Minggu, 16 November 2014

49. DIPONEGORO unissued

Beberapa waktu yang lalu salah satu balai lelang di Inggris (Spink Auction) menampilkan satu lot yang sangat menarik. Lot tersebut berisi sepasang uang seri Diponegoro yang tidak jadi diterbitkan (unissued), yaitu pecahan Rp5.000 dan Rp10.000. Mari kita lihat deskripsi lot tersebut.




Apa yang menarik dari lot 994 tersebut?
1. Berisi sepasang uang kertas Indonesia terlangka
2. Harga estimasi yang sangat rendah, 700 pound atau sekitar Rp15 juta setelah + fee. Padahal harga pasar uang ini diperkirakan 2 kali harga tersebut
3. Bentuk SPECIMEN yang TIDAK PERNAH terlihat sebelumnya, dan sangat mungkin bisa menambah bahkan merubah informasi yang ada di katalog


Dan ternyata benar, harga penutupan lot tersebut setelah ditambah fee, ongkos kirim dan biaya-biaya lainnya menjadi sekitar 1500 pound atau bila dirupiahkan menjadi sekitar Rp25 juta. Rupanya banyak juga yang berminat dengan lot ini.


Sekarang mari kita bahas apa saja yang membuat lot ini sangat menarik.



Perhatikan baik-baik bentuk uang di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Stempel SPECIMEN DE LA RUE & Co LTD NO VALUE berbentuk oval yang terletak di sudut kanan bawah dan kiri atas




2. Stempel SPECIMEN dengan nomor tertentu (002) yang terletak di margin bawah depan




3. Punch holes di atas tanda tangan




4. Stempel SPECIMEN yang melintang di tengah kertas uang



Beberapa hal tersebut di atas merupakan sebagian ciri khas SPECIMEN yang dicetak oleh Thomas De La Rue. Mari kita bandingkan dengan uang-uang lainnya :


Seri RIS, stempel De La Rue berbentuk oval di tengah dan SPECIMEN No 10 di bawah kiri



Seri binatang 1957, sepasang stempel oval, SPECIMEN no 39 dan punch holes



Seri bunga 1959, sepasang stempel oval, SPECIMEN No 30 dan punch holes



Seri Sukarno 1960, sepasang stempel oval, SPECIMEN N0 25 dan punch holes


Semua contoh di atas, yaitu seri RIS (1950), seri binatang (1957), seri bunga (1959) dan seri Sukarno (1960) memiliki variasi SPECIMEN Thomas De La Rue (TDLR). Hal ini sudah sepantasnya dan dapat dimengerti karena sebagian atau seluruh pecahan pada seri tersebut dicetak oleh TDLR. Buktinya tercantum pada KUKI atau pada uang yang bersangkutan.

KUKI mencantumkan nama pencetak (TDLR) pada pecahan Sukarno 2500 & 5000 Rupiah


Nama pencetak (TDLR) pada seri bunga tercantum dengan jelas di bagian depan uang


Sekarang kita kembali kepada uang Diponegoro, bagaimana keterangan di KUKI?

KUKI 1996 menyatakan bahwa uang ini dicetak oleh P.N. Pertjetakan Kebajoran Imp


Lalu bagaimana dengan keterangan pencetak di uangnya sendiri?

Ternyata tertulis "P.N. PERTJETAKAN KEBAJORAN IMP" juga


Berarti baik KUKI maupun keterangan pencetak yang tertera di uang menyatakan bahwa P.N. PERTJETAKAN KEBAJORAN IMP yang mencetak seri ini. Tetapi pada kenyataannya ditemukan bukti yang tak terbantahkan bahwa seri ini dicetak oleh TDLR.


Dua macam versi SPECIMEN, (1) TDLR dan (2) tanpa TDLR


Semua bentuk SPECIMEN seri Diponegoro yang pernah saya lihat adalah variasi tanpa TDLR (2). Tidak pernah sekalipun saya menemukan variasi SPECIMEN dengan TDLR (1). Apalagi dengan adanya keterangan baik di KUKI maupun di uangnya sendiri bahwa seri ini dicetak oleh P.N. Pertjetakan Kebajoran Imp. Kenyataan membuktikan bahwa ternyata TDLR memiliki peran dalam mencetak uang ini. Seberapa besar peran TDLR tentunya masih berupa tanda tanya.
Hal inilah yang menyebabkan lot bernomor 994 ini menjadi sangat-sangat menarik!


