Rabu, 19 November 2014

1961 - 1964

Selama periode tahun 1961 s/d 1964 dicetak banyak sekali jenis uang kertas yang terdiri dari berbagai pecahan dari terkecil sampai terbesar. Hampir semua pecahan yang berasal dari periode ini mempunyai nilai jual yang rendah kecuali satu dua jenis yang mempunyai harga agak lumayan.



Seri sandang pangan 1961
Terdiri dari pecahan satu dan dua setengah rupiah.
Mempunyai gambar dan corak yang sama dengan terbitan 1960, sangat mudah ditemukan dan bernilai jual sekitar Rp. 500 s/d Rp.5000 perlembar.






Seri pekerja tangan 1963
Terdiri dari pecahan 10 rupiah, bergambar pemahat kayu yang mirip dengan emisi 1958. Berharga jual sekitar Rp. 1000 s/d Rp. 5000 perlembarnya.



Seri sukarelawan 1964
Terdiri dari pecahan 1, 5, 10, 25 dan 50 sen
Sangat mudah ditemukan dan mempunyai nilai jual terendah dari semua uang kertas Indonesia. Berharga jual sekitar Rp. 100 s/d Rp. 500 perlembarnya.





Seri pekerja tangan 1964


Terdiri dari pecahan 25, 50, 100 merah, 100 biru, 10000 merah, 10000 hijau dan 10000 rupiah garuda.


Pecahan 25 rupiah
Sangat mirip dengan emisi tahun 1958 tetapi berbeda tanda tangan dan tampak lambang burung garuda di sebelah kanan. Berharga jual sekitar Rp. 5000 perlembar UNC.
.



Pecahan 50 rupiah
Juga mempunyai corak yang mirip dengan emisi 1958 kecuali adanya gambar burung garuda di sisi kanan dan tanda tangan yang berbeda. Harga jual sekitar Rp. 5000 perlembar.





Pecahan 100 rupiah merah
Sangat mirip dengan emisi tahun 1958, tetapi pada emisi 1964 mempunyai tiga varisi nomor seri. Yaitu P.T. Pertjetakan Kebajoran tipe bold type, new gothic dan serief. Harga ketiga variasi sama yaitu sekitar Rp. 10.000 perlembar UNC.




Pecahan 100 rupiah biru

Mempunyai gambar yang sama dengan yang berwarna merah tetapi tidak memiliki tanda air. Berharga jual sekitar Rp. 50.000 perlembar UNC.




Pecahan 10.000 rupiah merah

Semua pecahan 10.000 rupiah mempunyai corak dan bentuk yang sama tetapi memiliki warna dan tanda air yang berbeda.
Pecahan 10.000 rupiah merah ini memiliki tanda air kepala banteng dan berharga jual sekitar Rp.20.000 s/d Rp. 400.000 rupiah perlembar. Kondisi UNC nya cukup sulit ditemukan.





Pecahan 10.000 rupiah hijau


Bergambar mirip dengan yang berwarna merah tetapi bernilai jual jauh lebih rendah. Harga berkisar dari Rp.10.000 untuk kondisi fine s/d Rp. 100.000 perlembar untuk kondisi UNC.




Pecahan 10.000 rupiah garuda

Disebut demikian karena terlihat lambang negara kita burung garuda yang dicetak di sisi kanan.
Terdiri dari dua variasi tanda air: Pertama, barisan garuda di bagian tengah dan yang kedua adalah barisan garuda di sisi kanan dan kiri uang. Mirip seperti pecahan 5000 rupiah coklat tahun 1958. Keduanya berharga jual sekitar Rp.25.000 s/d Rp. 250.000 perlembar. Bila UNC harga bisa mencapai 400 ribu perlembar.


