Minggu, 16 November 2014

38. Specimen Nomor Jalan


UANG KERTAS SPECIMEN NOMOR JALAN & BERLUBANG BINTANG.
ASLI atau PALSU?

Kabar menggembirakan di dunia numismatik Indonesia adalah dengan munculnya publikasi & transaksi on-line via internet yang bisa mengatasi keterbatasan waktu & jarak yang berjauhan seperti yang dihadapi oleh pembeli dan penjual dengan sistem tradisional face to face. Selain itu karena dikelola oleh admin yang profesional, tentu jaminan keamanan dapat diandalkan. Selain mengadakan transaksi on line, website tsb perlu dipuji karena juga melakukan pendidikan kepada masyarakat menganai hakekat numismatika.

Memang sebelumnya sudah banyak bermunculan transaksi numismatik secara on line antara lain tokobagus, kaskus, dll. Tapi alih-alih memberdayakan masyarakat, dalam hal penjualan benda numismatik website ini justru sering menjerumuskan numismatis pemula. Sedikit banyak kita bisa memakluminya sebab admin website ini tidak berkecimpung khusus di dunia numismatik sehingga divisi numismatik yang dimilikinya tumbuh liar tanpa pengarahan. Berbeda halnya dengan www.pembeli-kuno.blogspot.com & www.kintamoney.com yang memang dikelola dengan baik dan benar oleh admin yang memang expert di bidangnya & sudah memiliki reputasi baik di dunia numismatik Indonesia.

Demikian banyak benda numismatik yang didisplay dalam website tsb, dua di antaranya yang banyak mengundang kontroversi adalah UANG KERTAS SPECIMEN NOMOR JALAN (SNJ) & LUBANG BINTANG. Bagaimana cara mengenali ciri benda “ASLI”? Tentu saja yang dimaksud dengan ‘asli’ adalah resmi dibuat oleh PERURI & Bank Indonesia selaku institusi resmi di negara ini yang memiliki otoritas mencetak & mengedarkan uang kertas tsb. Sedangkan yang dimaksudkan “PALSU” adalah jenis yang dibuat oleh masyarakat dengan maksud untuk menaikkan harga jual dan/atau mengelabui numismatis lainnya.

Adalah sesuatu yang cukup adil bagi semua pihak, jika admin dan/atau penjual memberikan keterangan: “KEASLIAN TIDAK DIJAMIN” jika ybs memang merasa kurang memiliki pengetahuan untuk membedakan asli atau palsu benda yang akan diperdagangkan. Namun akan terasa aneh jika admin atau penjual tidak berani mencatumkan keragu-raguannya dalam deskripsi benda yang didisplay, sedangkan harga terus membumbung tinggi. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab jika di kemudian hari ditemukan bahwa benda tsb adalah palsu? Pada titik ini, jangan disalahkan jika ada numismatis lain yang melakukan intervensi guna menjamin ke-asli-an atau ke-palsu-an benda tsb. Untuk semua pihak, daripada bermuka masam terbelit dalam kecurigaan tak berdasar, seharusnya beruntung memperoleh jaminan secara cuma-cuma tanpa loyalty dari pihak ke tiga sedangkan jaminan keaslian itu seharusnya merupakan kewajiban admin atau penjual. Sedangkan bagi pihak yang memiliki kecenderungan waham curiga, jaminan ini disalah artikan memiliki muatan tersembunyi atau keberpihakan. Baiklah, daripada hanya menuliskan seribu satu kalimat yang abstrak & sulit dibayangkan dalam memperbandingkan asli atau tidaknya benda numismatik, sekarang mari kita tengok contoh kasus faktual sbb:


A.SPECIMEN NOMOR JALAN (berikutnya disebut “SNJ”)
Berbeda dengan specimen jenis “XXX 000000” atau “123456789” yang tak diragukan lagi keasliannya, maka SNJ memiliki nomor seri seperti layaknya uang biasa yang beredar, namun terdapat overprint “Specimen” yang biasanya (namun tidak selalu) diikuti kalimat “Tidak Berlaku”. Perhatikan nomor seri tiga jenis SNJ di bawah ini:


Asli atau palsukah ketiga jenis SNJ di atas? Apa buktinya jika dikatakan palsu atau asli? Apakah benar perdebatan tentang hal ini tidak pernah kunjung usai dari dulu hingga sekarang, sehingga tak seorangpun bisa dan berani menjamin keasliannya? Beberapa mitos sering dilantunkan oleh numismatis dengan menggunakan pengamatan sesaat yang dimiliknya sebagai tolok ukur sebuah kebenaran, antara lain:

1. “Angka SNJ selalu bernomor kecil”.
Misal XXX 000328, atau XYZ 000022 dst. Mengikuti jalan pikir ini maka selain bernomor kecil, uang tersebut adalah palsu. Mitos ini dapat dipatahkan dengan mudah karena sebenarnya banyak sekali SNJ yang berangka besar, antara lain:



