Minggu, 16 November 2014

32. Rp.25 Seri Kebudayaan 1952

Setelah membahas pecahan 5 rupiah dan 10 rupiah 1952 di Info Uang Kuno 6 dan 7 , mari kita teruskan pembahasan kita pada pecahan selanjutnya yaitu 25 rupiah 1952.

Bagian depan uang

Pecahan 25 rupiah 1952 di bagian depan bergambar sepasang pohon yang di KUKI disebutkan sebagai pohon hayat. Apakah yang dimaksud dengan pohon hayat itu?


Pecahan 25 rupiah 1952 bagian depan


Menurut beberapa sumber yang berhasil saya dapatkan, pohon hayat yang seringkali dilukiskan pada relief kalpataru, gunungan wayang kulit dan pada batik klasik merupakan ekspresi kebudayaan berdasarkan konsep agama Hindu Tri-Buana : pohon hayat digambarkan sebagai medium penghubung atau penyeimbang antara jagat bawah (alam Sakala) dengan jagat atas (alam Niskala), selain itu pohon hayat juga ikut serta menjaga keseimbangan kehidupan alam semesta.


Gambar pohon hayat pada pecahan 25 rupiah 1952


Pada jaman prasejarah kepercayaan terhadap pohon hayat muncul berkaitan dengan paham animisme dan dinamisme. Pada waktu itu masyarakat percaya bahwa ada beberapa jenis pohon tertentu yang memiliki kekuatan gaib yang menjadi sumber kehidupan dan mampu mengabulkan segala keinginan manusia.
Adapun pohon yang dianggap penting tersebut adalah pohon beringin. Dari sini kita menjadi tahu asal kata beringin adalah kata ingin yang ditambahkan awalan ber = ber ingin = mempunyai keinginan = tempat keinginan manusia dikabulkan (mohon tanggapan para pakar bahasa). Sampai sekarangpun masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pohon beringin memiliki kekuatan gaib sehingga tidak boleh diganggu atau ditebang.

Pada jaman kerajaan-kerajaan Hindu, pohon hayat dikenal dengan nama Kalpataru, cerita tentang Kalpataru telah dibahas di info uang kuno 6 yang lalu.

Pada jaman Budha, pohon hayat dikenal sebagai pohon Bodhi yang dikaitkan dengan pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta.


Pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta terjadi di bawah pohon Bodhi, perhatikan akar-akar pohon yang terjuntai mirip dengan pohon beringin


Setelah agama Islam masuk ke tanah Jawa, kepercayaan terhadap pohon hayat yang telah mendarah daging pada masyarakat Jawa digambarkan dalam bentuk hiasan gunungan yang terdapat pada kesenian wayang kulit. Hiasan semacam ini juga dapat dilihat di kompleks masjid dan makam Sunan Sendang.


Makam Sunan Sendang, perhatikan gambar pohon hayat pada pintu gerbangnya



Gunungan pada wayang kulit


Jadi penggambaran pohon hayat pada pecahan ini bukan sebagai hiasan saja, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Mewakili sejarah panjang dan kebudayaan bangsa Indonesia yang mendapatkan pengaruh dari berbagai agama dan aliran.


Bagian belakang uang




Di bagian belakang tengah terdapat gambar perahu dengan 5 penumpang didalamnya. Apakah gambar ini juga memiliki arti?


Gambar perahu dengan penumpang didalamnya


Pada jaman prasejarah perahu banyak dipuja oleh berbagai suku bangsa. Mereka yang bertempat tinggal di dekat air, misalnya di tepi sungai atau laut menganggap perahu sebagai benda yang sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut pakar sejarah Prof RP Soejono, dulu ada kepercayaan bahwa bila manusia meninggal maka arwahnya akan diantar oleh perahu ke suatu pulau di seberang lautan. Disanalah nantinya arwah akan bertempat tinggal. Karena itu peti mati bangsa pelaut dibuat menyerupai bentuk perahu. Sebuah perahu tiruan juga disertakan pada mayat yang dikubur. Tradisi seperti ini banyak dijumpai di kepulauan Tanibar, Babar, Leti, suku Dayak Ngaju, Toraja, Sumba dan Pulau Roti.