Pertanyaan :
Perhatikan keterangan pada gambar paling atas (lot detail), tertulis ND (1975), bandingkan dengan keterangan di KUKI 1996 hal 160 tertulis Seri Diponegoro 1971. Keduanya mencantumkan tahun yang berbeda, yang manakah yang tepat?
a. 1971
b. 1975
c. Bukan keduanya


Pembahasan dapat dilihat di bawah


DIPONEGORO unissued (2)

Setelah membaca artikel terdahulu, timbul suatu perbedaan persepsi tentang tahun penerbitan seri Diponegoro ini. Pada katalog lelang Spink Auction tertulis sebagai berikut :
Bank Indonesia, specimen 5000 Rupiah, ND (1975)


Lot 994. Spink menganggap uang ini bertahun 1975


Penjelasan tersebut dapat dimengerti karena Spink memakai Standard Catalog of World Paper Money (Katalog Pick) sebagai acuan. Mari kita lihat halaman yang mencantumkan seri Diponegoro :

Katalog Pick dengan jelas mencantumkan tahun 1975


Bagaimana dengan KUKI?
Mari kita lihat KUKI edisi perdana (1996) halaman 160.


KUKI menuliskan bahwa seri ini bertahun 1971


Jadi ada kontradiksi antara Pick dengan KUKI. Pick menuliskan 1975 sedangkan KUKI 1971. Menurut teman-teman yang manakah yang mendekati kebenaran? Mari kita bahas bersama.

Pick mengambil tahun 1975 bukan tanpa alasan, dan sepertinya alasan yang paling mungkin diterima karena salah satu pecahan seri Diponegoro yaitu 1000 Rupiah sangat mirip dengan versi beredarnya yang bertahun 1975. Perhatikan gambar di bawah:


Diponegoro versi beredar emisi 1975 (atas) dengan versi unissued (bawah)


Versi beredar bertahun 1975 sedangkan versi unissued tanpa tahun


Perhatikan juga kemiripan pecahan 5000 Rupiah antara Diponegoro unissued dengan penjala ikan emisi 1975.

Kedua pecahan memiliki corak yang serupa apalagi pada bagian belakang


Berdasarkan kemiripan seri Diponegoro pecahan 5000 dan terutama pada pecahan 1000 Rupiah dengan emisi yang beredar tahun 1975 maka Pick memutuskan untuk mencantumkan seri Diponegoro sebagai tahun 1975.
Sekarang bagaimana dengan KUKI, mengapa dan atas dasar apa mencantumkan tahun 1971 pada seri Diponegoro?
Para penyusun KUKI tentu memiliki dasar yang sangat kuat untuk mencantumkan tahun 1971 pada seri ini, pertimbangannya bukan pada versi beredar seperti pada Pick tetapi pada bukti yang lebih otentik. Mari kita lihat bersama:

Variasi Proof dan nomor jalan


Seri Diponegoro ternyata memiliki banyak variasi, diantaranya adalah :
1. Proof
2. Specimen
3. Specimen TDLR
4. Nomor jalan


Pertimbangan pertama :
Pada variasi Proof (1) dan nomor jalan (4) ternyata terdapat subvariasi lagi yang mencantumkan tanggal uang tersebut di approved yaitu :
Versi proof : tanggal 24 Oktober 1970
Versi beredar : tanggal 28 Juni 1971

Pertimbangan kedua :
Perhatikan ejaan yang dipergunakan pada kedua uang di atas yang masih memakai ejaan lama (Setudju, Djakarta dan Djuni). Ejaan yang disempurnakan (dj menjadi j) mulai berlaku tanggal 16 Agustus 1972.

