Selasa, 11 November 2014

71. Gambar pada uang kertas

Dalam menentukan gambar pada uang kertas, para pelukis uang (delinavit) pasti mencari inspirasi dari berbagai sumber. Karena pada waktu itu belum ada media interrnet maka sumber yang tersedia secara langsung dan mudah diakses adalah FOTO.

Untungnya banyak fotografer Belanda yang memiliki koleksi foto-foto yang sangat menawan, merekapun tidak pelit untuk mempublikasikan karyanya secara luas. Salah satunya dalam bentuk buku berjudul TANAH AIR KITA yang disusun oleh Douwes Dekker sekitar tahun 1940-50an.




Buku ini berisi kumpulan foto-foto yang sangat indah yang dikumpulkan dari seluruh penjuru Indonesia. Fotografernya dicantumkan di halaman terakhir dan dari nama-namanya adalah orang asing semua. Mari kita lihat beberapa diantaranya :

1. Pecahan 500 Rupiah seri pekerja 1958
Uang ini diedarkan mulai 16 Januari 1961 dan ditarik tanggal 13 Juni 1966 bersamaan dengan pecahan seri pekerja lainnya. Bagian depan bergambar pemecah kelapa sedangkan bagian belakang bergambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) 
500 Rupiah "pemecah kelapa" 1958


Gambar pada uang tersebut diambil dari salah satu foto yang terdapat di buku Tanah Air Kita.
Mari kita perhatikan persamaan dan perbedaannya

Posisi orang pada foto memakai topi dan menatap kamera sambil tersenyum, kulitnya juga tidak sehitam pada uang. Keterangan pada foto menyebutkan bahwa gambar diambil di pedalaman hutan Kalimantan, sedangkan pada uang, si pemecah kelapa tersebut 'diubah dan disesuaikan' sehingga terlihat seperti berasal dari bagian Timur Indonesia, mungkin agar sesuai dengan gambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) yang terdapat di bagian belakang uang. Mengapa penampilan si pemecah kelapa diubah sehingga menjadi mirip dengan penduduk dari bagian timur Indonesia? Karena ternyata daerah Kalimantan telah diwakili oleh pecahan lainnya.

Tahukah teman-teman kalau seri 1958 mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Nusantara? 
Silahkan buka kembali album uang milik anda: 
5 Rupiah mewakili pekerja dari Jawa (pembatik) dengan gambar rumah adat dari Jawa Tengah
10 Rupiah bergambar pemahat patung dari Bali demikian juga dengan gambar rumah di sisi belakang uang.
25 Rupiah bergambar penenun kain dari Toba, Sumatera Utara. Rumah adatnya juga berasal dari Batak
50 Rupiah bergambar pemintal benang dan rumah adat daerah Timor 
100 Rupiah bergambar penyadap karet dengan rumah adat dari Kalimantan
500 Rupiah bergambar pemecah kelapa dengan rumah adat dari Sulawesi Utara
1000 Rupiah bergambar pengukir perak dari Minangkabau Sumatera Barat, sama dengan rumah adatnya
5000 Rupiah bergambar petani dengan sawah mewakili daratan Indonesia dan terakhir
10000 Rupiah bergambar nelayan dengan kapalnya mewakili lautan Indonesia

Pelukis seri pekerja telah bekerja sangat keras sehingga bisa mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Indonesia dari Barat sampai ke Timur, termasuk gambar petani dan nelayan yang mewakili darat dan lautannya. Ternyata uang yang umum dan sering kita jumpai ini semakin diperhatikan dan semakin dipelajari menjadi semakin menarik bukan?

Pertanyaan :
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan Timor semua sudah diwakili tetapi ada satu daerah yang tidak terdapat di dalam seri tersebut, yaitu Irian Barat (Papua). Apakah daerah tersebut sengaja dilupakan?
Silahkan teman-teman menjawab. 

2. Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Tidak seperti pecahan lain yang bertahun, pecahan 5 Rupiah ini tidak memiliki tahun tetapi karena pola gambar dan bentuk ornamennya yang mirip dengan pecahan yang lebih besar maka tetap digolongkan sebagai seri pekerja 1958.
Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Bagian depan bergambar seorang perempuan yang sedang membatik
Mari kita lihat dan bandingkan dengan foto pada buku Tanah Air Kita:



Pelukis uang pecahan 5 Rupiah tersebut pasti terinspirasi dari foto yang diambil oleh Ong Kian Bie ini. Perhatikan kemiripan wajah dan busana yang dikenakan. Sungguh mirip bukan?


