Selasa, 11 November 2014

71. Gambar pada uang kertas

Dalam menentukan gambar pada uang kertas, para pelukis uang (delinavit) pasti mencari inspirasi dari berbagai sumber. Karena pada waktu itu belum ada media interrnet maka sumber yang tersedia secara langsung dan mudah diakses adalah FOTO.

Untungnya banyak fotografer Belanda yang memiliki koleksi foto-foto yang sangat menawan, merekapun tidak pelit untuk mempublikasikan karyanya secara luas. Salah satunya dalam bentuk buku berjudul TANAH AIR KITA yang disusun oleh Douwes Dekker sekitar tahun 1940-50an.




Buku ini berisi kumpulan foto-foto yang sangat indah yang dikumpulkan dari seluruh penjuru Indonesia. Fotografernya dicantumkan di halaman terakhir dan dari nama-namanya adalah orang asing semua. Mari kita lihat beberapa diantaranya :

1. Pecahan 500 Rupiah seri pekerja 1958
Uang ini diedarkan mulai 16 Januari 1961 dan ditarik tanggal 13 Juni 1966 bersamaan dengan pecahan seri pekerja lainnya. Bagian depan bergambar pemecah kelapa sedangkan bagian belakang bergambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) 
500 Rupiah "pemecah kelapa" 1958


Gambar pada uang tersebut diambil dari salah satu foto yang terdapat di buku Tanah Air Kita.
Mari kita perhatikan persamaan dan perbedaannya

Posisi orang pada foto memakai topi dan menatap kamera sambil tersenyum, kulitnya juga tidak sehitam pada uang. Keterangan pada foto menyebutkan bahwa gambar diambil di pedalaman hutan Kalimantan, sedangkan pada uang, si pemecah kelapa tersebut 'diubah dan disesuaikan' sehingga terlihat seperti berasal dari bagian Timur Indonesia, mungkin agar sesuai dengan gambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) yang terdapat di bagian belakang uang. Mengapa penampilan si pemecah kelapa diubah sehingga menjadi mirip dengan penduduk dari bagian timur Indonesia? Karena ternyata daerah Kalimantan telah diwakili oleh pecahan lainnya.

Tahukah teman-teman kalau seri 1958 mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Nusantara? 
Silahkan buka kembali album uang milik anda: 
5 Rupiah mewakili pekerja dari Jawa (pembatik) dengan gambar rumah adat dari Jawa Tengah
10 Rupiah bergambar pemahat patung dari Bali demikian juga dengan gambar rumah di sisi belakang uang.
25 Rupiah bergambar penenun kain dari Toba, Sumatera Utara. Rumah adatnya juga berasal dari Batak
50 Rupiah bergambar pemintal benang dan rumah adat daerah Timor 
100 Rupiah bergambar penyadap karet dengan rumah adat dari Kalimantan
500 Rupiah bergambar pemecah kelapa dengan rumah adat dari Sulawesi Utara
1000 Rupiah bergambar pengukir perak dari Minangkabau Sumatera Barat, sama dengan rumah adatnya
5000 Rupiah bergambar petani dengan sawah mewakili daratan Indonesia dan terakhir
10000 Rupiah bergambar nelayan dengan kapalnya mewakili lautan Indonesia

Pelukis seri pekerja telah bekerja sangat keras sehingga bisa mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Indonesia dari Barat sampai ke Timur, termasuk gambar petani dan nelayan yang mewakili darat dan lautannya. Ternyata uang yang umum dan sering kita jumpai ini semakin diperhatikan dan semakin dipelajari menjadi semakin menarik bukan?

Pertanyaan :
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan Timor semua sudah diwakili tetapi ada satu daerah yang tidak terdapat di dalam seri tersebut, yaitu Irian Barat (Papua). Apakah daerah tersebut sengaja dilupakan?
Silahkan teman-teman menjawab. 

2. Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Tidak seperti pecahan lain yang bertahun, pecahan 5 Rupiah ini tidak memiliki tahun tetapi karena pola gambar dan bentuk ornamennya yang mirip dengan pecahan yang lebih besar maka tetap digolongkan sebagai seri pekerja 1958.
Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Bagian depan bergambar seorang perempuan yang sedang membatik
Mari kita lihat dan bandingkan dengan foto pada buku Tanah Air Kita:



Pelukis uang pecahan 5 Rupiah tersebut pasti terinspirasi dari foto yang diambil oleh Ong Kian Bie ini. Perhatikan kemiripan wajah dan busana yang dikenakan. Sungguh mirip bukan?