Dalam filosofi Islam, menurut Prof. Dr.Hasan M. Ambary, seorang pakar arkeologi Islam, perahu diibaratkan kendaraan untuk menuju tempat yang abadi. Karena itu seringkali perahu macam ini disebut sebagai perahu arwah.

Bentuk-bentuk perahu arwah ini ditemukan dalam berbagai peninggalan budaya seperti pada bejana, ornamen-ornamen dan juga pada pola kain tenun tradisional seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini yang diambil dari pola kain tapis Lampung.


Pola perahu arwah pada kain tenun tradisional


Demikian juga dengan pola manusia yang terdapat di bagian bawah uang dapat dilihat persamaannya dengan pola pada kain tenun tradisional. Pola ini menggambarkan sekumpulan orang yang duduk di tanah dengan tangan terbuka, mirip dengan posisi berdoa atau memohon. Mungkin suatu permohonan agar para penumpang perahu arwah dapat diterima disisi yang kuasa.


-->



Dengan demikian jelaslah bahwa perancang uang ini ingin memasukkan banyak sekali kebudayaan Indonesia ke dalam selembar kertas. Mulai dari kebudayaan Budha, Hindu dan Islam yang diwakili oleh gambar pohon hayat serta perahu arwah yang menjadi lambang masyarakat pelaut, masyarakat negara kepulauan.
Sungguh suatu makna yang sangat mendalam. Semakin kita tahu arti selembar uang kuno maka semakin timbul rasa sayang dan bangga akan uang tersebut.

Semoga informasi ini bisa menggugah kita semua agar lebih mencintai uang-uang kuno negara kita. Salam numismatik.


Jakarta 22 Januari 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber : terlalu banyak untuk disebutkan


33. Penawaran uang palsu

Beberapa saat yang lalu saya mendapatkan email berisi penawaran 2 lembar uang 10 rupiah bergambar rusa dan 25 rupiah badak yang dikatakan asli karena memiliki watermark pangeran Diponegoro dan benang pengaman. Harga permintaan Rp.30 juta selembar. Lalu saya membalas untuk meminta dikirimkan gambarnya.

Inilah gambar yang dikirim ke saya. Sekali lihatpun kita bisa memastikan bahwa kedua uang tersebut PALSU.


Gambar depan pecahan 10 rupiah rusa "PALSU"



Gambar belakang 10 rupiah rusa "PALSU"


Bandingkan dengan aslinya


Gambar depan 10 rupiah rusa ASLI



Demikian juga dengan pecahan 25 rupiah badaknya.


Gambar depan 25 rupiah badak "PALSU"



Gambar belakang 25 rupiah badak "PALSU"


Silahkan bandingkan dengan aslinya.

Gambar depan 25 rupiah badak ASLI


Seperti yang telah sering saya katakan, yang penting teman-teman sekalian harus berhati-hati bila mendapatkan penawaran uang-uang langka. Jangan langsung percaya apalagi mengirimkan uang pembayaran. Begitu banyak penipu yang berkeliaran memanfaatkan kerakusan para kolektor.
Kebetulan saja kedua gambar uang PALSU tersebut sangat berbeda dengan aslinya, tetapi tidak menutup kemungkinan dengan kemajuan tehnologi, maka di masa yang akan datang pemalsu akan menghasilkan karya yang sangat mirip dengan aslinya. Selalu waspada dan beli hanya dari sumber yang bisa dipercaya.

Semoga info ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta 30 Januari 2011

34. Kisah dibalik album

Alangkah baiknya bila album milik kita tidak hanya berisi uang kuno saja, tetapi juga memuat cerita singkat tentang jenis dan latar belakangnya . Untuk itu saya akan menyajikan beberapa artikel yang bisa teman-teman cetak dan dimuat di album uang kuno milik anda.