Sukarno 1964
Selain pecahan-pecahan yang disebut di atas, beredar secara luas di masyarakat sejumlah bentuk pecahan bergambar Sukarno. Ada yang memiliki nominal 100 rupiah, 1000 rupiah, 5000 rupiah ataupun 10.000 rupiah. Bentuk, warna dan ukurannyapun bermacam-macam, memiliki watermark, benang pengaman serta tulisan-tulisan tertentu dan bila diletakkan di telapak tangan dapat menggulung sendiri. Pecahan-pecahan ini bukanlah pecahan yang resmi dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah, beredar luas sampai ke pelosok tanah air dan dengan mudah ditemukan di seluruh kaki lima di Indonesia. Banyak sekali pemilik pecahan ini yang menganggapnya memiliki kekuatan mistis, dan ditawarkan dengan harga 'super tinggi' bahkan ada yang hanya bersedia bila ditukar dengan mobil. Padahal pecahan ini diperdagangkan di kaki lima hanya dengan harga sekitar 10-20 ribuan rupiah saja perlembarnya. Untuk gambar dan penjelasan lengkapnya silahkan lihat di bagian 1960 (Seri Sukarno).
.
.
Kesimpulan seri 1961-1964

1. Terdiri dari pecahan terkecil (sen) s/d terbesar (10.000 rupiah)
2. Mudah didapat, bernilai rendah dan tidak terdapat banyak variasi.
3. Termahal adalah pecahan 10.000 merah, disusul oleh 10.000 garuda.
4. Sebenarnya terdapat juga seri Sukarno yang diterbitkan pada periode ini yaitu:
Seri Sukarno Borneo 1961 yang terdiri dari pecahan satu dan dua setengah rupiah
Seri Sukarno 1964 terdiri dari pecahan satu dan dua setengah rupiah
Seri Sukarno Irian Barat 1960-1961
Seri Sukarno Riau 1960-1961
Masing-masing telah dibahas, silahkan dibaca.

.
.
.



Kritik dan saran hubungi: arifindr@gmail.com

1964 (seri Sukarno)


Seri Sukarno emisi 1964 ini hanya terdiri dari 2 pecahan dengan 5 variasi, masing-masing 3 variasi untuk pecahan satu Rupiah dan 2 variasi untuk pecahan dua setengah Rupiah. Uang ini merupakan uang kertas Pemerintah Republik Indonesia yang dicetak oleh Percetakan Kebajoran. Mari kita lihat bersama.

Satu dan dua setengah Rupiah seri Sukarno 1964



Pecahan 1 Rupiah 1964

Pada bagian depan uang yang berwarna merah ini bergambar Presiden Soekarno dengan latar belakang pohon tebu. Ditandatangani oleh Dr. Soemarno Sosroatmodjo yang menjabat sebagai menteri keuangan periode 13 November 1963 - 25 Juli 1966. Pengaman yang digunakan adalah tanda air Garuda Pancasila yang terletak di bagian tengah uang. Selain itu juga terdapat rumus rahasia pada nomor serinya.


Pada bagian belakang terdapat gambar penari wanita yang menurut buku Sejarah Bank Indonesia Periode II: 1959-1966 merupakan gambar Dewi Srikandi.


Bagian belakang uang bergambar penari wanita (Srikandi)


Dewi Srikandi menurut pewayangan Jawa merupakan seorang wanita yang mahir mempergunakan senjata panah. Kepandaian tersebut ia dapatkan sewaktu berguru pada Arjuna yang kemudian menjadi suaminya. Ciri khas dewi ini selain berwajah cantik adalah selalu membawa anak panah dipunggungnya.

Penari wanita yang menggambarkan Dewi Srikandi


VARIASI

Pecahan ini memiliki 3 variasi berdasarkan tulisan pencetaknya, yaitu :
1. Tanpa pencetak alias kosong
2. Pertjetakan Kebajoran
3. P.N. Pertjetakan Kebajoran

Tiga variasi pecahan 1 Rupiah 1964


Perubahan dari Pertjetakan Kebajoran menjadi P.N. Pertjetakan Kebajoran tidak lepas dari status perusahaan yang berubah dari Perusahaan Pertjetakan Negara Kebajoran menjadi Perusahaan Negara (P.N.) Pertjetakan Kebajoran dengan direksi dipegang oleh Bank Indonesia. Perubahan ini terjadi sekitar tahun 1963.

Perbedaan pencetak, tanpa P.N. (atas) dan dengan P.N. (bawah)


Variasi 1. Tanpa pencetak

Terdiri dari 2 huruf diikuti 6 angka.
Prefiks tertinggi yang saya catat adalah EF (mohon koreksi bila ada yang memiliki lebih dari EF), berarti perkiraan populasi adalah :
6 angka yang terpakai semua, berarti setiap 1 prefiks sekitar 1 juta lembar
Huruf X dan I diasumsikan tidak terpakai berarti ada 24 huruf
AA - AZ ada 24 x 1 juta lembar = 24 juta lembar
AA - DZ ada 4 x 24 juta lembar
EA - EF ada 6 x 1 juta lembar
Total semua AA - EF adalah sekitar 102 juta lembar.