2. “Angka awal SNJ selalu dimulai dengan huruf nol (0)”.
Lagi-lagi argumen ini terlalu mudah dipatahkan. Terbukti tidak semua uang kertas SNJ menggunakan awalan nol (0). Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh yang mampu menggugurkan asumsi itu:



3. “Jenis yang sekarang diperjual belikan masih asli, tapi nanti setelah harga membubung tinggi akan banyak dipalsukan”
Jawab “YA” dan “TIDAK”. Mengapa demikian? Sebab pemalsuan itu pada dasarnya tidak perlu menunggu “nanti” karena fakta telah menunjukkan bahwa jenis SNJ saat ini telah diapresiasi oleh numismatis jauh melebihi nilai nominal yang dikandungnya. Sebagai contoh Rp 10.000 HB IX (Lihat Gambar 1) telah mencapai harga Rp 600.000. Ini berarti telah melewati 6.000% dari nominal atau setidaknya 3.000% daripada sebagai benda numismatika. Pada bursa sebelumnya jenis2 SNJ juga telah mencapai harga hingga beberapa ribu persen. Untuk itu penulis merasa bersyukur karena pada – tujuh tahun yang silam beratus lembar dari berbagai SNJ muncul begitu saja dipasaran dengan harga yang relatif tidak berbeda dengan barang yang sama tanpa oversprint Specimen. Dengan memiliki barang ini, maka penulis memiliki bahan yang cukup untuk melakukan analisa perbandingan.

Terdapat berbagai cara mengenali keaslian SNJ, salah satunya yaitu penelitian berbasis teknologi (scientific investigation). Konon dengan sinar tertentu kita dapat mendeteksi dengan mudah jenis tinta baru atau lama. Cara kedua adalah: tinta atau sebagian kertas dikelupas / dikorek untuk diteliti lebih lanjut. Penulis tidak mau atau tidak rela memilih cara ini dengan alasan: 1. Tidak mengetahui lokasi laboratorium yang bersedia melakukan uji test fisik, 2. Besar kemungkinan untuk penelitian tsb dikenakan biaya yang tidak murah, 3. Tidak rela benda numismatik kesayangan penulis mengalami proses “autopsy” yaitu dengan dikerat atau dikorek. Testimony keaslian dari SNJ sebenarnya juga bisa kita dapatkan seandainya saja PERURI atau BI sebagai “organisasi induk” yang paling kompeten bersedia memberikan konsultasi kepada para numismatis. Tapi renjana ini untuk sementara sebaiknya kita sisihkan mengingat halangan birokrasi dan kesibukan para petinggi kedua instansi. Jika demikian kita harus bergantung pada diri kita sendiri.

Mari kita kembali kita melihat Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3. Seperti yang pernah penulis umumkan, penulis berani menjamin keasliannya. Dari mana penulis berani meyakini keaslian SNJ tsb di atas? Dengan logika sederhana kita bisa mengenali keaslian benda numismatik. Selanjutnya ketiga gambar tersebut kita bandingkan dengan ketiga gambar di bawah ini:


Jelas terlihat kedekatan nomor seri antara Gambar 1/2/3 dengan Gambar 9/10/11.
1. Rp 10.000 H.B. IX 1992 : Gambar 1 # XBC 000109 vs Gambar 9 # XAC 000047.
2. Rp 5.000 Teuku Umar 1985 : Gambar 2 # XAE 000955 vs Gambar 10 # XAE 000967.
3. Rp 10.000 R.A. Kartini 1985 : Gambar 3 # XAR 001035 vs Gambar 11 # XAT 001044.

Nomor seri Gambar 1 & 9 hanya berbeda di huruf tengah. Ini bisa diartikan berasal dari tahun yang berbeda (mempertimbangkan sistem penomor serian uang uncut yang diterbitkan BI saat ini), tetapi bisa juga diartikan keduanya berasal hanya dari lembar plano kertas yang berbeda tapi masih bertahun cetak yang sama. Sedangkan Gambar 2 & 3 serta 10 & 11 dipastikan berasal dari gepok yang sama. KESIMPULANNYA: SNJ Gambar 1, 2 & 3 = ASLI!

Dengan hanya membandingkan kedua group SNJ tsb di atas, mengapa penulis bisa menarik kesimpulan segampang itu? Jawabnya sederhana: karena gambar pembanding 8, 9 dan 10 berasal dari website Bank Indonesia mengenai berbagai jenis uang kertas yang ditarik oleh BI dari peredaran. Lihat link:
Jika kita masih meragukan keaslian gambar pada website BI, itu berarti kita meyakini tak ada lagi lembaga kredibel untuk melakukan testimoni. Nah kalau sudah tidak percaya dengan BI lalu mengapa kita tetap menekuni dunia numismatik dengan spesialisasi uang kertas Indonesia?