Uang ini diterbitkan lebih dulu dibanding pecahan yang lebih besar yaitu tanggal 9 September 1959 (pecahan lain tahun 1961-62) dan ditarik dari peredaran bersamaan dengan pecahan lainnya yaitu tanggal 13 Juni 1966. Yang menarik sewaktu seri pekerja ini diedarkan ternyata waktunya hampir bersamaan dengan seri bunga 1959 bahkan waktu penarikannya juga dekat. Mari kita lihat catatan yang diambil dari buku Sejarah Bank Indonesia Periode II 1959-1966 halaman 306-309

Seri pekerja 1958 diedarkan mulai 8 September 1959 ditarik 13 Maret 1966 kecuali Rp5000 cetak ulang (ungu) dan seri pekerja 1964 yang ditarik tanggal 13 Juni 1966.
Seri bunga 1959 diedarkan mulai tanggal 19 Januari 1960 kecuali pecahan 500 dan 1000 Rupiah yang diedarkan tanggal 10 Mei 1960 dan semuanya ditarik tanggal 31 Desember 1966.

Jadi pada era tahun 1960-1966 beredar beberapa macam seri sekaligus yaitu seri pekerja 1958, 1963 dan 1964 serta seri bunga 1959. Bila berbelanja mungkin saja bayarnya pakai seri bunga tetapi kembaliannya seri pekerja, atau mungkin bayarnya memakai seri pekerja dan bunga (misal Rp500 pekerja + Rp50 bunga) dan kembaliannya juga campuran seri pekerja dan bunga (misal Rp10 pekerja + Rp10 bunga). Sangat membingungkan bukan?

Jenis uang yang beredar pada era 1960-1966


Karena banyaknya pecahan yang beredar dengan warna yang juga mirip-mirip, waktu itu ada permainan yang cukup terkenal diantara anak-anak yaitu menebak pecahan uang kertas. Caranya dengan melipat selembar uang kertas sampai kecil sekali, tentunya dengan cara dan teknik tertentu sehingga hanya sebagian kecil saja yang kelihatan warnanya. Lalu dengan hanya melihat sebagian kecil uang, mereka menebak pecahan berapa uang yang dilipat tersebut. Biasanya permainan dilakukan dengan menggunakan taruhan uang logam sen, pemenang tentu bisa membawa pulang uang taruhannya. 
Jangan menganggap mudah permainan ini, coba saja anda tebak pecahan berapa uang yang saya lipat ini. Ingat saya cuma melipatnya secara asal-asalan, anak-anak pada masa itu tentu jauh lebih ahli.


1.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?
2.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?



3. Pecahan 25 Rupiah 1958
Pecahan yang umum ditemukan ini menurut KUKI bergambar seorang penenun wanita di bagian depan dan rumah Minang di bagian belakang. 
  KUKI menyebutkan gambar di bagian belakang sebagai rumah Minang


Sekarang mari kita lihat salah satu foto yang ada di buku TANAH AIR KITA
Mari kita perhatikan gambar kecil di bagian kanan bawah dan 
bandingkan dengan gambar pada uang

Silahkan teman-teman bandingkan kedua gambar, gambar atas dari buku sedang yang bawah dari uang. Apakah mirip? Terbukti kalau si pelukis yaitu Junalies mengambil gambar pada buku tersebut sebagai salah satu sumber utamanya. Tentu saja tidak 100% dijiplak habis tetapi sedikit ditambah atau dikurangi sehingga tampak lebih menarik. Jendela ditiadakan, pintu ditambah tetapi tangga untuk naik tetap dipertahankan satu saja dibagian depan, kayu penopang dibuat rata dan bagus, kayu dinding rumah diubah dari mendatar menjadi tegak. Bagian sudut rumah ditambahkan ukiran, atap yang semula agak lebih tinggi dipangkas agar sesuai dengan ukuran uang. Latar belakang yang gersang juga ditambahkan pepohonan agar kelihatan lebih asri. Gambar secara keseluruhan menjadi lebih bagus walaupun tidak meninggalkan ciri khasnya. Itulah kehebatan pelukis uang.  
Sekarang tentang keterangan pada foto tersebut, mari kita perbesar dan baca bersama :


Keterangan pada foto menyebutkan kalau gambar rumah adat tersebut adalah Rumah Batak yang diambil dari daerah Baros Djaja. Mengapa pada KUKI bisa disebutkan sebagai Rumah Minang? Menurut anda yang mana yang benar? Apakah rumah adat Minang sama bentuknya dengan rumah adat Batak? Silahkan anda cari pernyataan mana yang keliru, KUKI atau buku. 


