Selasa, 11 November 2014

Paket 1 Album 48 Macam

Paket Uang Kuno Indonesia 1 Album 48 Macam dengan Albumnya
Price : Rp 1.580.000,- (Hemat Rp. 120.000,- Free Ongkir)

Sold Out
 
Contents :
1. 1 Sen 1964 Sukarelawan UNC
2. 1 Sen 1945 ORI AUNC
3. 5 Sen 1964 Sukarelawan UNC
4. 10 Sen 1964 Sukarelawan UNC
5. 25 Sen 1964  Sukarelawan UNC
6. 50 Sen 1964 Sukarelawan UNC
7. 1 Rupiah 1968 Sudirman UNC
8. 1 Rupiah 1964 Soekarno UNC
9. 1 Rupiah 1956 Suku Bangsa UNC
10. 1 Rupiah 1961 Sandang Pangan UNC
11. 2,5 Rupiah 1968 Sudirman AUNC
12. 2,5 Rupiah 1961 Sandang Pangan UNC
13. 2,5 Rupiah 1951 Pemandangan Alam VF
14. 2,5 Rupiah 1956 Suku Bangsa UNC
15. 5 Rupiah 1958 Pekerja Tangan UNC
16. 5 Rupiah 1959 Bunga EF
17. 5 Rupiah 1968 Sudirman AUNC
18 10 Rupiah 1959 Bunga UNC
19. 10 Rupiah 1963 Pekerja Tangan II UNC
20. 25 Rupiah 1968 Sudirman EF
21. 25 Rupiah 1964 Pekerja Tangan IV AUNC
22. 25 Rupiah 1959 Bunga VF
23. 50 Rupiah 1964 Pekerja Tangan IV AUNC
24. 50 Rupiah 1959 Bunga EF
25. 50 Rupiah 1968 Sudirman VF
26. 100 Rupiah 1992 Kapal Pinishi UNC
27. 100 Rupiah 1984 Burung Dara UNC
28. 100 Rupiah 1958 Pekerja Tangan IV EF
29. 100 Rupiah 1959 Bunga VF
30. 100 Rupiah 1977 Badak UNC
31. 500 Rupiah 1992 Orang Utan UNC
32. 500 Rupiah 1988 Rusa UNC
33. 500 Rupiah 1982 Bunga Bangkai UNC
34. 1,000 Rupiah 1992 Lompat Batu UNC
35. 1,000 Rupiah 1968 SudirmanVF
36. 1,000 Rupiah 1975 Diponegoro VF
37. 1,000 Rupiah 1987 Sisinga Mangaraja UNC
38. 5,000 Rupiah 1992 Sasando UNC
39. 5,000 Rupiah 1986 Teuku Umar UNC
40. 5,000 Rupiah 1980 Pengasah Intan EF
41. 10,000 Rupiah 1998 Cut Nyak Dien UNC
42. 10,000 Rupiah 1992 Hamengku Buwono UNC
43. 10,000 Rupiah 1985 Kartini AUNC
44. 20,000 Rupiah 1998 Ki Hajar Dewantara UNC
45. 20,000 Rupiah 1992 Cenderawasih EF
46. 50,000 Rupiah 1998 WR Supratman EF
47. 50,000 Rupiah 1995 Soeharto EF
48. 100,000 Rupiah 1995 Soekarno Hatta Polymer UNC
Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru
Uang Kuno Pekanbaru
Uang Kuno Pekanbaru
Uang Kuno Pekanbaru
Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru
Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

Uang Kuno Pekanbaru

70. Mutilated dollar




Pada awal tahun 2007 saya menerima permintaan tolong dari seorang teman yang memiliki 5000 dollar Amerika dalam bentuk pecahan $100, sayangnya ke 50 lembar uang tersebut tidak ada yang utuh lagi. Semuanya hancur termakan rayap. 

Uang yang masih bisa diidentifikasi ada 33 lembar sedangkan sisanya sudah hancur lebur menjadi tepung. Uang2 tersebut dirapikan, dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibawa ke berbagai bank dan money changer di Jakarta untuk ditukarkan. Dapat diduga tidak ada satupun yang dapat membantu.

Setelah bertemu dengan saya dan menjelaskan kejadiannya maka saya mencoba untuk mencari tahu dengan menghubungi beberapa teman saya yang berada di Amerika. Mereka mengatakan bahwa setiap bank di negara tersebut dapat menerima uang rusak dengan beberapa ketentuan tertentu, misalnya nomor seri yang masih ada, uang tersisa minimal 50% dan sebagainya. Lalu saya kirimkan satu contoh kesana untuk dicoba. Ternyata uang contoh tersebut sudah tidak memenuhi kriteria lagi karena nomor seri sudah tidak utuh lagi demikian juga dengan bagian yang tersisa malah mungkin ada yang cuma tinggal 30%.