B.MISTERI LUBANG BINTANG.
Misteri kedua yang harus dapat kita pecahkan tanpa bantuan PERURI & BI, adalah LUBANG BINTANG pada uang kertas tahun 1952 dan 1956 seperti yang terlihat di bawah ini. Aslikah lubang ini? Dikatakan “asli” jika memang dibuat oleh BI atau PERURI dengan maksud untuk dimusnahkan, ditarik, atau maksud-maksud lainnya. Disebut “palsu” jika dibuat oleh masyarakat biasa dengan maksud mengelabui numismatis. Bagi penulis masalah ini relatif sulit untuk dijawab dibandingkan menjawab misteri SNJ di atas, namun jika kita cukup jeli, kita dapat membedakan karakterisktik punch hole dengan punch hole lainnya. Bukankah setiap proyektil peluru yang dimuntahkan dari sebuah senapan memiliki alur yang khas dan hal itu membuktikan adanya keunikan masing-masing senapan? Dalam dunia forensic uji balistik dapat memaksa sebuah peluru berbicara & memberikan kesaksian. Contoh faktual adalah pada Gambar 12 dan 13: ASLI atau PALSU?


Untuk menganalisa lubang pada Gambar 12 & 13 yang beresolusi rendah, penulis terpaksa menggunakan pembanding koleksi peribadi yakni Gambar 14.


Sebagian numismatis berpikir terlalu sederhana bahwa lubang itu bisa dibuat dengan mudah baik menggunakan pisau cutter, gunting maupun pembolong atau alat punch hole yang mudah dibeli disetiap toko buku. Tapi sebenarnya pembuatan lubang sejenis tidak segampang yang dipikirkan orang awam, dengan dasar sbb:
1. Terdapat pola kertas bergerigi pada setiap sisi lubang. Gerigi semacam ini tidak mungkin dibuat dengan pemotongan yang mempergunakan gunting atau pisau cutter, karena sisi yang tercipta akan berupa garis lurus. Gerigi ini hanya dapat terjadi jika pemotongan menggunakan mesin atau alat pelubang khusus, yang tidak bisa dihasilkan oleh alat punch hole biasa.
2. Pada setiap ujung sudut lubang bintang selalu memiliki bekas sayatan extra. Ini terjadi pula pada jenis Gambar 12, 13 dan 14, meskipun pola bintang & dimensinya jelas berbeda. Sayatan extra ini bisa terjadi karena tekanan mesin punch hole, bukan karena sayatan akibat pisau cutter / gunting / punch hole biasa.
3. Jika uang kertas tsb belum mengalami rekayasa fisik (misalnya: di setrika, dicuci, di pres/tekan), maka setiap sudut bintang akan cenderung melengkung ke atas atau ke bawah. Dengan demikian jika kita raba permukaan kertas akan terasa timbul pada bagian lubang. Mesin punch hole yang menyebabkan hal ini, bukan pisau cutter atau gunting. Pelubangan secara massal (misalnya satu gepok sekaligus) menyebabkan permukaan uang kertas melengkung kearah bantalan permukaan yang lebih lunak dibandingkan baja pelubang.
4. Pada kasus pelubangan satu gepok (Gambar 13) analisa keaslian akan lebih mudah dilakukan dibandingkan jika uang tsb adalah tunggal. Sayang disayang, scan resolusi Gambar 13 tidak cukup tinggi. Namun dengan resolusi yang seadanya itu, penulis dapat meyakini bahwa nomor seri GAMBAR PALING BAWAH tidak mungkin di antara nomor seri gambar atas & gambar tengah. Mengapa demikian? Sebab alat atau mesin punch hole tidak mungkin membuat satu lubang yang sama sempurna. Urutan masing-masing kertas membuat kesempurnaan lubang bintang menjadi berbeda-beda. Semakin dekat dengan mesin mata pisau, maka lubang semakin sempurna. Sebaliknya, semakin jauh dengan mata pisau maka kesempurnaan lubang akan semakin berkurang akibat tekanan pisau telah ditahan oleh kertas yang terdekat.

Berdasarkan analisa di atas-lah penulis meyakini keaslian benda pada Gambar 12 & 13. Nah setelah penulis uraikan dasar logika keaslian/kepalsuan uang kertas berlubang, sekarang waktunya dipersilahkan bagi rekan yang merasa dengan mudah memalsukan untuk membuatnya. Semakin banyak dan urut nomor, semakin baik untuk diuji coba. Penulis masih memiliki satu rahasia yang terpaksa belum bisa dipublikasikan untuk membuktikan bahwa pelubangan semacam ini tidak mudah dilakukan setiap orang, & untuk mendukung garansi keaslian benda tsb seperti yang pernah penulis utarakan.