Minggu, 09 November 2014

72. Specimen Nomor Jalan

Saya memiliki 2 lembar Specimen Nomor Jalan pecahan 10.000 Rupiah Kartini 1985 :

Uang pertama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Nomor seri XAS 001040
Kondisi Very Fine
Stempel SPECIMEN tebal berwarna merah menyala menyilang dari kiri bawah ke kanan atas untuk sisi depan dan dari kiri atas ke kanan bawah pada sisi belakang (berlawanan arah)

 
 Uang Specimen Nomor Jalan (pertama)


Uang kedua memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Nomor seri XQC 309422
Kondisi AU, hanya lipat sedikit di sudut kanan bawah
Stempel SPECIMEN tipis berwarna merah yang menyilang dari sisi kiri bawah ke kanan atas baik pada sisi depan maupun belakang (arah sama).

 
Uang Specimen Nomor Jalan (kedua)

Pertanyaan :
Uang mana yang kemungkinan besar adalah SPECIMEN NOMOR JALAN yang ASLI?
Pilih salah satu jawaban di bawah

Jawaban :
a. Uang pertama
b. Uang kedua
c. Keduanya kemungkinan besar asli
d. Keduanya kemungkinan besar palsu


PEMBAHASAN


Pendapat kalau SPECIMEN Nomor Jalan harus bernomor seri kecil

10.000 Rupiah emisi 1992 SPECIMEN bernomor seri XAZ 000108
Apakah 000108 termasuk nomor seri kecil?

1 Rupiah 1964 SPECIMEN bernomor seri XA 234422
Lalu apakah 234422 termasuk nomor seri besar?

Bagaimana dengan nomor seri yang ada di tengah-tengah? Kecil tidak, besarpun tidak?

1000 Rupiah 1959 SPECIMEN bernomor seri tanggung XC 5180

Nomor seri berapa yang disebut kecil? Apakah ada patokan atau batasnya?
Mungkin kita menganggap kecil kalau angkanya puluhan sampai ratusan dan disebut besar kalau sudah ribuan atau jutaan. Atau disebut kecil kalau angkanya tidak sampai setengah dari angka maksimal (misal 1537 dari 9999) dan disebut besar kalau lebih dari setengahnya (misal 7423 dari 9999). 
Lalu bagaimana dengan nomor seri yang berada diantaranya seperti pada contoh di atas 
5180 dari  9999. Posisinya pas di tengah-tengah.

 3 lembar SPECIMEN Nomor Jalan seri pekerja 1958
Pecahan 1000 Rupiah bernomor seri XAC 00097, kita semua setuju kalau nomor seri nya kecil
Pecahan 500 Rupiah bernomor seri XAG 05649, tepat berada di tengah-tengah
(ingat angka pertama seri ini selalu 0)
Pecahan 10 Rupiah bernomor seri XAY 062161, tergolong besar bila maksimalnya 099999

Padahal ketiganya saya dapatkan dari sumber yang sama dan dapat dipercaya keasliannya

KESIMPULAN
Nomor seri berapa yang bisa disebut kecil dan berapa yang besar?
Apakah ada patokannya? Dan berapa batasnya?
Bagaimana dengan nomor seri yang berada diantaranya?
Karena jawaban tiap orang akan berbeda maka besar kecilnya nomor seri 
sulit untuk dijadikan acuan.
(Kecuali bila kita berembuk dan mengambil kesepakatan bersama)



Pendapat kalau SPECIMEN Nomor Jalan harus berwarna merah menyala

Perhatikan kedua uang di atas, yang pertama bertulisan SPECIMEN dengan huruf tebal dan warna merah menyala sedang yang kedua jauh lebih kecil dan tipis. Padahal keduanya saya dapatkan dari sumber sangat terpercaya dan dapat dipastikan asli. Kita lihat contoh berikutnya :