Pertimbangan ketiga :
Seri Diponegoro unissued ditandatangani oleh Radius Prawiro yang menjabat sebagai gubernur Bank Indonesia tahun 1966 sampai dengan 1973 sedangkan emisi 1975 (1000 dan 5000 Rupiah) ditandatangani oleh Drs. Rachmat Saleh yang menjabat pada tahun 1973 sampai dengan 1983.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas :
1. Tanggal tertera 1970 dan 1971
2. Ejaan yang dipakai adalah ejaan lama sebelum 1972 dan
3. Ditandatangani oleh Radius Prawiro yang menjabat sampai dengan 1973

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa seri Diponegoro unissued:
1. Tidak mungkin bertahun cetak 1975
2. Jadi untuk saat ini mari kita menganggap bahwa tahun 1971 sebagaimana yang dicantumkan oleh KUKI adalah tahun yang paling mendekati kebenaran.
Setuju??


Tetapi KUKI bukan tanpa kelemahan, perhatikan gambar berikut yang diambil dari KUKI edisi 2010 halaman 160.


Apa yang patut diperhatikan pada uang tersebut?
Di KUKI 2005 uang yang diberi nomor H-310 ini diberikan keterangan sebagai berikut :

Tanda tangan : Drs. Rachmat Saleh dan Soeksmono B. Martokoesoemo
Percetakan : Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
Pengaman : Tanda air patung Majapahit
Nomor seri : 3 huruf 6 angka
a. Bertahun
b. Tidak bertahun


Bagaimana dengan katalog Pick?
Mari kita lihat bersama :


Pick juga membagi uang ini menjadi 2 kelompok yaitu
a. 1975. Watermark Majapahit statue
b. ND (No Date). Specimen. (Not issued)


Berdasarkan katalog KUKI, uang ini terdiri dari 2 jenis variasi yang perbedaannya terletak hanya pada 'ada atau tidaknya tahun penerbitan (1975)'. Sedangkan pada Pick ada tambahan SPECIMEN, not issued dan tidak adanya keterangan tentang tanda airnya. Rupanya Pick lebih lengkap mencantumkan keterangan dibandingkan KUKI.

Memang bila diperhatikan sepintas kedua uang ini sangat serupa. Tidak heran para penyusun katalog menyatukan keduanya dalam satu nomor.

Apakah memang benar demikian? Apakah benar uang 1000 Rupiah Diponegoro versi bertahun (1975) dengan versi tanpa tahun benar-benar serupa sehingga cukup dikelompokkan menjadi satu?
Mari kita bahas bersama.


1. Bila kedua jenis uang tersebut, pertama yang bertahun 1975 dan kedua yang tanpa tahun kita bandingkan bersama maka akan tampak bahwa ukuran jenis yang bertahun 1975 sedikit lebih panjang daripada jenis yang tanpa tahun. Untuk tepatnya ukuran kedua uang tersebut adalah :
a. 1975 : 158 x 79 mm
b. Tanpa tahun : 156 x 78 mm

Ukuran uang yang tanpa tahun (bawah) lebih kecil daripada yang bertahun (atas)



2. Bila kedua uang diterawang maka akan tampak tanda air yang bergambar :
a. 1975 : Patung Majapahit atau tepatnya Gajah Mada
b. Tanpa tahun : Pangeran Diponegoro


Tanda air Gajah Mada pada uang yang bertahun 1975 (atas) dan Pangeran Diponegoro pada yang tidak bertahun (bawah)


3. Kedua uang ditandatangani oleh Gubernur BI yang berbeda :
a. 1975 : Drs. Rachmat Saleh dan Soeksmono B Martokoesoemo
b. Tanpa tahun : Drs. Radius Prawiro dan Durmawel Achmad SH

Tanda tangan yang berbeda pada jenis yang 1975 (atas) dan yang tanpa tahun (bawah)


4. Pada bagian tengah uang, tepat di bawah tulisan SERIBU RUPIAH :
a. 1975 : Terdapat tulisan DIREKSI
b. Tanpa tahun : Tidak terdapat tulisan

Tulisan DIREKSI pada jenis yang 1975 (atas)



5. Pada sudut kanan bawah bagian depan uang :
a. 1975 : Terdapat bentuk segi lima yang teraba kasar bila diraba
b. Tanpa tahun : Tidak terdapat bentuk tersebut

Bentuk segilima pada jenis yang bertahun 1975 (atas)



6. Bila diperhatikan lebih teliti lagi percetakan kedua jenis uang tersebut :
a. 1975 : PERUM PERCETAKAN UANG RI IMP.
b. Tanpa tahun : P.N. PERTJETAKAN KEBAJORAN IMP.