SERI FEDERAL 1946



SERI NICA



SERI RIS



UANG PERTAMA BI


1. Klik gambar di atas, lalu print pada selembar kertas A4.
2. Gunting kedua tepinya agar muat untuk dimasukkan ke dalam folder plastik tanpa sekat yang dapat dibeli di toko uang kuno seharga Rp.5.000 perlembar. Bila tidak ada boleh juga ditempelkan di atas karton tebal yang bagian tepinya diberi lubang.


Masukkan ke dalam folder plastik


3. Masukkan folder ke dalam album uang kuno anda, tempatkan di bagian yang sesuai dengan topik.




4. Sekarang album uang kuno milik anda menjadi lebih semarak.
5. Segera dikerjakan karena halaman-halaman berikutnya akan segera ditampilkan.






Kritik, saran dan pertanyaan hubungi arifindr@gmail.com

35. Adakah Rp.20.000 2004/09?

Uang bergambar Oto Iskandar Di Nata ini diterbitkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2004. Waktu itu uang ini ditandatangani oleh Burhanuddin Abdullah. Kemudian pada tahun 2009 dikeluarkan lagi edisi baru berbeda tanda tangan yaitu Boediono.


Pecahan 20.000 rupiah emisi 2009 tt Boediono


Karena itu timbul pertanyaan, apakah ada cetakan 2004/2009 yang bertanda tangan Burhanuddin Abdullah? Untuk bisa menjawab maka kita harus mendata prefiks uang2 tersebut. Hasil pengamatan selama beberapa tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Keterangan :
1. Nomor seri uang ini terdiri dari 3 huruf 6 angka
2. Ke 3 huruf tersebut terdiri dari huruf 1, huruf 2 dan huruf 3
3. Di bagian kanan bawah sisi belakang uang terdapat tahun cetak (imprint)
4. Ada korelasi yang erat antara huruf 1 dan huruf 2 dengan tahun cetak


Hubungan antara huruf 1 dan ke 2 dengan tahun cetak
Angka 4-8 merupakan tahun cetak dengan tt Burhanuddin Abdullah dan huruf B merupakan emisi 2009 tt Boediono


Dari tabel dapat dilihat bahwa :
1. Tahun cetak terlangka adalah 2004/2004 tt Burhanuddin Abdullah (hanya mengisi satu kolom)
2. Dari tahun cetak 2004/2008 tt Burhanuddin Abdullah (DD) langsung diganti menjadi 2009 tt Boediono (ED).

Karena itu dapat disimpulkan bahwa tahun cetak 2004/2009 tt Burhanuddin Abdullah tidak pernah dicetak. Bila ada teman-teman yang gemar mengumpulkan tahun cetak maka sampai saat artikel ini ditulis terdapat 6 jenis tahun cetak pada pecahan 20.000 rupiah 2004 yang bergambar Oto Iskandar Di Nata yaitu:

1. Tahun cetak 2004/2004 tt Burhanuddin Abdullah
2. Tahun cetak 2004/2005 tt Burhanuddin Abdullah
3. Tahun cetak 2004/2006 tt Burhanuddin Abdullah
4. Tahun cetak 2004/2007 tt Burhanuddin Abdullah
5. Tahun cetak 2004/2008 tt Burhanuddin Abdullah
6. Tahun cetak 2009 tt Boediono

Apakah akan ada emisi 2010 tt Boediono, atau 2010 tt Darmin Nasution atau langsung ke 2011? Dan bagaimana dengan pecahan-pecahan lainnya? Kita tunggu saja perkembangannya, yang penting tetap melakukan penelitian sehingga kita dapat mengisi kolom2 yang kosong pada tabel di atas.

Dengan berlalunya waktu pada akhir tahun 2011 kita sudah bisa menjawab pertanyaan di atas, ternyata memang terdapat beberapa jenis tahun cetak tambahan yaitu :
7. Tahun cetak 2010 tt Darmin Nasution
8. Tahun cetak 2011 tt Darmin Nasution
9. Tahun cetak 2011 tt Darmin Nasution (disain baru)

Tentu saja kita masih menunggu apakah ada tahun cetak 2014 dan seterusnya....