 Pecahan yang sama tetapi bentuk dan ketebalan SPECIMEN berbeda, yang atas lebih kecil tetapi lebih tebal dibandingkan yang bawah
Keduanya saya dapatkan dari ex kepala cabang suatu bank besar di Sumatera

Pecahan ini warnanya bukan merah tetapi biru dengan besar dan ketebalan yang tidak sama

Sedangkan yang ini warnanya ungu dan hitam 

KESIMPULAN
Walaupun sebagian besar ada kemiripan jenis huruf (font) tetapi bentuk, warna dan ketebalan stempel SPECIMEN tidak bisa dijadikan patokan utama. Ada yang tebal dan ada yang tipis, ada yang besar juga ada yang kecil, ada yang lengkap berikut tulisan TIDAK BERLAKU dan ada yang tidak. Ada yang memakai garis di antaranya ada juga yang tidak. Bahkan ada yang warnanya biru atau hitam.
Tidak ada patokan/standarisasi jenis dan ukuran huruf. 
Sungguh membingungkan.



 Pendapat kalau SPECIMEN Nomor Jalan harus UNC

Saya memiliki 2 lembar Specimen nomor jalan 100 Rupiah 1964 (biru)
Yang pertama saya dapatkan dari pensiunan kepala cabang suatu bank di Sumatera sedang yang kedua dari pensiunan kepala cabang bank di Jawa Tengah. Keduanya memiliki kondisi sangat berbeda, yang satu tampak tropis, lipat di beberapa tempat, sepasang lubang staples serta sisi belakang yang bergaris-garis terkena sisa lem karena ditempatkan di album foto.
Sedangkan yang kedua berkondisi sangat baik, bersih serta tidak ada tekuk sama sekali. 
Keduanya dapat dipastikan asli karena didapat dari sumber yang dapat dipercaya serta memiliki nomor seri yang berdekatan.

KESIMPULAN
Kondisi uang Specimen Nomor Jalan TIDAK SELALU HARUS UNC
Sangat tergantung dari penyimpanan pemiliknya



Jadi bagaimana kita bisa menilai keaslian uang Specimen Nomor Jalan?
Bila
Bukan dari warna stempel specimen
Bukan dari bentuk stempel specimen 
Bukan juga dari kualitas atau grade uangnya 

Apakah harus diuji laboratorium?
Selain mahal juga tidak praktis


Mari kita lihat kembali artikel no 38 tentang Specimen Nomor Jalan tulisan pak UnO
Silahkan anda buka kembali artikel tersebut dan perhatikan prefix dari tiap-tiap uang yang ditampilkan
 Rp.50.000 Suharto 1995 (XAP)
Rp.500 Sudirman 1968 (XAB)
Rp.20.000 Ki Hajar Dewantara 1998 (XCS)
Rp.10.000 Hamengkubuono IX 1992 (XBC)
Rp.5000 Teuku Umar 1985 (XAE)
dan 
Rp.10.000 Kartini 1985 (XAR)

Lalu perhatikan pula prefix dari uang-uang yang saya dapatkan dari sumber terpercaya

Rp.10.000 Hamengkubuono IX 1992 (XAZ)
Rp.500 orangutan 1992 (XBC)
Rp.10.000 gamelan 1979 (XAK)
Rp.500 bunga bangkai 1982 (XAF)
Rp.5.000 nelayan 1975 (XAA)
Rp.1.000 lompat batu 1992 (XAQ)
Rp.100 perahu pinisi 1992 (XBN)

Lalu perhatikan pula prefix uang-uang seri pekerja di bawah ini :
Rp.10 pekerja 1958 (XAY)

 
Rp.25 pekerja 1958 (XAH)

 
Rp.50 pekerja 1958 (XAQ)

Rp.500 pekerja 1958 (XAG)

 
Rp.5.000 pekerja 1958 (XAD)

Terakhir, perhatikan juga semua prefix uang-uang yang ada di bagian pembahasan sebelumnya
 Rp.1 Sukarno 1964 (XA)
Rp.1.000 bunga 1959 (XC)
Rp.1.000 pekerja 1958 (XAC)
Rp.100 pekerja 1964 biru (XAQ) 

Sudahkah anda perhatikan dengan teliti?