Variasi 1, tanpa pencetak


Variasi 2. Pertjetakan Kebajoran

Terdiri dari 3 huruf diikuti 6 angka dengan kunci terletak pada huruf pertama. Angka selalu dimulai dengan 0 sehingga yang terpakai penuh hanya 5 angka.
Sampai saat ini huruf terbesar adalah BVA (mohon koreksi bila ada yang lebih besar lagi), sehingga populasi bisa diperkirakan sebagai berikut:
Setiap satu prefiks (misal AAA) memiliki 5 angka yaitu 100.000 lembar
Huruf X dan I diasumsikan tidak terpakai, sehingga total ada 24 huruf dari A sampai Z
AAA - AAZ ada 24 x 100.000 lembar = 2,4 juta lembar
AAA - AZZ ada 24 x 24 x 100.000 lembar = 57,6 juta lembar
BAA - BUZ ada 20 x 24 x 100.000 lembar = 48 juta lembar
BVA ada 100.000 lembar
Sehingga total dari AAA - BVA ada sekitar 105,7 juta lembar.


Variasi 2. Pertjetakan Kebajoran


Variasi 3. P.N. Pertjetakan Kebajoran

Variasi ini memiliki ciri sebagai berikut :
1. Terdiri dari 3 huruf 6 angka
2. Huruf terakhir yang terdata selalu Y (penting diperhatikan). Sampai saat ini prefiks terbesar yang tercatat adalah BOY (sekali lagi mohon koreksi bila teman-teman memiliki prefiks yang lebih besar lagi).
3. Angka pertama selalu 0

Mari kita hitung berapa perkiraan populasinya :
AAY = 100.000 lembar
X dan I diasumsikan tidak terpakai
AAY - AZY = 24 x 100.000 lembar = 2,4 juta lembar
BAY - BOY = 14 x 100.000 lembar = 1,4 juta lembar
Total dari AAY - BOY ada sekitar 3,8 juta lembar

Variasi 3. P.N. Pertjetakan Kebajoran


Dengan demikian kita sudah mendapatkan angka perkiraan populasi dari ketiga variasi tersebut, yaitu 102 juta lembar untuk variasi 1, 105,7 juta lembar untuk variasi 2 dan hanya 3,8 juta lembar untuk variasi 3. Atau bila dibuat perbandingan antara variasi 1 : 2 : 3 adalah 27 : 28 : 1.
Jadi dari setiap 56 lembar uang ini hanya terdapat 1 lembar variasi 3. Sungguh jumlah yang sangat sedikit, tidak heran harganya sangat mahal bila dibandingkan kedua variasi lainnya.


Pada lelang Java Auction tahun 2005, selembar uang variasi 3 yang berkondisi UNC terjual seharga Rp.1 juta belum termasuk fee 15%. Padahal harga variasi 1 dan 2 tidak lebih dari beberapa puluh ribu rupiah saja.

Variasi 3 UNC ditawarkan dengan harga Rp.1 juta pada lelang tahun 2005

Karena harga variasi 3 jauh lebih tinggi dibandingkan variasi lainnya, maka jangan heran bila ada oknum2 tertentu yang bermaksud untuk memanipulasi, mereka berpikir dengan menambahkan P.N. Pertjetakan Kebajoran pada variasi 1 atau P.N. pada variasi 2, maka semuanya akan beres. Mereka tidak tahu bahwa variasi 3 memiliki ciri-ciri khas seperti yang saya sebutkan di atas yaitu :
1. Terdiri dari 3 huruf 6 angka
2. Huruf ketiga yang tercatat selalu Y dan
3. Angka pertama selalu 0

Berdasarkan ketiga ciri tersebut, coba kita perhatikan gambar uang yang terdapat di KUKI.
Pertanyaan saya: Apakah uang yang diberikan nomor H-286 tersebut sesuai? Perhatikan sisi depan yang bertulisan P.N. (variasi 3) dan bandingkan dengan nomor seri pada sisi belakangnya.