Lubang atau perusakan serupa memang unik, namun sebenarnya juga terdapat di beberapa uang kertas Indonesia, Timor Timur & luar negeri lainnya. Berikut ini adalah contoh uang yang ‘dirusak’ yang memiliki makna antara lain: a). Tanda sudah dibayar, sudah dicairkan atau diuangkan, b). Contoh uang, tidak memiliki nilai, c). Tidak berlaku lagi, d). Ditarik / dimusnahkan, e) Dinyatakan palsu, f). Penurunan mata uang. Gambar tidak diurut, namun ditampilkan secara acak sbb:


Sedangkan pada kupon Bantuan Langsung Tunai (juga Coen 10 g & Recepis) Gambar 21-23, perusakan tidak menggunakan alat pembolong, melainkan dengan cara digunting atau disobek. Perhatikan kupon no 1 dan 2 telah hilang karena diuangkan oleh pemegang BLT. Untuk ilustrasi lebih mudah, buku tabungan BCA yang kita miliki akan selalu digunting jika print out di dalamnya sudah penuh & telah diganti oleh bank yang bersangkutan.



Sedikit bahan pertimbangan, pada saat sekarang ini ketika dunia dan Indonesia pada khususnya dilanda fundamentalisme keyakinan yang begitu kuat, lubang berpola bintang BINTANG DAUD yang dikeluarkan institusi berwenang di Indonesia adalah sebuah kemustahilan terjadi. Fanatisme berkeyakinan akan menolak segala macam atribut yang dikait-kaitkan dengan lambang dari musuh politik, ideologi & keyakinan. Anda bisa bayangkan bagaimana reaksi amuk masyarakat jika melihat gambar Pangeran Diponegoro yang mengenakan sorban, wajahnya ditimpa begitu saja dengan lubang berpola Bintang Daud atau Star of David.
Jika BI atau PERURI membuat lubang serupa, maka dapat diyakini bahwa hal itu terjadi ketika Indonesia masih relatif terbebas dari kefanatikan semu yang bersifat merusak.

Sementara belum ada jawaban panduan dari BI dan/atau PERURI, berdasarkan analisa ciri-ciri tersebut di atas penulis meyakini keaslian LUBANG BINTANG tsb. Testimoni keaslian ini bukan didasarkan subyektivitas seperti yang diduga oleh banyak orang, tetapi untuk mendudukkan fakta pada posisi yang sebenarnya. Jangan sampai benda palsu dikatakan asli, atau sebaliknya asli dikatakan palsu,padahal masih banyak numismatis yang masih awam membutuhkan informasi terhadap benda tersebut. Memang untuk membeli jenis-jenis uang tersebut di atas dibutuhkan kejelian & keberhati-hatian extra mengingat uang serupa seakan-akan mudah dipalsukan. “Kecurigaan” adalah alat yang baik untuk menghindarkan diri dari kerugian moril maupun materiil, sebagaimana “rasa takut” perlu dimiliki oleh semua orang untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan buruk. Namun rasa curiga yang berlebihan tanpa dasar yang kuat sering disebut sebagai paranoid atau waham curiga atau skizoprenia. Dan jangan kaget, paranoid di dalam ilmu psikologi termasuk dalam kategori gangguan kejiwaan. Akhir kata, penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran-saran dan selalu membuka kemungkinan adanya fakta baru yang bisa menggugurkan keyakinan lama.


Jakarta, 9 April 2011
UnO
Pengamat numismatika
Email: rupadhatu2002@yahoo.com
Referensi:
- Katalog Koleksi Uang Kertas Bank Indonesia, Museum Artha Suaka 2006.
- Koleksi pribadi penulis.
- Percetakan Uang RI Dari Masa Ke Masa. Cukilan Fakta & Peristiwa Periode 1958 – 1971, PERURI 1988.
- Poster pengumuman penarikan uang dari Bank Indonesia.

39. Rp.5 seri Sukarno (1960)




Pecahan 5 rupiah ini merupakan pecahan terkecil dari seri Sukarno 1960. Berwarna ungu dan memiliki pengaman berupa benang pengaman dan tanda air. Baik KUKI ataupun Pick, keduanya membagi pecahan ini dibagi menjadi 2 variasi yaitu :
a. Tanda air Soekarno 3 huruf 6 angka dan
b. Tanda air banteng 3 huruf 6 angka.