Bank-bank Amerika yang diminta bantuannya oleh teman saya merujuk ke satu sumber utama yang mungkin masih bisa membantu yaitu BUREAU OF ENGRAVING AND PRINTING yang berada di Washington DC. Maka setelah mendapatkan persetujuan dari pemilik, sayapun dengan nekad mengirim ke 33 lembar uang 'hancur' tersebut kesana disertai kronologis dan nomor account bank di Jakarta yang dapat dihubungi bila uang2 tersebut dapat dicairkan.



Satu bulan berlalu, tidak ada kabar berita. Dua bulan juga demikian. Tetapi pada pertengahan bulan ketiga saya mendapatkan kiriman registered mail dari Amerika, isinya selembar cek bertulisan angka sebesar US$3300. Hebat!!  Uang tersebut diganti utuh tanpa potongan sedikitpun! 

Dengan gembira saya membawa cek tersebut ke bank lokal tempat saya biasa bertransaksi, tetapi tidak bisa diuangkan, mereka belum pernah menerima cek semacam itu. Lalu saya coba lagi ke beberapa bank lokal lainnya, tetap saja tidak bisa. Jangankan dicairkan, melihat fisik cek semacam itu saja belum pernah. Akhirnya saya coba ke salah satu bank asing, dan hasilnya luar biasa, cek bisa dicairkan hanya dalam waktu beberapa hari dengan hanya menambah sedikit biaya.

Betapa senangnya si pemilik begitu mengetahui kalau  uang 'hancur" tersebut masih bisa dijadikan uang lagi. Cukup dikirim, tunggu dan datanglah cek pengganti , tanpa membutuhkan dokumen apapun, tanpa membutuhkan biaya tambahan dan juga tanpa embel-embel pertanyaan-pertanyaan lainnya. 

Biro tersebut benar2 membuktikan kehandalannya dan mampu memberikan yang terbaik bagi kliennya. Apakah negara kita juga bisa berbuat demikian?





Sebagian dari 33 lembar uang yang hancur tersebut,
dapat dilihat nomor serinya sudah tidak utuh lagi dan bagian yang tersisa tidak sampai 30%

Semoga artikel singkat ini bisa membuka wawasan kita dan semoga juga bisa membantu teman-teman yang memiliki kejadian serupa. Silahkan simpan alamat berikut :

Operation OCS, Bureau of Engraving and Printing, 13th and C Streets, Room 344, 
PO Box 37084. Washington DC 20013

Pada Oktober 2014 harian Kompas memuat berita serupa tetapi jauh lebih parah
yang hebatnya semua diganti penuh:


Hikmah yang bisa diambil dari artikel di atas adalah:
Jangan menyimpan uang kertas sembarangan.
Bukan hanya maling atau banjir yang mengintai tetapi juga anjing dan rayap

72. Uang super langka

Uang Super Langka (bagian 1)

5 lembar uang kertas tipe essay yang tidak pernah diterbitkan
Dibuat sekitar tahun 1950 untuk menggantikan seri RIS,
 Saat itu Bank Indonesia belum terbentuk sehingga nama bank yang digunakan adalah 
BANK NEGARA INDONESIA

Set super langka ini terdiri dari 5 pecahan yaitu :
Satu Rupiah berwarna kehijauan dengan tokoh pahlawan Tengku Tjik Ditiro
Dua setengah Rupiah berwarna violet dengan tokoh pahlawan Teuku Umar
Lima Rupiah berwarna merah dengan tokoh pahlawan Tuanku Imam Bonjol
Sepuluh Rupiah yang berwarna biru dengan tokoh pahlawan Jendral Sudirman dan
Lima Puluh Rupiah berwarna coklat ungu dengan tokoh pahlawan Pangeran Diponegoro 

Pecahan satu dan dua setengah tidak memiliki watermark, bernomor seri 7 angka nol (0), sedangkan pecahan lainnya memiliki watermark di sisi kiri bergambar Garuda Pancasila dengan nomor seri terdiri dari 6 angka nol. Sisi belakang sudah tercetak lengkap berupa sapasang angka nominal masing2 uang tersebut. 

Tidak pernah ada kata lengkap di dunia numismatik, penemuan baru selalu bermunculan setiap saat.




Uang Super Langka (bagian 2)
Sekarang mari kita lihat dan pelajari bersama satu set uang super langka lainnya yaitu seri RIS


Seri RIS yang resmi beredar, ciri-cirinya adalah :
1. Pecahan yang beredar 5 dan 10 Rupiah
2. Tulisan REPUBLIK INDONESIA SERIKAT  di bagian atas tengah
3. Bertanggal DJAKARTA 1 DJANUARI 1950 (perhatikan ejaannya)
4. Nomor seri berupa pecahan satu huruf di atas angka diikuti 6 angka (hitam)
5. Ukuran uang 136 x 64 mm