Gambar uang pada KUKI tidak sesuai antara sisi depan dengan sisi belakangnya, sisi depan menampilkan variasi 3 sedangkan sisi belakang adalah milik variasi 1. Saya yakin teman-teman semua tidak ada yang menyadari kekeliruan ini, tetapi sekarang tentu sudah tahu jawabannya bukan?


Jenis-jenis lain
Selain versi beredar, ditemukan juga variasi-variasi lain seperti :


SPECIMEN

Semua variasi seharusnya ada versi SPECIMEN nya, tetapi saya belum mendapatkan gambar specimen variasi 3. Perhatikan prefiksnya yang dimulai dengan huruf X.



PROOF

Tanpa nomor seri, pernah ditampilkan di Java Auction beberapa tahun yang lalu.




Pecahan 2,5 Rupiah 1964

Sisi depan bergambar sama dengan pecahan 1 Rupiah, dengan warna dominan biru tua. Sisi belakang bergambar penari wanita yang menurut literatur adalah Dewi Larasati. Seperti halnya Dewi Srikandi, Larasati ternyata adalah salah satu istri Arjuna juga.

Bagian belakang bergambar penari wanita (Dewi Larasati)


Variasi

Terdapat 2 variasi pada pecahan ini yaitu
1. Tanpa pencetak
2. Pertjetakan Kebajoran

Dua variasi: Tanpa pencetak (atas) dan Pertjetakan Kebajoran (bawah)


Variasi 1. Tanpa pencetak

Terdiri dari 2 huruf dan 6 angka, variasi ini umum ditemukan dan bernilai tidak terlalu tinggi, hanya sekitar beberapa puluh ribu rupiah saja.

Variasi 1. Tanpa pencetak


Variasi 2. Pertjetakan Kebajoran

Terdiri dari 3 huruf dan 6 angka dengan angka pertama selalu 0. Variasi ini juga cukup banyak dan mudah ditemukan. Harga sedikit lebih mahal bila dibandingkan variasi 1.

Variasi 2. Pertjetakan Kebajoran


Harga pecahan 2,5 Rupiah 1964 menurut KUKI 2010



Versi lain

Selain versi beredar juga ditemukan versi SPECIMEN nomor jalan yang dimulai dengan huruf X.

Specimen nomor jalan pecahan 2,5 Rupiah 1964





Kesimpulan seri Sukarno 1964 :
1. Terdiri dari 2 pecahan: 1 dan 2,5 Rupiah
2. Pecahan 1 Rupiah memiliki 3 variasi, dan variasi P.N. merupakan tersulit sekaligus termahal
3. Variasi P.N. memiliki ciri tertentu, harap dipelajari agar tidak tertipu
4. Terdapat jenis-jenis lain seperti Specimen dan Proof


Jakarta 16 September 2010
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI
2. Standard Catalog of World Paper Money
3. Percetakan Uang RI dari Masa Ke Masa (Perum Peruri)
4. Sejarah Bank Indonesia Periode II
5. Wikipedia
6. Koleksi teman-teman kolektor



Selasa, 18 November 2014

1968 (seri Sudirman)

Seri Sudirman

Terdiri dari pecahan 1, 21/2, 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1000, 5000 dan 10000 rupiah
Merupakan seri yang memiliki pecahan terbanyak (11 lembar)

.
Pecahan 1 dan 2,5 rupiah
.
Relatif mudah ditemukan dan tidak bernilai tinggi, sekitar Rp.5000 perlembar UNC



.
.
Pecahan 5 rupiah 1968
.
Juga bernilai cukup murah, sekitar Rp. 10.000,- perlembar UNC.





Pecahan 10 rupiah
.
Bernilai sekitar 15.000 rupiah perlembar UNC




Pecahan 25 rupiah
.Harga perlembar sekitar Rp.25 ribuan UNC

Pecahan 50 rupiah
.
Bernilai sekitar Rp.30.000 perlembar UNC




Pecahan 100 rupiah

Relatif mudah ditemukan dan bernilai sekitar Rp.30 ribu UNC



Pecahan 500 rupiah

Bernilai sekitar Rp. 50 ribuan perlembar UNC




Pecahan 1000 rupiah

Sudah mulai sukar ditemukan, bernilai sekitar Rp. 100 ribuan UNC



Pecahan 5000 rupiah

Terdiri dari dua variasi nomor seri yaitu 2 huruf yang lebih langka dan berwarna agak lebih pucat dan variasi 3 huruf yang berwarna lebih gelap. Harga variasi 2 huruf sekitar Rp. 700 ribuan UNC sedangkan variasi 3 huruf sekitar Ro. 600 ribuan UNC.