Selain berbeda tanda air, letak benang pengaman juga berbeda. Uang yang bertanda air Sukarno ada di sisi kanan sedang yang banteng ada di sisi kiri. Perhatikan gambar berikut :


2 jenis tanda air yaitu Sukarno dan banteng, perhatikan perbedaan letak benang pengaman


Pertanyaannya sekarang adalah
1. Yang mana yang lebih dulu diedarkan, variasi tanda air Sukarno atau banteng?
2. Kapankah perubahan itu terjadi? Dan
3. Apakah ada variasi lain selain kedua variasi tersebut?

Untuk itu mari kita bahas satu persatu.

Yang mana yang lebih dulu dikeluarkan, variasi bertanda air Sukarno ataukah banteng?
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sistem penomoran uang Sukarno memakai sistem 3 huruf 6 angka. Dari 3 huruf tersebut, huruf kedua merupakan huruf kunci. Sekarang mari kita susun uang-uang tersebut berdasarkan abjad huruf kedua.


Susunan uang menurut abjad pada huruf kedua, mulai dari A,B,C,D,E dan H

Setelah diperhatikan dengan cermat ternyata huruf kedua yang berabjad A,B,C dan D semuanya memiliki tanda air Sukarno, sedangkan yang E dan H bertanda air banteng. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa uang bertanda air Sukarno dicetak terlebih dahulu karena memiliki abjad yang lebih kecil.

Gambar tersebut sekaligus bisa menjawab pertanyaan kedua bahwa perubahan dari tanda air Sukarno menjadi banteng terjadi antara huruf kedua D dengan E. Tetapi dimana tepatnya, perlu penelitian lebih lanjut.

Untuk menjawab pertanyaan ketiga yaitu apakah ada variasi lain di luar kedua variasi tesebut di atas, mari kita perhatikan dengan lebih teliti uang yang bertanda air Sukarno. Perhatikan gambar berikut :



Setelah diamati dengan teliti ternyata uang bertanda air Sukarno juga memiliki perbedaan, yaitu Sukarno 'kurus' dan 'gemuk'. Kedua gambar tersebut sangat berbeda sehingga rasanya tidak pantas bila dijadikan satu kelompok. Apalagi bila kita lihat dari buku Sejarah Bank Indonesia jilid 2 halaman 309:




Pada buku tersebut disebutkan dengan jelas bahwa pecahan 5 rupiah 1960 terdiri dari 3 jenis variasi yang dibedakan menurut waktu dikeluarkannya. Variasi pertama memiliki tanda air Sukarno 'kurus' diedarkan pertama kali 13 Desember 1965, memiliki abjad huruf kedua A,B dan C. Variasi kedua merupakan cetak tambahan yang dicetak tahun 1966 (tanpa tanggal dan bulan), memiliki tanda air Sukarno 'gemuk' dan berabjad D, sedangkan variasi ketiga bertanda air kepala banteng dan diedarkan mulai tanggal 30 Agustus 1966 berabjad huruf kedua mulai E.

Karena perbedaan tersebut terlihat dengan jelas baik melalui buku resmi terbitan Bank Indonesia maupun melalui pengamatan secara fisik, maka sebaiknya kita mulai melakukan perubahan pandangan bahwa uang ini bukan lagi terdiri dari 2 variasi tetapi menjadi 3 variasi :

Seri Sukarno 1960
5 rupiah
a. Tanda air Sukarno 'kurus' (A,B,C)
b. Tanda air Sukarno 'gemuk' (D)
c. Tanda air kepala banteng (E,....,H,..?)

Dari ketiga variasi jelas variasi b adalah yang terlangka.



Pecahan 5 rupiah Sukarno Riau

Pecahan 5 rupiah Sukarno Riau memiliki persamaan fisik dengan 5 rupiah Sukarno versi biasa. Perbedaannya adalah :
1. Terdapat overprinted RIAU di bagian muka uang kertas
2. Terdapat overprinted KR pada nomor seri di bagian belakang uang
3. Nomor seri selalu dimulai dari huruf X
4. Memiliki tanda air Sukarno

Rupanya pecahan 5 rupiah RIAU diambil dari seri pengganti (X), karena itu sistem penomorannya tidak bisa disamakan dengan sistem pada uang beredar sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Dari semua seri X yang berhasil didata didapatkan bahwa peralihan tanda air Sukarno 'gemuk' menjadi kepala banteng adalah pada abjad XS_ dengan XT_


XS bertanda air Sukarno 'gemuk' sedangkan XT bertanda air kepala banteng


Pertanyaannya sekarang, apakah semua pecahan 5 rupiah RIAU memiliki tanda air Sukarno, 'kurus' ataukah ada variasi yang bertanda air Sukarno 'gemuk' atau kepala banteng? Mari kita lihat abjad yang ada pada pecahan 5 rupiah RIAU :



Dari gambar yang berhasil saya kumpulkan, abjad tertinggi pecahan 5 rupiah RIAU adalah XF_, sangat jauh dari peralihan ke banteng di XT_, apalagi bila kita tahu bahwa seri Sukarno RIAU hanya berlaku sampai dengan 30 Juni 1964, sedangkan variasi Sukarno 'gemuk' dimulai pada 1966 dan variasi kepala banteng baru diedarkan pada 30 Agustus 1966. Dengan demikian jelaslah bahwa pecahan 5 rupiah RIAU hanya memiliki satu variasi tanda air yaitu Sukarno 'kurus'. Bila ada variasi lainnya, maka dengan jelas dapat kita katakan bahwa uang tersebut diragukan keasliannya.