Perbedaan tulisan pencetak pada kedua uang


7. Sekarang kita bandingkan nomor serinya. Keduanya jelas memiliki tipe huruf dan angka yang berbeda. Perhatikan gambar di bawah :

Jenis yang bertahun 1975 (atas) dan tanpa tahun (bawah)


8. Dan terakhir, bagaimana bila kedua uang kita sinar dengan lampu ultraviolet, hasilnya :
a. 1975 : Terdapat angka 1000 yang berpendar kehijauan di bagian belakang uang
b. Tanpa tahun : Tidak terdapat angka yang berpendar

Angka 1000 berpendar kehijauan pada jenis yang bertahun 1975.


Dengan ditemukannya paling tidak 8 perbedaan antara uang yang bertahun 1975 dan yang tanpa tahun, apakah cocok kedua jenis uang ini dikelompokkan menjadi satu?

Jawabannya sudah pasti adalah : TIDAK COCOK
Kedua uang ini adalah uang yang BERBEDA, dan tidak bisa dikelompokkan menjadi satu dengan hanya mencantumkan satu macam perbedaan saja yaitu bertahun dan tanpa tahun.

Kesimpulan: jenis uang yang tanpa tahun seharusnya diberikan nomor tersendiri dan sangat tidak tepat bila digabungkan dengan jenis yang bertahun karena bisa menimbulkan kesalahpahaman yang cukup berarti. Apa saja bentuk kesalahpahamannya? Kita bahas lain kali ya.......


(BERSAMBUNG)


Jakarta 25 Desember 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI 1996
2. Katalog Pick
3. Lelang Spink London
4. Website BI
5. Wikipedia
6. Koleksi gabungan para kolektor


50. Variasi Rp.100 (1984)


100 Rupiah burung dara mahkota emisi 1984


Kita semua pasti mengetahui pecahan ini. Selain mudah didapat, harganyapun tidak terlalu mahal. Uang berwarna dominan merah dan bergambar burung dara mahkota ini memiliki pengaman berupa tanda air Garuda Pancasila di bagian kanan dan benang pengaman di bagian tengah.

Menurut buku Sejarah Bank Indonesia Periode IV: 1983-1997, uang ini diedarkan mulai tanggal 1 Februari 1985 dan ditarik pada tanggal 25 September 1995 untuk diganti dengan seri selanjutnya yaitu Rp.100 perahu Pinisi emisi 1992.



Dengan harga yang terjangkau dan mudah untuk didapatkan, rasanya semua kolektor pemula pasti memiliki uang ini. Tetapi walaupun sudah punya, tidak banyak diantara kita bahkan termasuk yang sudah lama berkecimpung di numismatik menyadari kalau uang ini sebenarnya memiliki 2 variasi. Untuk jelasnya mari kita lihat katalog:


1. KUKI
Sejak edisi perdana, KUKI dengan jelas membagi uang ini menjadi 2 variasi yaitu :
a. Cetak dalam/Engraved
b. Cetak rata /Lithographed

KUKI membagi 2 variasi tanpa ada perbedaan harga


2. Standard Catalog of World Paper Money (Pick)
Katalog Pick membagi uang ini menjadi 3 variasi :
a. Engraved
b. Litho.
c. Specimen

Pick membagi menjadi 3 variasi dengan harga yang berbeda, varian engraved lebih mahal dibandingkan litho.


Pada kesempatan kali ini kita akan membahas kedua variasi yang pertama yaitu engraved dan lithographed. Kita tidak membahas variasi ketiga yaitu variasi SPECIMEN yang memang cukup sulit ditemukan.