Nomor cantik

Saat ini banyak sekali teman-teman yang mengumpulkan nomor cantik, sehingga harga uang-uang tersebut meningkat berlipat ganda. Benarkah nomor cantik itu sangat langka sehingga menjadi rebutan para kolektor? Untuk itu mari kita hitung berapa kira2 populasi nomor cantik pada pecahan ini.

Mari kita persamakan persepsi, yang dimaksud nomor cantik adalah uang yang bernomor seri :
000001, 111111, 222222, 333333, 444444, 555555, 666666, 777777, 888888, 999999, 123456 dan yang sesuai dengan nominalnya yaitu 020000. Ke 12 nomor tersebut disebut satu set nomor cantik. Bisa juga ditambah 012345, 654321, 100000, 200000, 170845 atau lainnya, tergantung sudut pandang masing2 penggemar.

Karena penomoran uang ini terdiri dari 3 huruf (misal ABC) maka untuk setiap huruf ke 3 (C) ada 1 set nomor cantik.
AAA ada 1 set nomor cantik
AAB ada 1 set nomor cantik dan seterusnya
Berarti dari AAA sampai dengan AAZ (kecuali AAI dan AAX) ada 24 set nomor cantik

Kemudian setelah AAZ, penomoran berubah menjadi BAA (huruf kedua merupakan huruf kunci). Jadi dari BAA sampai dengan BAZ terdapat 24 set lagi nomor cantik.

AAA sampai dengan AAZ ada 24 set nomor cantik
BAA sampai dengan BAZ ada 24 set nomor cantik
CAA sampai dengan CAZ ada 24 set nomor cantik dan seterusnya sehingga dari
AAA sampai dengan ZAZ ada 24 x 24 set = 576 set

Saya ambil edisi terakhir pecahan ini yang kebetulan baru saya tukar dari BI yaitu bernomor seri REL, mari kita hitung perkiraan populasinya :
AAA sampai dengan ZAZ ada 576 set
ABA sampai dengan ZBZ ada 576 set
ACA sampai dengan ZCZ ada 576 set
ADA sampai dengan ZDZ ada 576 set
AEA sampai dengan REL ada sekitar 300 set
Sehingga total sampai saat ini untuk pecahan 20.000 rupiah Oto Iskandar Di Nata terdapat sekitar 2.600 set nomor cantik dan tentunya terus bertambah karena uang ini masih terus dicetak. Dari angka 2.600 set tersebut berapa persenkah yang bisa diselamatkan dan jatuh ke tangan para kolektor secara UNC? 75% kah? 50%? Atau jangan-jangan cuma 1% saja. Kita tidak akan pernah tahu jawabannya, yang pasti nomor cantik tetap jadi rebutan dan menghiasi hampir setiap album para kolektor.

Tulisan di atas hanya berupa hitungan kasar, kepastiannya sangat tidak mungkin kita ketahui. Demikian juga pendapat tentang langka atau tidaknya nomor cantik, semua tergantung persepsi masing2 penggemar. Yang penting bila anda menyukai nomor cantik, lanjutkan!......

Tanggapan dari pembaca :

Untuk mengetahui berapa banyak no cantik kita harus mengetahui berapa banyak uang yang dicetak untuk emisi tersebut. Katakanlah misalnya pernah diumumkan bahwa uang 100 ribu dicetak sebanyak 425 juta lembar atau setara dengan Rp. 425.000.000 X 100.000 = Rp. 42500 milyar atau 42,5 trilyun. Karena per satu juta hanya ada satu set no cantik maka seharusnya paling banyak no cantik untuk 100 ribu hanya sebanyak 425 buah saja.
Begitu juga pecahan yang lain. Berapa uang kartal yang dicetak dapat diminta catatannya di Bank Indonesia.