Satu hal yang menarik adalah, walaupun pecahan 5 rupiah Sukarno RIAU beredar lebih dulu (15 Oktober 1963) dibandingkan pecahan 5 rupiah Sukarno biasa (13 Desember 1965), tetapi jelas bahwa seri Sukarno biasa telah dicetak terlebih dahulu dan telah siap diedarkan di wilayah NKRI. Terbukti dari tahun tertera di uang tersebut (1960) dan juga overprinted KR pada nomor serinya. Mengapa pihak yang berwenang melakukan hal tersebut? Mengapa tidak mencetak dengan warna yang berbeda seperti pada pecahan 10 dan 100 rupiah RIAU? Apakah mungkin pecahan 5 rupiah seri pengganti versi biasa (X) terlalu banyak stoknya? Mungkin kita tidak akan pernah tahu jawabannya.



Jakarta 15 April 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo
2. KUKI
3. Sejarah Bank Indonesia periode II 1959-1966
4. Koleksi teman-teman kolektor

40. Manipulasi pada uang kertas 'pencucian' (1)

Info uang kuno kali ini akan membahas artikel yang sangat menarik. Suatu artikel yang sangat sensitif dan tidak pernah dibahas di website manapun. Saya berharap semoga info uang kuno ini bisa mencerahkan dan menyadarkan kita bahwa bagi orang-orang tertentu, agar barang dagangannya mendapatkan harga terbaik maka rela melakukan tindakan-tindakan manipulasi. Apa bentuk manipulasi yang dilakukan? Mari kita bahas bersama.

Dalam membeli uang kertas kuno tentu sedapat mungkin kita akan berusaha mencari yang berkondisi terbaik, kalau bisa yang UNC, tetapi kalau keadaan tidak memungkinkan, cukup yang AU atau EF saja. Masalahnya, apakah barang yang kita beli benar-benar berkondisi sebaik yang diharapkan? Apakah mungkin kita mendapatkan barang yang seolah-olah berkondisi baik tetapi ternyata tidaklah demikian? Apakah ada metode-metode tertentu yang dapat membuat uang kertas menjadi tampak lebih bagus? Jawabannya adalah: ADA.

Banyak sekali metode tertentu yang dapat membuat uang kertas seolah-olah menjadi tampak lebih bagus, satu diantaranya yang paling sering dilakukan dan paling sulit dikenali adalah tehnik 'pencucian'.

Pencucian uang kertas dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara tradisional yaitu merendam dalam larutan sabun atau pemutih (cara basah) sampai cara modern dengan menggunakan larutan pembersih khusus yang bisa didapatkan di toko2 kimia atau toko penjual uang kuno di dalam maupun di luar negeri (cara kering). Tidak seperti cara basah yang meninggalkan bau khas pemutih, larutan pembersih modern tidak berbau, tidak berwarna dan dapat menghilangkan hampir semua noda termasuk noda tropis, noda coretan (pena, tinta) bahkan sampai ke noda akibat karat. Uang menjadi bersih, mulus, sedap dipandang dan sudah barang tentu akan menaikkan harga jual. Tetapi pernahkah kita berpikir: Kalau noda-noda saja dapat dihilangkan, bagaimana dengan nasib kertasnya? Apakah benar-benar tidak terpengaruh? Apalagi bila kita simpan selama puluhan tahun. Sudah saatnya kita sedikit kritis dan meningkatkan ilmu kita masing-masing agar tidak membeli barang2 yang telah dimanipulasi.

Saya tidak mengajarkan cara melakukan pencucian karena saya sendiri tidak paham dan tidak pernah melakukannya, tetapi akan saya tampilkan gambar-gambar dari uang yang telah dilakukan tindakan pencucian, mari kita belajar bersama.


Ada penjual yang memiliki 2 lembar uang federal 2,5 gulden 1948, kedua-duanya berkondisi sangat baik, tanpa tekuk maupun noda.


Uang yang sebelah kiri (serial #c/15) memiliki warna yang lebih terang dengan kertas yang lebih putih dibandingkan yang sebelah kanan yang terlihat agak suram dan tropis. Bila kedua-duanya berkondisi UNC, dan dijual dengan harga sama maka sudah tentu 100% anda akan memilih yang sebelah kiri. Pertanyaannya : sudah benarkah pilihan anda?