Variasi ketiga (SPECIMEN) pada katalog Pick


Mari kita lihat perbedaannya :
a. Engraved, dicetak di atas bidang yang berukir (kasar) maka uang akan teraba kasar.
b. Lithographed, dicetak di atas bidang yang rata maka hasilnya akan terasa halus.


1. WARNA
Variasi a berwarna lebih merah dibandingkan variasi b

Variasi a (atas) lebih merah dibandingkan variasi b (bawah)


2. PERABAAN
Bila kertas diraba dengan teliti maka pada variasi a akan terasa kasar, terutama di bagian tengah tepat di angka 100 nya. Dan bila diperhatikan dengan baik maka bagian tersebut memberikan kesan lebih 'timbul'
Untuk jelasnya perhatikan gambar di bawah.


Variasi a (atas) bila diraba akan terasa lebih kasar dibandingkan variasi b


3. Bila uang digosok dengan pensil pada selembar kertas tipis :
Kedua variasi a dan b :
- Tampak tanda air berupa Garuda Pancasila
- Tampak benang pengaman
Variasi a : Tampak angka 100 di bagian tengah, sudut kanan bawah dan kiri atas serta gelombang horisontal di margin atas dan margin bawah.
Variasi b : Tidak tampak
Cara ketiga ini adalah cara paling praktis untuk membedakan kedua variasi.

Variasi a (atas) tampak angka 100 dan gelombang horisontal


4. LAMPU UV
Bila anda memiliki lampu UV maka akan lebih mudah lagi untuk membedakannya, variasi a akan memberikan warna yang lebih gelap dibandingkan variasi b. Ingat kedua variasi harus dibandingkan bersama agar jelas perbedaannya. Bila hanya satu variasi saja yang disinar lampu UV maka akan sulit menentukannya karena tidak ada perbandingan.

Di bawah lampu UV tampak perbedaan warna variasi a (*) dibandingkan variasi b


Variasi a (kiri) memberikan warna lebih gelap dibandingkan variasi b


5. NOMOR SERI
Pecahan ini memiliki penomoran yang unik.
Prefiks terdiri dari 3 huruf dengan huruf kedua sebagai huruf kunci (acuan)
Nomor seri terdiri dari 6 angka dimana angka pertama tercatat hanya terdiri dari 0, 1, 2 dan 3. Saya belum menemukan yang angka pertamanya 4, karena itu mohon bantuan teman-teman apabila menemukan angka pertama lebih dari 3.
Dengan demikian tampaknya penomoran akan menghabiskan prefiksnya terlebih dahulu dari AAA sampai ZZZ baru angkanya meningkat. Mirip seperti pecahan 5000 Rupiah emisi 2001 Tuanku Imam Bonjol.

Nomor seri terdiri dari 3 huruf dan 6 angka dimana angka pertama adalah 0, 1, 2 dan 3


Dari uang yang angka pertamanya 3, ternyata prefiks huruf keduanya yang tercatat terbesar adalah F (mohon koreksi bila ada yang lebih besar lagi), sehingga sangat mungkin penomoran angka 3 ini belum sampai Z alias belum selesai. Karena itu kecil kemungkinan akan ada angka pertama 4 atau lebih. Untuk penomoran seri pengganti (X) atau specimen perlu penelitian lebih lanjut.

Nomor seri berawal 3, huruf keduanya baru sampai F

Lalu apa korelasi antara nomor seri dengan variasi a dan b?
Ternyata variasi a ditemukan pada seluruh uang yang angka pertamanya 0 dan sebagian yang angka awalnya 1. Sedangkan yang berawalan 2 dan 3 seluruhnya merupakan variasi b.

Angka pertama :
0 = variasi a
1 = sebagian a dan sebagian b (mungkin batasnya di xQx dan xRx)
2 = variasi b
3 = variasi b (tidak habis dipakai)


Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan kalau variasi a dicetak dengan jumlah yang kurang lebih sama banyak dengan variasi b. Tetapi karena variasi a dicetak lebih dulu maka sangat mungkin lebih sedikit yang tersisa sehingga seharusnya harga menjadi sedikit lebih mahal. Tidak heran katalog Pick memberikan harga lebih tinggi untuk variasi a.