Jawaban :
Benar sekali, kita bisa mengetahui jumlah set nomor cantik berdasarkan jumlah uang kartal yang dicetak. Adakah teman-teman yang mengetahui berapa kira2 uang kartal pecahan 20 ribu yang dicetak oleh Bank Indonesia sejak tahun 2004 sampai sekarang? Bila ada yang memiliki mohon dikirim ke saya sehingga bisa kita bandingkan dan dapat kita hitung berapa kira-kira set nomor cantik yang telah dicetak. Untuk sementara sebelum kita mengetahui berapa tepatnya jumlah uang yang dicetak maka perhitungan berdasarkan nomor seri tetap yang mendekati. Terima kasih.


Jakarta 5 Maret 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com

36. Gunting Sjafruddin


Pemerintahan RIS baru saja berdiri, tetapi jumlah uang yang beredar sudah mencapai angka 3,9 milyar rupiah. Jumlah tersebut dianggap berlebihan karena pemerintah mentargetkan uang beredar hanya sekitar 2,5 milyar rupiah atau sekitar 6 kali lipat dari posisi tahun 1938. Oleh karena itu pemerintah RIS harus mengambil tindakan mengurangi jumlah uang beredar sampai setengah dari jumlah yang ada.

Karena pada waktu itu pemerintah belum mampu mencari sumber pembiayaan dari pasar, maka menteri keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara memilih tindakan pembersihan uang yang drastis, dengan sekali pukul menghasilkan dua keuntungan :
1. Langsung mengurangi jumlah uang beredar
2. Menghasilkan pinjaman sekitar 1,5 milyar rupiah

Tindakan pembersihan uang yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. PU/1 pada tanggal 19 Maret 1950 ini dikenal sebagai Gunting Sjafruddin (Safruddin cut), karena dilakukan dengan cara menggunting uang menjadi 2 bagian. Kita lihat iklan yang terdapat pada mingguan Sedar tertanggal 10 November 1950 (diambil dari Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo).



Iklan dari mingguan Sedar 10 November 1950



Uang kertas yang terkena gunting adalah pecahan 5 gulden ke atas yang pada waktu itu masih dipergunakan oleh masyarakat, sedangkan uang Jepang (JIM), ORI dan ORIDA tidak terkena aturan tersebut. Mari kita lihat jenis2 uang yang terkena gunting Sjafruddin yaitu :


1. Semua pecahan seri JP Coen, mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden




2. Semua pecahan seri wayang mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden




3. Seri NICA pecahan 5 sampai dengan 500 gulden




4. Seri Federal 1946 pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah






Uang-uang kertas yang digunting dibedakan menjadi 2 bagian yaitu kiri dan kanan.

Bagian KIRI :

Tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan (22 Maret sd 16 April 1950), bagian kiri uang dapat ditukar dengan uang baru yang diterbitkan oleh De Javasche Bank berupa pecahan 1/2, 1 dan 2,5 gulden. Ketiga pecahan baru tersebut dikenal sebagai seri Federal III tahun 1948. Sebelumnya pecahan di bawah 5 gulden bukan diterbitkan oleh DJB melainkan oleh pemerintah Hindia Belanda (seri munbiljet).



Bagian kiri dapat ditukar dengan uang baru bernilai 1/2 dari nominal semula




Seri Federal III 1948 merupakan seri yang diterbitkan sebagai pengganti bagian kiri uang yang dipotong. Tidak lama kemudian untuk mengisi kekosongan, dikeluarkan seri Federal I 1946 pecahan lainnya (5 coklat, 10 ungu, 25 hijau, 50, 100, 500 dan 1000 gulden) Jadi sebenarnya seri Federal I 1946 terdiri dari 2 jenis yang diedarkan pada saat yang berbeda :
Pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah yang terkena gunting Sjafruddin dan pecahan-pecahan lainnya yang diedarkan belakangan dan tidak terkena gunting. Tidak heran pecahan yang terkena gunting lebih sulit ditemukan dalam keadaan utuh dan tentunya berharga lebih mahal.


