominan berwarna kuning kecoklatan ini mulai diedarkan tanggal 13 Januari 1969 dan ditarik pada 1 September 1977. 

1000 Rupiah 1968


Pecahan ini menurut Katalog Uang Kertas Indonesia edisi 2010 hanya terdiri dari satu variasi saja yaitu 3 huruf 6 angka. Sedangkan pada Katalog Pick ada tambahan lagi yaitu variasi SPECIMEN.

Variasi beredar 3 huruf 6 angka bila diperhatikan dengan lebih teliti lagi ternyata juga memiliki perbedaan.  Perbedaannya sangat sedikit sehingga kerap lolos dari pandangan mata kita. Dimana letaknya?
Yaitu pada nomor serinya. 
Untuk jelasnya mari kita lihat gambar berikut :


Perhatikan gambar di atas baik-baik. 
Uang 1 bernomor seri ZCV064590 
Uang 2 bernomor seri CFA053128
Apakah teman-teman sudah melihat perbedaannya?

Ukuran nomor seri uang 1 lebih rapat bila dibandingkan nomor seri uang 2. 
Bila diukur panjang nomor seri uang 1 adalah 31 mm dan uang 2 adalah 34 mm. 
Terdapat perbedaan sekitar 3 mm. 
Perbedaannya sangat kecil..... Mungkin terlalu kecil untuk diperhatikan.
Tetapi walaupun kecil, hanya 3 mm, tetap saja ada perbedaan bukan?

Pertanyaan berikutnya "Mengapa berbeda?"
Tentu sulit untuk dijawab dengan pasti karena hanya Perum Peruri yang bisa menjawabnya, apalagi sewaktu uang ini dicetak statusnya masih sebagai PN Pertjetakan Kebajoran.. Tetapi tanpa melalui Perum Peruri, kita juga bisa membuat perkiraan berdasarkan pengamatan dari uang-uang yang kita miliki. Sudah saatnya kita sebagai kolektor jangan hanya bisa membeli, membeli dan membeli. Sekali-sekali amati dengan teliti uang-uang yang telah kita beli dengan susah payah yang saat ini mungkin tersimpan dan tertutup debu karena sudah bertahun-tahun tidak pernah dilihat lagi.

Berdasarkan pengamatan yang pernah dibuat oleh sesepuh kita pak Adi Pratomo dengan Jurnah Rupiahnya, ditambah lagi sumbangan gambar dan informasi dari banyak teman-teman kolektor, maka dapat dibuat kesimpulan mengapa terdapat perbedaan tersebut.

Sebagian dari sekian banyak uang yang berhasil dikumpulkan dan dicatat


Ciri penomoran uang ini adalah :
1. Memiliki 3 huruf dan 6 angka
2. Huruf acuan adalah huruf kedua
3. Huruf I tidak dipergunakan
4. Huruf X merupakan seri pengganti
5. Angka pertama selalu 0

Uang-uang yang terkumpul dikelompokkan menurut huruf kedua yang merupakan huruf acuan.. Sampai saat ini telah didapatkan 10 urutan yaitu :
xAx, xBx, xCx, xDx, xEx, xFx, xGx, xHx, xJx dan xKx.
Variasi 1 yang lebih rapat (31 mm) didapatkan pada 4 huruf pertama, yaitu A, B, C dan D. Sedangkan variasi 2 yang lebih renggang (34 mm) ditemukan pada huruf-huruf sisanya. Perhatikan tabel berikut :


Dari tabel dapat disimpulkan bahwa variasi 1 yang mempunyai huruf acuan lebih awal sangat mungkin  dicetak terlebih dahulu, baru disusul variasi 2. 
Maka pertanyaan kitapun dapat dijawab dengan sendirinya, "Mengapa terdapat perbedaan panjang pendeknya nomor seri?" Jawabannya adalah "Karena adanya cetak ulang". 
Variasi 2 merupakan cetakan ulang yang dikeluarkan belakangan. 

Dari data lanjutan yang dikumpulkan dapat dilihat bahwa peralihan variasi 1 dengan 2 terjadi di huruf acuan xDx. Perhatikan gambar di bawah, DDR masih memakai variasi 1 tetapi SDZ sudah menggunakan variasi 2. Seorang teman mengirimkan data bahwa ODx masih memakai variasi 1, berarti perubahan terjadi diantara PDx, QDx dan RDx. Siapa lagi yang bisa membantu?

     Peralihan terjadi di xDx
  

Dengan demikian tabel yang kita buat di atas dapat disempurnakan lagi menjadi :

Variasi 1 terdiri dari 3-4 huruf (A, B, C dan sebagian D) 
Variasi 2 terdiri dari 6-7 huruf. (Sebagian D, E, F, G, H, J dan K)
Dapat disimpulkan variasi 2 berjumlah 2 kali lebih banyak.


Mari kita pooling :
Variasi manakah yang anda miliki ?
a. Variasi 1
b. Variasi 2
Kirim melalui email atau shoutbox, sebutkan juga huruf acuannya.


Terima kasih banyak untuk pak Adi Pratomo yang telah menginspirasi tulisan ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta 29 Juli 2014
Kritik dan saran hubungi email arifindr@gmail.com