Perhatikan variasi 2 huruf yang lebih pucat


Pecahan 10000 rupiah

Seperti juga pecahan 5000, terdiri dari 2 variasi nomor seri yaitu 2 huruf dan 3 huruf. Variasi 2 huruf lebih sukar ditemukan dan berwarna juga lebih pucat. Harga UNC sekitar 500-600 ribuan

Warna variasi 2 huruf yang lebih pucat


Kesimpulan seri Sudirman:
1. Terdiri dari pecahan terbanyak
2. Pecahan kecil 1 s/d 1000 rupiah relatif mudah ditemukan dan tidak terlalu mahal
3. Pecahan 5000 dan 10000 mempunyai 2 variasi nomor seri
4. Seri terakhir yang diterbitkan oleh BI, setelah seri ini uang kertas Indonesia selanjutnya tidak pernah diteribitkan dalam bentuk lengkap satu seri.
.
.
.
Kritik dan saran hubungi: arifindr@gmail.com

Senin, 17 November 2014

1971 (seri Diponegoro)

Terdiri dari pecahan 100, 500, 1000, 5000 dan 10000 rupiah yang tidak jadi diterbitkan


Rencananya seri ini akan digunakan untuk menggantikan seri Sudirman, tetapi tidak jadi diterbitkan, sehingga seri Diponegoro ini hanya dapat ditemukan dalam bentuk SPECIMEN.


Seri ini termasuk sangat langka dan bernilai jual sangat tinggi. Angka tepatnya tidak dapat ditentukan mengingat seri ini cukup sukar ditemukan di pasaran.



Pecahan 100, 500 dan 1000 rupiah
.



Pecahan 100, 500 dan 1000 rupiah Diponegoro SPECIMEN
.
.

Hanya pecahan 1000 rupiah yang akhirnya diterbitkan pada tahun 1975. Walaupun bentuknya mirip tetapi terdapat perbedaan sangat besar antara keduanya.
.
1. Emisi 1971 memiliki ukuran yang lebih kecil daripada emisi 1975
2. Emisi 1971 tidak tercetak tahun penerbitan
3. Emisi 1971 memiliki tanda air Diponegoro, sedangkan emisi 1975 bertanda air Gajah Mada
4. Harga keduanya jelas berbeda sangat jauh
Perhatikan pula kemiripan antara pecahan 100 rupiah Diponegoro dengan 100 rupiah 1977, antara 500 rupiah Diponegoro dengan 500 rupiah 1977 dan antara 5000 rupiah Diponegoro dengan 5000 rupiah 1975.


Pecahan 5000 dan 10000 rupiah Diponegoro SPECIMEN
.
.
Seri Diponegoro 1971 SPECIMEN bersama-sama dengan seri binatang pecahan 10, 25, 5000 rupiah SPECIMEN dan juga Sukarno 2500, 5000 rupiah SPECIMEN, merupakan kunci dari seluruh uang kertas Indonesia yang sangat-sangat sulit ditemukan serta bernilai jual sangat tinggi. Sedikit sekali kolektor yang memiliki semua pecahan ini secara lengkap.
.
.
.
Kritik dan saran, sampaikan ke: arifindr@gmail.com

1975 - 1979

Setelah seri Sudirman 1968, Bank Indonesia tidak pernah menerbitkan uang secara berseri lengkap dari pecahan kecil sampai pecahan besar. Tiap-tiap pecahan diterbitkan pada tahun yang berbeda sehingga memiliki pola dan gambar yang berbeda pula.