Bagian KANAN :

Bagian ini dapat ditukarkan dengan obligasi pemerintah senilai 1/2 dari harga uang semula. Obligasi ini berjangka waktu 40 tahun dengan bunga 3% pertahun. Walaupun dapat ditukarkan, tetapi masyarakat pada waktu itu banyak yang masih belum mengerti sehingga bagian kanan uang hanya disimpan di bawah bantal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa banyak bagian kanan yang masih tersisa sampai saat ini.



Bagian kanan ditukarkan obligasi dengan nilai 1/2 nominal.


Obligasi pemerintah ini dikeluarkan dalam nominal 100, 500 dan 1000 rupiah, didalamnya terdapat Petikan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 19 maret 1950 No. PU/2. Serta 43 buah kupon yang dapat digunting serta ditukarkan di semua kantor De Javasche Bank.


Obligasi pemerintah dengan nominal 100, 500 dan 1000 rupiah




Petikan Keputusan Menteri Keuangan No. PU/2 tanggal 19 Maret 1950




Kupon tahunan sebanyak 43 lembar dengan tingkat suku bunga 3%



Tiap kupon memiliki tanggal, tahun dan nilai nominal, untuk obligasi 100 rupiah tiap kupon bernilai R 3.- (3 rupiah), R 15.- untuk obligasi 500 rupiah dan R 30.- untuk obligasi 1000 rupiah. Selain itu setiap kupon memiliki nomor urut dari 1 sampai dengan 43. Nomor urut 1 artinya kupon tersebut dapat ditukarkan di kantor DJB pada tanggal 1 September 1951, nomor urut 2 dapat ditukarkan pada tanggal 1 September 1952 dan seterusnya sampai dengan nomor urut 43 pada 1 September tahun 1993. Tetapi siapa sih yang kerajinan setiap tahun menukarkan kupon2 tersebut? Rata-rata obligasi yang ada hanya terpakai 2-10 lembar kupon saja, bahkan ada yang masih utuh belum terpakai sama sekali.



Contoh kupon obligasi 1000 rupiah, tiap kupon bernilai R 30.- (30 rupiah). Perhatikan tanggal, tahun dan nomor urut di bagian kiri atas.



Akibat adanya kebijaksanaan ini sangat banyak uang-uang kertas DJB yang terkena imbasnya, sampai saat inipun seringkali kita menemukan uang2 kertas DJB pecahan besar hanya setengah sisinya saja. Tentu hal ini sangat mengurangi nilai uang tersebut, tetapi bagaimanapun juga kebijaksanaan gunting Sjafruddin merupakan bagian dari sejarah negara kita. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Mari kita berharap semoga kejadian seperti ini tidak pernah terulang kembali.

Terima kasih atas bantuan saran, cerita, gambar dan lain sebagainya sumbangan para teman kolektor. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Jangan lupa kirimkan kritik dan saran melalui email arifindr@gmail.com

Jakarta 13 maret 2011
Sumber : Terlalu banyak untuk disebutkan, antara lain:
1. KUKI
2. Jurnal Rupiah
3. Bank Indonesia dalam perjalanan pembangunan ekonomi Indonesia 1953-2003
4. Sejarah Bank Indonesia periode I 1945-1959
5. Banknotes and Coins from Indonesia
6. Sumbangan cerita, gambar dan lain-lainnya dari para kolektor

37. Rp.2.500 'KOMODO' 1957

Mari kita membahas lebih mendalam dengan uang yang berukuran 'besar' ini.

Pecahan 2500 rupiah tanpa tahun yang bergambar komodo ini memang berukuran lebih panjang dibandingkan uang-uang kertas lainnya. Dengan panjang 181 mm dan lebar 93 mm maka uang ini merupakan uang terpanjang yang pernah dikeluarkan oleh BI. Yang bisa mengalahkan hanya 'kakaknya' si banteng.