Sudah jelas kalau huruf pertamanya selalu dimulai dengan X
Bagainana dengan huruf keduanya?
Ternyata hanya ada 3 jenis yaitu AB dan sangat sedikit huruf C


Sangat masuk akal kalau uang Specimen Nomor Jalan dicetak tidak terlalu banyak dan tentunya dimulai dari abjad pertama yaitu XAx dan bila habis baru dipakai XBx dan kemungkinan sedikit XCx
Rasanya hampir tidak mungkin dicetak sedemikian banyaknya sampai ke huruf-huruf yang jauh lebih besar seperti XK, XL, XM atau XQ dan XR apalagi sampai XZ 

Jadi berdasarkan cara dan metode di atas kita dapat memperkirakan (bukan memastikan) 
kalau uang yang KEMUNGKINAN besar ASLI sebaiknya tidak hanya dilihat dari kualitas, nomor seri kecil, tipe huruf dan sebagainya melainkan yang memiliki huruf kedua A, B atau C 

Sekarang kita bisa menjawab kalau uang yang kemungkinan besar ASLI adalah
uang yang memiliki prefix XAS atau uang pertama (jawaban a)

 
XAS banding XQC


Kesimpulan  untuk uang Specimen Nomor Jalan :
1. Sebagian besar ditemukan pada uang2 cetakan PK (hampir tidak ditemukan pada pencetak lain seperti seri RIS, kebudayaan, hewan, bunga dan Sukarno)
2. Dimulai dengan huruf X
3. Huruf kedua kemungkinan besar adalah A dan B serta sedikit C
4. Tidak ada patokan warna, bentuk dan tipe font stempel SPECIMEN
5. Tidak harus bernomor kecil
6. Tidak harus UNC


Silahkan periksa kembali uang-uang di album anda !!
Semoga artikel ini bermanfaat


Ditunggu kiriman komentar, pengalaman atau kritiknya

73. Wayang 25 Gulden


Kita semua tentu mengenal uang yang satu ini : De Javasche Bank 25 Gulden seri wayang.
Mari kita kupas lebih dalam lagi uang yang sangat indah ini.

Variasi tanda tangan
1. Praasterink - GG van Buttingha Wichers
    (14-12-1934 sd 13-2-1935)
2. JC van Waveren - GG van Buttingha Wichers
    (17-10-1938 sd 30-6-1939)
3. RE Smits - GG van Buttingha Wichers
    (1-7-1939 sd 4-7-1939)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa variasi tanda tangan ketiga (Smits) merupakan yang terlangka dengan hanya 3 tanggal cetak saja, masing-masing tanggal 1-7-1939 (IW), 3-7-1939 (IX) dan 4-7-1939 (IY). Tanggal 2-7-1939 tidak ada karena jatuh pada hari Minggu. Tidak heran variasi ini sulit ditemukan dan bernilai jauh lebih tinggi dibandingkan kedua variasi lainnya.

Tanda air
Tidak seperti tanda air pecahan lainnya, pecahan ini adalah satu-satunya yang memiliki tanda air berbeda. KUKI menyebutkannya sebagai garis berliku-liku sedang Pick menyebutnya zigzag lines.
Tanda air yang sangat indah dan rumit berupa garis zigzag yang terputus di bagian tengah
Tidak ada pecahan lain yang memiliki tanda air serupa

Masa edar
Uang ini diedarkan akhir 1934 untuk menggantikan seri JP Coen II, sempat menjadi korban kebijakan gunting Sjafruddin 19 Maret 1950 dan digantikan seri Federal 1946 (pecahan 5 Gulden coklat, 10 Gulden ungu, 25 Gulden  hijau) serta seri Federal 1948 (1/2, 1 dan 2-1/2 Gulden).

Nomor seri
Semua uang seri wayang terdiri dari 2 huruf 5 angka dimana angka pertama selalu nol (0). Tidak pernah ditemukan seri pengganti yang diduga angka pertamanya adalah 1. Tahun cetak yang ditemukan adalah 1934 (menurut Pick), 1935, 1938 dan 1939. Belum ditemukan tahun cetak 1936 dan 1937. Seperti pecahan lain yang lebih besar, setiap satu tanggal hanya dicetak satu prefix. Perhatikan contoh di bawah :

Satu tanggal hanya mencetak satu prefix, kecuali hari Minggu atau libur
Huruf Q tidak dipergunakan.
Mohon bantuan teman-teman yang memiliki prefix sebelum DN (tahun 1934)