Emisi 1975

Terdiri dari tiga pecahan yaitu 1000, 5000 dan 10000 rupiah


Pecahan 1000 rupiah

Bergambar pangeran Diponegoro, mirip dengan seri Diponegoro 1971 yang tidak jadi diterbitkan, tetapi berbeda ukuran dan watermark.
Bernilai jual sekitar Rp. 10.000,- (fine) s/d Rp. 75.000,- (UNC)



Diponegoro 1000 rupiah (1975) bertanda air Gajah Mada


Pecahan 5000 rupiah

Bergambar penjala ikan/nelayan, berharga sekitar Rp. 250.000,- (UNC)


Nelayan 5000 rupiah 1975


Pecahan 10000 rupiah

Mempunyai motif dan gambar yang sangat menarik berupa relief candi Borobudur di bagian depan dan barong di bagian belakang sehingga sangat digemari oleh kolektor mancanegara. Sangat sulit menemukan yang berkondisi sempurna, harga jual cukup tinggi berkisar di angka Rp.600.000,- perlembar UNC


Barong 10000 rupiah 1975



Emisi 1977

Terdiri dari pecahan 100 dan 500 rupiah

Pecahan 100 rupiah

Bergambar badak jawa, bernilai sekitar Rp.10.000,- perlembar UNC


Badak 100 rupiah 1977



Pecahan 500 rupiah

Bergambar wanita dengan bunga anggrek, relatif mudah ditemukan sehingga hanya berharga sekitar Rp.30 ribu perlembar UNC.


Bunga anggrek 500 rupiah 1977



Emisi 1979


Hanya terdiri dari satu pecahan yaitu 10.000 rupiah gamelan. Bernilai jual sekitar Rp.100 ribu perlembar UNC.




Gamelan 10000 rupiah (1979)


Selama periode tahun 1970 an, Bank Indonesia mengeluarkan 6 macam pecahan yang terdiri dari : 1000 Diponegoro, 5000 nelayan, 10000 barong, 100 badak, 500 anggrek dan 10000 gamelan. Dari ke 6 macam uang kertas ini yang paling sulit ditemukan dan tentu saja bernilai paling tinggi adalah pecahan 10000 barong.

Minggu, 16 November 2014

1980 - 1988

Selama dekade 1980 an, Bank Indonesia menerbitkan 8 jenis uang kertas yang terdiri dari :



Pecahan 1000 rupiah

Bergambar Dr. Soetomo, dengan tanda air Pattimura. Harga UNC sekitar Rp. 15 ribu perlembar.


1000 rupiah Soetomo 1980


Pecahan 5000 rupiah
Bergambar pengasah intan dengan tanda air Dewi Sartika. Harga UNC sekitar Rp. 50.000.


5000 rupiah pengasah intan 1980


Pecahan 500 rupiah
Bergambar bunga bangkai dan bertanda air Jend. Achmad Yani.
Harga UNC sekitar Rp. 5000 perlembar


500 rupiah bunga bangkai 1982

Pecahan 100 rupiah
Bergambar burung dara mahkota dan bertanda air Garuda Pancasila.
Harga UNC sekitar Rp. 2000 perlembar

100 rupiah burung dara 1984


Pecahan 10000 rupiah

Merupakan pecahan tertinggi, bergambar Kartini (mirip dengan pecahan 5 rupiah 1952) dan bertanda air Dr. Tjipto Mangunkusumo. Harga UNC sekitar Rp. 50.000,- perlembar.


10.000 rupiah Kartini 1985


Pecahan 5000 rupiah

Bergambar Teuku Umar, bertanda air M.C. Tiahahu
Harga UNC sekitar Rp. 25000 perlembar


5000 rupiah Teuku Umar 1986


Pecahan 1000 rupiah

Bergambar Sisingamangaraja di bagian depan dan keraton Yogya di belakang. Bertanda air Sultan Hasanuddin, dan berharga sekitar Rp.10000 perlembar UNC


Pecahan 1000 rupiah Sisingamangaraja 1987


Pecahan 500 rupiah

Sebagai penutup dekade 1980 an, diterbitkan pecahan 500 rupiah bergambar rusa, pecahan ini mempunyai tanda air Jend. Achmad Yani dan bernilai sekitar Rp. 5000 perlembar UNC.


Pecahan 500 rupiah rusa

Semua pecahan yang berasal dari tahun 1980 an ini tidak memiliki variasi tanda air maupun nomor seri. Demikian juga dengan harganya, tidak ada satupun yang bernilai sampai ratusan ribu rupiah dan karenanya masih sangat mungkin untuk mengoleksinya dalam kondisi UNC.