2500 rupiah komodo


VARIASI

Menurut KUKI variasi uang bernomor H-246 ini adalah sebagai berikut :
a. Angka 2500 1 huruf, 4 angka
b. Angka 2500 2 huruf, 4 angka
c. Angka 2500 2 huruf di atas 1 huruf, 5 angka

Variasi a (1 huruf) sebagaimana telah kita bahas adalah seri pengganti sehingga tidak perlu dipermasalahkan. Variasi b (2 huruf) memang umum dan dapat ditemukan pada pecahan2 dibawahnya. Yang menjadi perhatian adalah variasi c, mengapa dipergunakan bentuk yang tidak umum dan mengapa tidak dipakai saja variasi 3 huruf seperti pada pecahan2 lainnya?

Apakah variasi b (2 huruf) sudah habis dipakai semuanya sehingga perlu dicetak variasi ketiga? Kalau kita hitung jumlah kasarnya dengan asumsi bila semua huruf terpakai, maka untuk variasi 2 huruf akan menghasilkan hitungan 26x26x9999 = 6,76 juta lembar! Jumlah yang sangat banyak dibandingkan populasi penduduk Indonesia saat itu yang cuma sekitar 97 juta jiwa (sensus 1961). Padahal variasi 2 huruf tersebut bukanlah yang paling banyak ditemukan, justru variasi ketiga yang saat ini tersisa jauh lebih banyak. Jadi apakah variasi kedua terpakai semua hurufnya sehingga diperlukan variasi ketiga yang justru dicetak lebih banyak lagi? Bila demikian berapa jumlah populasi komodo secara keseluruhan? Bisa-bisa lebih banyak dari jumlah penduduknya.......

Untuk menjawab pertanyaan tersebut para kolektor memikirkan banyak kemungkinan dan diantaranya yang paling mungkin adalah :
Variasi pertama tetap merupakan seri pengganti.
Variasi kedua dicetak tetapi tidak sampai terpakai semua hurufnya, sampai huruf tertentu lalu digantikan variasi ketiga. Sampai dimanakah pemakaian huruf tersebut tentu perlu bantuan teman-teman semua. Komodo variasi 2 huruf sampai saat ini yang terbesar abjadnya adalah CH, bagaimana dengan milik teman-teman sekalian? Tolong email saya bila ada abjad yang lebih besar dari CH.

Bila ternyata benar variasi 2 huruf belum terpakai semuanya, mengapa perlu diterbitkan variasi ketiga? Dan mengapa variasi ketiga ini berupa 2 huruf di atas 1 huruf yang berbeda dibanding pecahan2 lainnya?
Hasil spekulasi para kolektor adalah: kemungkinan terbesar variasi ketiga BUKAN dicetak oleh Thomas De La Rue. Atau setidaknya pemberian nomor seri bukan dilakukan oleh TDLR.

Sebagai bukti mari kita lihat versi SPECIMEN yang ada pada pecahan ini.
Sampai saat ini telah ditemukan 2 variasi SPECIMEN yaitu :
1. Dengan stempel hanya bertulisan SPECIMEN dan
2. Dengan stempel 3 macam tulisan : SPECIMEN, TIDAK BERLAKU dan TJONTOH


Dua macam tipe SPECIMEN pada pecahan 2500 rupiah 'komodo'


Tipe SPECIMEN dengan stempel 3 macam kata tersebut hanya ditemukan pada pecahan komodo dan bunga 1000, tidak pernah ditemukan pada pecahan-pecahan lainnya. Adanya kata-kata 'TIDAK BERLAKU' dan 'TJONTOH' menunjukkan bahwa versi ini distempel di Indonesia.
Sekarang sebagai pelengkap mari kita bandingkan nomor seri antara keduanya:


Nomor seri versi SPECIMEN pertama dan kedua


Dengan demikian jelas bahwa variasi nomor seri ketiga (c) yaitu 2 huruf diatas 1 huruf merupakan versi yang sangat mungkin bukan dicetak oleh TDLR. Apakah variasi ini dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran? Jawabannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.