Populasi
Prefix awal pecahan ini dimulai dari huruf D sedangkan huruf keduanya masih belum bisa dipastikan, dilanjutkan dengan E, F, G, H dan ditutup dengan IY. Dari 6 prefix  tersebut  (D sd I) yang bila diasumsikan huruf kedua terpakai semua dari A sd Z kecuali Q dan masing-masing dicetak penuh sesuai nomor serinya sebanyak 9999 lembar maka total terdapat 6 x 25 x 9999 atau sekitar 1,5 juta lembar. Cukup banyak? Bila dibandingkan dengan pecahan 50 Gulden yang terdiri dari 44 prefix (sekitar 440.000 lembar) maka jumlah pecahan ini kurang lebih 3,4 kali lipat lebih banyak.

Pelukis
Semua uang seri wayang dirancang oleh Mr. Carel Adolph Lion Cachet, seorang seniman senior asal Belanda. Dari data paling awal yang berhasil ditemukan yaitu berupa versi artist drawing, terlihat bahwa uang ini rancangannya mulai dikerjakan pada awal 1932.   

Artist drawing seri wayang pecahan 25 Gulden yang sangat langka
Tanggal tertera 29-1-32

Variasi
Ada beberapa variasi yang berhasil ditemukan yaitu :
1. Artist drawing seperti yang terlihat pada gambar di atas (mungkin hanya ada satu lembar saja)
2. Proof bernomor seri WW12345-WW67890. Terdapat beberapa jenis yang berbeda warna.

Dua contoh proof beda warna, hijau dan coklat

3. SPECIMEN nomor jalan tipe 1.
Sangat langka dan bernilai tinggi. Populasi hanya bisa dihitung dengan jari. Perhatikan stempel SPECIMEN yang berbeda dibandingkan jenis lainnya

4. SPECIMEN nomor jalan tipe 2 yang juga cukup sulit ditemukan


5. SPECIMEN AA12345-AA67890. Bertanggal fiktif 32-9-63, berperforasi 43 5 68 dan memiliki stempel SPECIMEN berwarna merah menyala yang melintang di kedua sisi. Populasi diperkirakan belasan-puluhan lembar.

Versi SPECIMEN bernomor seri AA12345-AA67890

6. Variasi beredar yang terdiri dari 3 tanda tangan seperti telah dijelaskan di atas.

Gambar tokoh
Pada bagian depan uang terdapat gambar sepasang tokoh pewayangan yang saling berhadapan, laki-laki di sisi kiri dan perempuan di sisi kanan.

Tokoh pewayangan laki-laki memiliki ciri :
Gagah dan berwibawa
Memakai mahkota 

Perhatikan tokoh laki-lakinya, tampak rapi, gagah, berwibawa dan yang terpenting dikepalanya mengenakan sebuah mahkota yang menjulang tinggi. Dari ciri-ciri tersebut dapat dipastikan kalau tokoh yang dimaksud pastilah seorang raja. Apalagi setelah saya menemukan gambar mahkota yang serupa dengan yang dikenakan sang tokoh. Mahkota tersebut disimpan di museum Radya Pustaka di Surakarta. Dari keterangan yang ada di museum, dijelaskan bahwa mahkota tersebut dipakai oleh seorang raja yang sangat berkuasa dan terkenal dalam dunia pewayangan yaitu : Prabu Kresna.
Prabu Kresna
Berkulit gelap, gagah berwibawa dan mengenakan mahkota


Tokoh Kresna telah lama dikenal dalam cerita rakyat di India, kemudian datang ke Indonesia dan dikembangkan melalui sastra Jawa kuno. Diceritakan kalau Kresna sebenarnya adalah titisan Dewa Wisnu yang kedelapan kalinya sehingga Kresna juga memiliki sifat-sifat dewa yang kamanusan yaitu adil dan bijaksana. Selain itu Kresna juga memiliki kesaktian yang luar biasa, dia antara lain memiliki mustika Kembang Wijayakusuma yang mampu menyembuhkan dan menghidupkan orang mati, Gambar Lopian untuk meneropong kejadian yang sudah, sedang dan yang akan terjadi serta Cakra Ujaksana untuk membasmi musuh yang mengacaukan negara.