Mari kita amati uang sebelah kiri dengan lebih baik lagi, tampak mulus, putih dengan warna sangat terang, apalagi kertasnya tebal dan tidak berbau apapun, tidak ada noda atau kotoran sedikitpun, benar-benar barang pilihan. Membuat hati menjadi lebih yakin bahwa uang tersebut benar-benar orisinal dan dengan senang hati akan anda beli untuk disimpan di dalam album.



Singkat cerita, karena kena rayuan dan dikasih diskon oleh si penjual maka anda membeli kedua2nya. Anda bawa pulang kedua uang tersebut dengan hati gembira dan berpikir untuk segera menyimpan yang sebelah kiri dan menjual yang sebelah kanan di web lelang yang sekarang sudah marak ditemukan untuk mendapatkan sedikit untung. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan dari kita melakukan tindakan seperti ini bukan?


Sesampainya di rumah, sebelum anda memasukkan ke web lelang, iseng2 anda membuka website www.pembeli-kuno.blogspot.com dan membaca artikel tentang pengaman ultra violet. Anda tertarik dan berpikiran apakah yang akan terlihat kalau kedua uang tersebut disinari sinar UV. Maka anda cepat2 membeli sebuah lampu UV dan menyinari kedua uang tersebut. Mari kita lihat hasilnya.....


Uang sebelah kanan yang rencananya akan dijual, di bawah lampu UV tampak tidak bercahaya sama sekali. Wajar pikir anda, uang kertas jaman Belanda mana ada yang berpendar di bawah sinar UV, tehnologinya belum sampai....
Sekarang anda mengambil uang yang satunya, lalu meletakkannya di bawah lampu UV, apa yang terjadi....?


Loh... kenapa uang ini berpendar dan bercahaya? Hanya ada sebagian kecil saja yang tidak bercahaya yaitu di sisi kanan di atas angka 2,5 nya..... Kenapa demikian? Karena anda bingung maka kedua2nya anda letakkan di bawah lampu UV :



Dengan jelas anda bisa melihat perbedaan antara kedua uang tersebut, yang sebelah kiri, yang anda anggap lebih bagus, lebih bersih, dan akan menghiasi album anda ternyata memiliki warna yang tidak sesuai dengan yang satunya. Dengan terburu-buru anda mengambil semua uang2 lainnya dari album anda, menghadapkannya satu demi satu di bawah lampu UV dan dengan sangat terkejut anda mendapatkan bahwa banyak sekali uang-uang milik anda yang berpendar di bawah lampu tersebut.

Anda bingung dan bertanya-tanya, yang manakah yang benar? Yang berpendar atau yang tidak? Sebenarnya pertanyaan tersebut sudah anda ketahui sendiri jawabannya, yang berpendar justru adalah yang tidak benar. Semua uang kertas yang telah dicuci dengan bahan kimia (cara kering) menyebabkan warna berpendar di bawah lampu UV. Mari kita lihat contoh-contoh lainnya :


Coen 10 gulden yang seakan-akan berkondisi sangat baik, bagaimana rupanya bila dilihat di bawah sinar UV?


Beginilah jadinya, penuh dengan bercak yang ditinggalkan oleh bahan kimia pembersih.


Sudirman 5000 rupiah 1968, bandingkan antara yang atas dengan yang bawah. Sudah pasti yang atas lebih bagus bukan? Tetapi setelah dilihat di bawah sinar UV justru yang atas yang telah dimanipulasi.


Gambar Sudirman 5000 yang atas, penuh dengan bercak-bercak sisa bahan kimia.



Mari kita ambil 2 lembar buaya 50 rupiah 1957 yang keduanya UNC dan berurutan nomor serinya. Kita hadapkan keduanya di bawah lampu UV :

Uang yang atas berpendar sedangkan yang bawah tidak. Bandingkan bila dilihat secara langsung, tidak ada bedanya bukan? Apalagi keduanya berurutan nomornya.


2 lembar buaya 50 rupiah 1957, UNC dan urut nomor. Ternyata salah satunya telah mengalami proses 'pembersihan'.


Dengan cepat anda mengambil selembar pecahan 500 rupiah seri kebudayaan 1952, anda hadapkan di bawah lampu UV, inilah hasilnya :


Bandingkan bila dilihat langsung, sungguh tidak ada yang menyangka kalau uang yang mulus tersebut juga telah di manipulasi.

Pecahan 500 rupiah 1952 yang berkondisi 'sangat baik'



Sekarang kita ambil pecahan 500 rupiah seri bunga 1959, kebetulan anda memiliki 2 lembar, anda hadapkan pada lampu UV....