Untuk sementara sebelum kita menemukan bukti-bukti lebih lanjut maka kita bisa menarik kesimpulan :
TDLR mencetak variasi 1 huruf dan 2 huruf, tetapi tidak sampai terpakai semuanya, sedangkan variasi ketiga sangat mungkin dicetak oleh PK. Hal ini juga terjadi pada pecahan 1000 rupiah seri bunga tahun 1959, ketiga variasi 1, 2 dan 3 huruf semuanya tercetak tulisan TDLR tetapi variasi keempat yang bentuk nomor serinya mirip dengan komodo tidak tercetak TDLR.


Bunga 1000 yang memiliki tipe SPECIMEN yang sama dengan komodo, perhatikan nomor serinya serta tidak adanya tulisan TDLR di bagian bawah


Karena itu kita harus mencari kebenaran yang sesungguhnya, apakah variasi ketiga benar dicetak oleh PK atau oleh percetakan lainnya, bila benar maka keterangan uang ini di KUKI harus diperbaiki menjadi :
a. Angka 2500 1 huruf, 4 angka dicetak oleh TDLR
b. Angka 2500 2 huruf, 4 angka dicetak oleh TDLR
c. Angka 2500 2 huruf diatas 1 huruf, 5 angka dicetak oleh PK (?)


SANERING

Pembahasan berikutnya tentang si komodo adalah banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman semua : Apakah uang ini juga ikut terkena sanering seperti yang terjadi pada kedua pecahan dibawahnya yaitu si macan dan si gajah?

Jawabannya adalah YA dan TIDAK.
TIDAK terkena sanering 1959 karena masa beredarnya komodo jauh sesudah masa beredar si macan dan si gajah, bahkan jauh setelah senering dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1959.
YA bila dikaitkan dengan sanering tahun 1965. Uang ini walau tidak terkena sanering 1959 tetapi terkena sanering 1965 (lihat Info Uang Kuno 43).

Untuk lengkapnya mari kita lihat masa beredarnya masing2 uang tersebut :
Rp.500 'macan' diedarkan mulai 6 Januari 1959 sampai dengan 21 September 1959
Rp.1000 'gajah' diedarkan mulai 2 September 1958 sampai dengan 21 September 1959
Rp.2500 'komodo' diedarkan mulai 1 September 1962 sampai dengan 13 Desember 1965

Selain itu bisa dilihat dari tanda tangan GUBERNUR BI di uang-uang tersebut. Macan dan gajah ditandatangani oleh Mr. Sjafrudin Prawiranegara (gubernur BI 1951-1957) sedangkan si komodo ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim yang menjabat pada tahun 1958-1959. Dengan demikian jelas bahwa komodo tidak terkena sanering 1959 sebagaimana yang terjadi pada macan dan gajah. Uang ini mulai dikeluarkan jauh setelah macan dan gajah ditarik dari peredaran.


Tanda tangan gubernur BI yang berbeda


HARGA

Yang terakhir dari artikel ini adalah pembahasan harga si komodo, mari kita lihat berapa besar perkembangan harga yang terjadi dari tahun ke tahun berdasarkan harga lelang.

Tahun 2005, pada lelang internasional selembar komodo variasi ketiga (UNC) terjual dengan harga US$157.50




Pada tahun 2007, jenis yang sama terjual seharga US$177.88 atau meningkat sekitar 13%




Pada lelang uang kuno ke 7 bulan Februari 2011 yang lalu terjual sekitar US$330 (belum termasuk fee) atau meningkat lebih dari 100% dibandingkan tahun 2005. Apakah masih ada kemungkinan untuk meningkat lagi? Mari kita lihat pada lelang-lelang berikutnya...............



Jakarta 22 Mei 2011
Mohon tanggapan dari teman-teman semua, kritik dan saran dapat dituliskan melalui arifindr@gmail.com.
Sumber :
1. KUKI
2. Mevius, Pick
3. Ebay
4. Kintamoney
5. Arsip lelang
6. Sejarah BI periode II
7. Koleksi gabungan teman-teman kolektor
8. Dan lain-lainnya