Uang ini diterbitkan lebih dulu dibanding pecahan yang lebih besar yaitu tanggal 9 September 1959 (pecahan lain tahun 1961-62) dan ditarik dari peredaran bersamaan dengan pecahan lainnya yaitu tanggal 13 Juni 1966. Yang menarik sewaktu seri pekerja ini diedarkan ternyata waktunya hampir bersamaan dengan seri bunga 1959 bahkan waktu penarikannya juga dekat. Mari kita lihat catatan yang diambil dari buku Sejarah Bank Indonesia Periode II 1959-1966 halaman 306-309

Seri pekerja 1958 diedarkan mulai 8 September 1959 ditarik 13 Maret 1966 kecuali Rp5000 cetak ulang (ungu) dan seri pekerja 1964 yang ditarik tanggal 13 Juni 1966.
Seri bunga 1959 diedarkan mulai tanggal 19 Januari 1960 kecuali pecahan 500 dan 1000 Rupiah yang diedarkan tanggal 10 Mei 1960 dan semuanya ditarik tanggal 31 Desember 1966.

Jadi pada era tahun 1960-1966 beredar beberapa macam seri sekaligus yaitu seri pekerja 1958, 1963 dan 1964 serta seri bunga 1959. Bila berbelanja mungkin saja bayarnya pakai seri bunga tetapi kembaliannya seri pekerja, atau mungkin bayarnya memakai seri pekerja dan bunga (misal Rp500 pekerja + Rp50 bunga) dan kembaliannya juga campuran seri pekerja dan bunga (misal Rp10 pekerja + Rp10 bunga). Sangat membingungkan bukan?

Jenis uang yang beredar pada era 1960-1966


Karena banyaknya pecahan yang beredar dengan warna yang juga mirip-mirip, waktu itu ada permainan yang cukup terkenal diantara anak-anak yaitu menebak pecahan uang kertas. Caranya dengan melipat selembar uang kertas sampai kecil sekali, tentunya dengan cara dan teknik tertentu sehingga hanya sebagian kecil saja yang kelihatan warnanya. Lalu dengan hanya melihat sebagian kecil uang, mereka menebak pecahan berapa uang yang dilipat tersebut. Biasanya permainan dilakukan dengan menggunakan taruhan uang logam sen, pemenang tentu bisa membawa pulang uang taruhannya. 
Jangan menganggap mudah permainan ini, coba saja anda tebak pecahan berapa uang yang saya lipat ini. Ingat saya cuma melipatnya secara asal-asalan, anak-anak pada masa itu tentu jauh lebih ahli.


1.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?
2.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?



3. Pecahan 25 Rupiah 1958
Pecahan yang umum ditemukan ini menurut KUKI bergambar seorang penenun wanita di bagian depan dan rumah Minang di bagian belakang. 
  KUKI menyebutkan gambar di bagian belakang sebagai rumah Minang


Sekarang mari kita lihat salah satu foto yang ada di buku TANAH AIR KITA
Mari kita perhatikan gambar kecil di bagian kanan bawah dan 
bandingkan dengan gambar pada uang

Silahkan teman-teman bandingkan kedua gambar, gambar atas dari buku sedang yang bawah dari uang. Apakah mirip? Terbukti kalau si pelukis yaitu Junalies mengambil gambar pada buku tersebut sebagai salah satu sumber utamanya. Tentu saja tidak 100% dijiplak habis tetapi sedikit ditambah atau dikurangi sehingga tampak lebih menarik. Jendela ditiadakan, pintu ditambah tetapi tangga untuk naik tetap dipertahankan satu saja dibagian depan, kayu penopang dibuat rata dan bagus, kayu dinding rumah diubah dari mendatar menjadi tegak. Bagian sudut rumah ditambahkan ukiran, atap yang semula agak lebih tinggi dipangkas agar sesuai dengan ukuran uang. Latar belakang yang gersang juga ditambahkan pepohonan agar kelihatan lebih asri. Gambar secara keseluruhan menjadi lebih bagus walaupun tidak meninggalkan ciri khasnya. Itulah kehebatan pelukis uang.  
Sekarang tentang keterangan pada foto tersebut, mari kita perbesar dan baca bersama :


Keterangan pada foto menyebutkan kalau gambar rumah adat tersebut adalah Rumah Batak yang diambil dari daerah Baros Djaja. Mengapa pada KUKI bisa disebutkan sebagai Rumah Minang? Menurut anda yang mana yang benar? Apakah rumah adat Minang sama bentuknya dengan rumah adat Batak? Silahkan anda cari pernyataan mana yang keliru, KUKI atau buku. 


0 komentar:

Posting Komentar