2 lembar pecahan bunga 500 rupiah 1959, salah satunya tampak berpendar di bawah lampu UV seperti pada gambar di bawah, tahukah anda uang yang bagian atas atau yang bawah?



Tampak sisa bahan kimia pembersih pada pecahan 500 bunga tersebut.


Anda ambil lagi 2 lembar kebudayaan 25 rupiah 1952, kedua2nya anda hadapkan di bawah lampu UV, kira2 yang mana yang sudah melalui proses pembersihan?



Setelah keduanya dihadapkan di bawah lampu UV, ternyata kedua2nya sudah pernah diproses....




Lalu anda ambil uang kuno simpanan anda, wayang 10 gulden urut nomor UNC! Pasti tidak mungkin dimanipulasi..... Mari kita lihat buktinya.

Wayang 10 gulden UNC dan urut nomor


Setelah dilihat di bawah lampu UV ternyata walaupun sedikit, uang bagian atas tidak lepas juga dari cairan pembersih.


Dengan kecewa anda mengambil lagi selembar uang simpanan anda yaitu wayang 5 gulden yang menurut si penjual berkondisi super UNC, anda hadapkan di bawah lampu UV dan........

Wayang 5 gulden 'super UNC'



Ternyata lebih parah lagi, selain penuh bekas bahan kimia terlihat juga bekas lipatan di bagian tengah yang tidak kelihatan pada inspeksi dengan mata telanjang. Rupanya lipatan tersebut telah di press dengan sangat rapi. Sekali lagi anda tertipu........


Anda kumpulkan uang-uang yang telah dimanipulasi tersebut, ternyata jumlahnya sangat banyak dan hampir seluruh album anda menjadi kosong.

Begitu banyaknya uang-uang kertas yang telah di 'cuci'


Anda bingung dan kecewa, lalu untuk menutup kerugian, anda masukkan di web lelang atau anda jual lagi ke teman-teman lainnya, tentu saja anda tidak perlu menjelaskan kalau uang tersebut pernah dibersihkan, toh bukan anda yang melakukan. Peduli amat dengan orang lain, yang penting adalah diri anda sendiri.


Demikian cerita tentang 'pencucian' uang kertas yang sudah merambah kesemua sisi, bukan hanya uang-uang umum saja yang terkena tetapi juga uang-uang langka. Semua barang yang ditampilkan disini adalah milik saya pribadi, yang baru saja saya seleksi dengan lampu UV. Begitu banyak uang kuno milik saya yang sudah saya simpan bertahun-tahun ternyata sudah dimanipulasi dan baru saya sadari beberapa hari yang lalu. Sudah barang tentu uang-uang tersebut tidak akan pernah saya jual kembali. Bagaimana dengan milik anda? Apa yang akan anda lakukan? Tetap disimpan dengan penuh kekecewaan, atau menjualnya secara diam-diam? Atau menjualnya kembali dengan berterus terang disertai kemungkinan timbulnya kerugian yang tidak sedikit? Pilihannya terserah hati nurani anda sendiri.

Karena itu mulai lelang uang kuno 9 dan seterusnya, semua materi akan saya periksa sendiri melalui pemeriksaan UV. Jaminan keaslian kondisi, bebas manipulasi dan grading yang ketat akan menjadikan lelang uang kuno 9 tetap memiliki kualitas teratas.


Contoh uang yang telah di 'cuci' dengan cara basah dan telah saya simpan selama belasan tahun. Kertas menjadi lemas, warna memudar dan sedikit demi sedikit menjadi hancur menjadi serpihan-serpihan seperti yang tampak di bagian bawah. Selain itu uang juga menempel pada album plastik sehingga meninggalkan bekas keputihan dengan bau yang sampai saat ini masih menyengat. Saya mendapatkan uang ini sekitar tahun 1999 dengan kondisi tidak separah gambar di atas.



Artikel ini bukan bertujuan untuk mendeskreditkan siapapun, tetapi agar kita menjadi lebih waspada dalam membeli. Jangan sampai barang2 yang telah kita kumpulkan dengan susah payah ternyata merupakan barang yang tidak orisinal. Dan kepada para pelaku pen'cuci'an uang, janganlah kalian melakukannya lagi. Selain menipu, perbuatan tersebut juga merusak keaslian uang, cepat atau lambat uang-uang yang terkena bahan kimia tersebut akan rusak dan akhirnya hancur.

Ada bentuk-bentuk manipulasi lainnya seperti trimming yang seringkali dilakukan pada uang-uang berukuran besar, termasuk uang langka pecahan besar seperti wayang dan JP Coen. Tentu akan kita bahas pada kesempatan lain.


Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, hati-hatilah dalam membeli dan bekalilah diri anda dengan ilmu yang cukup sehingga tidak mudah tertipu.


Salam numismatik
Jakarta 29 April 2010
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber : koleksi pribadi