Untuk membuktikannya mari kita mendata uang-uang milik kita, ada berapa lembarkah uang milik teman-teman yang tergolong :
Variasi a atau variasi b
Kirimkan hasil perhitungan anda ke email saya atau masukkan di shout box. Hasil akan diumumkan agar kita mengetahui perkiraan populasi kedua variasi.

Perhitungan sementara dari banyak kolektor :
Variasi a : 2400
Variasi b : 600
Perbandingan 4 : 1
Siapa menyusul?


Jakarta 21 Januari 2014
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI
2. Pick
3. Sejarah Bank Indonesia Periode IV
4. Koleksi pribadi

51. Repair (1)


Seorang teman mengirimkan gambar uang Rp.1000 (1957) yang telah sobek di sisi kanannya sehingga tidak cukup bernilai untuk dijual. Karena itu, uang ini dijadikan semacam spare part, perhatikan sudut kanan dan kiri bagian atas yang sengaja digunting atau dirobek dan digunakan untuk memperbaiki uang-uang lain yang sejenis.



Sekarang kita meningkat ke topik yang sangat menarik yaitu perbaikan pada uang kertas (repair).
Kita sudah melihat bersama kasus wayang 100 Gulden yang tidak terjual pada lelang di China (Hosane) beberapa waktu yang lalu. Ada teman yang menyatakan kalau uang tersebut telah dilakukan perbaikan alias repaired. Penjelasan repaired ini tertera di bagian belakang uang yang tidak diperlihatkan untuk umum. Salah satu siasat kurang terpuji dalam menjual uang kuno. Untuk jelasnya saya akan berusaha meminta gambar bagian belakang uang tersebut.

Sementara menunggu kiriman gambar dari penyelenggara, kita akan melihat salah satu contoh repair pada uang kertas yang lain. Mari kita bahas bersama.

Perhatikan uang di bawah ini, ORI 100 Rupiah tembakau tanda tangan Hatta. Sepintas tampak tidak ada masalah. Kertas kaku, warna terang, sedikit tropis, kotor berupa bercak kehitaman di tepi kiri atas, lipatan di tengah, sudut kiri bawah dan sedikit sudut kiri atas. Nomor seri sesuai rumus (akan dibahas dilain kesempatan). Kesimpulan sementara uang ini asli, warna dan kertas tampak original tanpa ada tanda-tanda pernah dibersihkan. Grade minimal Very Fine. Beberapa teman akan menggolongkan Extremely Fine.


ORI 100 tembakau 1948 tt Hatta, kondisi minimal VF



Sekarang kita perhatikan dengan lebih teliti lagi, benarkah uang ini original tanpa ada unsur manipulasi sedikitpun? Perhatian kita pusatkan pada sudut kiri bawah..... ada apakah disana?
Kita perbesar gambar:



Oooppsss! Ada sesuatu yang menarik di bagian tersebut!
Kertas sepintas tampak berbeda warna, dan setelah diteliti dengan lebih seksama perbedaan menjadi semakin nyata. Apalagi bila uang dihadapkan pada cahaya terang.


Bagian sudut tersebut tampak berbeda komposisinya, lebih gelap dibandingkan daerah sekitarnya. Sepertinya di bagian tersebut ada sesuatu masalah. Ada apakah gerangan?
Karena penasaran mari kita teliti lebih lanjut, kita lihat bagaimana bentuknya bila disinar dengan lampu ultraviolet (UV).


Di bawah lampu UV tampak dengan jelas kalau bagian tersebut bukan merupakan bagian asli dari uang. Bagian itu merupakan tambahan alias tambalan yang dikerjakan dengan sangat baik. Selain itu pada bagian atas uang terdapat bercak kehitaman memanjang ke bawah sekitar 1 cm. Pada pengamatan semula kita duga kotoran atau bercak kehitaman. Tetapi setelah diteliti dengan lampu UV dan kaca pembesar terlihat bahwa bagian tersebut sebenarnya berupa robekan yang telah ditambal.