Menurut cerita, dengan kesaktiannya Kresna dapat mengalahkan raja negara Dwarawati yaitu Prabu Jenggala Manik sehingga dia menjadi raja negara tersebut dan bergelar Prabu Kresna. Semasa menjadi raja, selain sebagai pemimpin yang unik dan berkharisma, Prabu Kresna juga merupakan seorang politisi ulung. Dia yang mengembalikan semangat Arjuna dalam pertempuran Baratayuda, dia menjadi kusir kereta perang Arjuna dan maju perang bersama-sama.

Kresna memiliki beberapa istri diantaranya adalah Dewi Jembarwati (istri pertama), Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma dan istrinya yang terakhir Dewi Pertiwi. Dari semua istri-istrinya ada 2 yang menonjol yaitu Dewi Jembarwati dan Dewi Pertiwi. Dari Dewi Jembarwati mereka memiliki anak bernama Samba yang tampan dan sangat disayang serta dimanja oleh Prabu Kresna. Walaupun wajah anaknya ini dijadikan gambar pada seri wayang pecahan 5 Gulden tapi Samba tidak memiliki kesaktian apapun dan masa depannyapun suram.
Sedangkan dari Dewi Pertiwi mereka memiliki anak laki-laki bernama Bambang Sitija yang nantinya menjadi raja negara Surateleng bergelar Prabu Bomanarakasura serta anak perempuan Dewi Siti Sundari yang nantinya menjadi istri Abimayu putra dari Arjuna. Selain itu Dewi Pertiwi ternyata adalah titisan dewa juga sehingga memiliki sifat keadilan, welas kasih dan kebijaksanaan.

Berdasarkan hal di atas, apalagi ditambah keyakinan bahwa (umumnya) istri termuda adalah istri kesayangan maka para pemerhati wayang beranggapan kalau pasangan Prabu Kresna pada pecahan ini adalah Dewi Pertiwi.

Prabu Kresna (falling in love) dengan Dewi Pertiwi

Perancang dan pelukis uang ini sangat mengagumi Prabu Kresna. Dia menampilkan sosok Kresna dari berbagai posisi pada 3 pecahan seri wayang yaitu 25 Gulden (dari sisi kanan depan), 100 Gulden (dari sisi samping kiri) dan 1000 Gulden (dari depan).

 Prabu Kresna pada pecahan 25, 100 dan 1000 Gulden

Mengapa Kresna yang dijadikan idola oleh Lion Cachet? Bahkan sampai tiga kali muncul termasuk pada pecahan tertinggi 1000 Gulden. Mungkin karena Kresna adalah seorang raja, seorang tokoh pendukung dan pelindung (pengayom), tokoh yang memiliki sifat benar, utama, dan adil. Ia pun juga sebagai tokoh penjaga dan pemelihara alam semesta dan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di daerah Jawa. Tokoh Kresna mengalami "hidup" yang cukup lama, baik dalam karya sastra Jawa Kuno rnaupun Jawa Baru.

Pada kelompok masyarakat ningrat yang mewakili penguasa, tokoh Kresna tampil sebagai dewanya raja (raja binathara = raja yang memiliki sifat seperti dewa) bersifat benar, utama, adil, dan melindungi (mengayomi).Sedang di dalam kelompok masyarakat biasa, Kresna tampil sebagai pendeta raja (raja pinandhita = raja yang memiliki sifat pendeta), bersifat arif wicaksana. Karena itu Kresna adalah tokoh yang bisa diterima dan masuk pada berbagai tingkatan masyarakat, tidak heran Lion Cachet menampilkan sosoknya pada pecahan kecil (25 Gulden), sedang (100 Gulden) dan besar (1000 Gulden) sebagai wakil dari berbagai kelompok masyarakat yang berbeda.

Pada pecahan 25 Gulden Prabu Kresna dipasangkan dengan isterinya Dewi Pertiwi, lalu pada pecahan 100 Gulden duduk berhadapan dengan seorang tokoh istimewa. Dan terakhir pada pecahan 1000 Gulden Prabu Kresna kembali dipasangkan dengan seseorang tokoh super hebat juga. Siapakah mereka sehingga pantas duduk berhadapan dengan sang raja?
Rupanya cerita masih akan berlanjut.............


Semoga artikel di atas bisa membuka wawasan kita bersama dan tentunya lebih memperdalam kecintaan kita terhadap uang kuno. Saya menunggu saran dan kritik dari teman-teman semua....



Jakarta akhir tahun 2014
Terima kasih untuk pak Gatot, pecinta wayang sekaligus kurator museum Bank Indonesia