Selain itu lipatan bagian tengah uang telah dilakukan proses penekanan sehingga lipatan menjadi samar. Proses yang sering disebut 'press' ini akan kita bahas dilain kesempatan.

Berdasarkan hasil pengamatan super teliti yang kita lakukan maka kesimpulan dari uang ini adalah:
1. Telah dilakukan proses perbaikan (repaired) di sudut kiri bawah berupa penambalan dengan menggunakan kertas yang bukan bagian dari uang tersebut
2. Telah dilakukan proses perbaikan (repaired) di bagian tepi kiri atas berupa pelekatan robekan yang memanjang ke bawah sekitar 1 cm.
3. Telah dilakukan proses penekanan (pressed) pada lipatan-lipatan yang ada sehingga samar dan kertas menjadi tampak rapi serta kaku.

Dengan demikian uang ini sudah tidak original sebagaimana kita duga semula, penuh dengan perbaikan berupa tambalan dan lain sebagainya. Tujuan perbaikan ini sebenarnya cukup baik, uang yang tadinya sobek atau bolong diperbaiki kondisinya sehingga menjadi utuh kembali. Dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan harga. Tetapi tindakan ini sekaligus juga ada kelemahannya yaitu jika tidak dilakukan dengan baik dan profesional atau dijual kembali tanpa disertai penjelasan yang lengkap maka akan merugikan si pembeli.

Bagaimana dengan grade semula yang kita duga minimal Very Fine?
Sudah pasti tidak sesuai lagi bukan? Grade menjadi turun setidaknya 1 tingkat dan agar fair seharusnya diberikan keterangan repaired dan pressed.

Keterangan yang lengkap dari uang ini seharusnya :
ORI 100 tembakau (1948) tt Hatta, kertas kaku, warna terang, lipat di beberapa bagian (tengah, sudut kiri atas dan bawah) yang telah di press. Repaired berupa penambalan pada bagian sudut kiri bawah serta tepi kiri atas.

Tetapi bila diberikan keterangan seperti di atas, apakah masih ada kolektor yang berminat membelinya? Bukankah perbaikan bertujuan untuk menaikkan harga jual? Jangankan ORI yang relatif lebih mudah ditemukan, wayang 100 gulden yang telah di repair tetap tidak terjual walaupun di obral habis-habisan. Apakah anda akan membeli uang-uang hasil rekayasa tersebut? Sebagian teman mengatakan mengapa tidak? Tetapi sebagian lagi sangat menentang. Tentu saja pilihan terakhir ada di tangan anda, untuk itu mari kita mengadakan pooling.


Tingkatkan ketelitian, belajar dan latih secara terus menerus kemampuan anda. Sedapat mungkin jangan mengatakan anda tertipu dan mengembalikan barang yang telah anda beli serta telah dibawa pulang kecuali bila ada perjanjian sebelumnya. Lakukan pemeriksaan seksama dihadapan penjual. Saya berusaha untuk tidak pernah mengembalikan barang yang telah saya beli, walaupun akhirnya saya tahu kalau barang tersebut telah dimanipulasi. Sebagian teman mengatakan 'tidak apa-apa tertipu hitung-hitung biaya sekolah, bila anda tidak suka, jual saja lagi, biarkan orang lain yang tertipu'
Karena sekarang uang sekolah sudah semakin mahal maka untuk menghemat silahkan pelajari artikel ini sebaik mungkin dan mulailah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada uang-uang koleksi anda.

Semoga artikel di atas memberikan pencerahan dan berguna bagi kita semua.
Cerita tentang repair akan dilanjutkan setelah gambar belakang wayang 100 Gulden saya terima. Silahkan teman-teman memeriksa koleksinya masing-masing, bila ada yang mau menyumbangkan gambar kirim ke email saya.



Jakarta 11 Februari 2014
Pertanyaan dan komentar hubungi arifindr@gmail.com