Proof pertama
Pecahan satu Rupiah Jogjakarta 25 Maret 1947, hanya tercetak satu sisi (depan) yang ditempel pada selembar kertas karton. Berwarna hijau kehitaman dengan nomor seri AB 00000 berwarna merah.
Perhatikan perbedaan dengan versi beredar :
1. Pecahannya satu Rupiah (yang beredar 5 dan 10 Rupiah)
2. Bukan RIS tetapi Republik Indonesia
3. JOGJAKARTA 25 MARET 1947, bukan DJAKARTA, 
ejaannya juga aneh, tidak seperti yang digunakan pada masanya yaitu DJOGJAKARTA
4. Nomor seri merah
5. Beberapa perubahan kecil pada gambar contohnya sepasang pilar di kiri-kanan uang  yang dihapus

Kesimpulan : uang ini dirancang jauh sebelum RIS terbentuk, yaitu sewaktu ibu kota kita masih di Jogjakarta, karena bentuknya mirip dengan versi beredar maka sangat mungkin proof ini juga rancangan TDLR. Ejaan  yang dipergunakan tidak sesuai dengan masanya sehingga keaslian uang ini sempat dipertanyakan. Tetapi selain ejaan, uang ini hampir tidak memiliki kelemahan lain sehingga rasanya tidak pantas bila dikategorikan palsu. Apalagi masalah ejaan juga muncul pada uang-uang proof dan essay specimen lainnya.


Proof kedua
Bentuk uang ini sangat mirip dengan versi beredar, sepang pilar di kiri-kanan uang sudah dibuang. Demikian juga sisi belakangnya yang bergambar pemandangan sudah tercetak sempurna. Yang menarik tanggal tertera adalah JAKARTA SATRE JANUAN 1950
Apakah kesalahan ejaan tersebut disengaja karena uang ini masih berupa proof atau tidak disengaja sehingga pecahan ini batal diterbitkan? Kesalahan serupa terjadi lagi pada uang proof ketiga di bawah.

 Proof ketiga
Tidak ada perbedaan mencolok dibandingkan proof kedua hanya angka satu di bagian kiri diganti dengan gambar siluet Sukarno serta  tanggal pencetak JAKARTA SATRE JANUAN 1950 digeser ke tengah. Masalah ejaan yang tidak benar terjadi pada ketiga uang di atas, sehingga seakan-akan memang sengaja dibuat demikian. 


 Proof keempat
Bentuk yang unik dan tidak pernah terlihat
Pecahan 50 Rupiah DJAKARTA 1 DJANUARI 1950 REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
Uang berukuran 143 mm x 73 mm ini tercetak terpisah sisi depan dan belakangnya (bagian belakang bergambar istana). Berwarna kecoklatan dengan nomor seri satu huruf 6 angka. Uang ini tidak memiliki masalah ejaan lagi, bahkan sudah ditandatangai oleh menteri keuangan
Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Mengapa uang yang telah tercetak sempurna ini tidak jadi diterbitkan?
Apakah karena pecahannya terlalu besar? Atau karena keberadaan Republik Indonesia Serikat yang terlalu singkat sehingga uang ini tidak sempat diedarkan?


Proof-proof di atas melengkapi essay specimen dari era yang sama yaitu REPUBLIK INDONESIA Jogjakarta 1 September 1948 dan REPUBLIK INDONESIA SERIKAT 21 Desember 1949 yang telah berkali-kali muncul di lelang
Republik Indonesia 5, 10, 25, 50 dan 100 Rupiah Jogjakarta 1 September 1948

Republik Indonesia Serikat 5, 10, 25, 50 dan 100 Rupiah 21 Desember 1949

Dunia numismatik benar-benar seperti lautan yang maha dalam,
semakin diselami semakin menantang dan semakin banyak hal aneh yang ditemukan.


Uang Super Langka (bagian 3)

Kembali saya tampilkan set uang super langka lainnya, kali ini bergambar presiden pertama kita Sukarno. Ada 4 pecahan dengan 2 disain wajah yang berbeda dan menghadap ke sisi berlawanan. Pertama menghadap ke sisi kiri uang, tampak lebih gemuk dan lebih tua sedangkan disain yang kedua menghadap ke kanan, lebih kurus dan juga tampak lebih muda. Sebenarnya gambar pertama yang lebih menyerupai aslinya tetapi gambar ini ditolak dan justru gambar kedua yang dipakai untuk seri tahun 1960. 

Keempat pecahan ini semuanya tanpa tahun dan memiliki disain dasar yang mirip yaitu berupa bingkai tebal yang mengelilingi keempat sisi uang, angka nominal terletak di sudut kiri bawah dan kanan atas serta lambang negara Burung Garuda yang terletak di sisi kanan. Di bagian tengah terdapat gambar bangunan yang masih ada sampai sekarang, dapatkah anda menebaknya?  

Dan terakhir perhatikan nama bank sirkulasinya yaitu BANK NEGARA INDONESIA. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diduga kalau uang ini dirancang sebelum BANK INDONESIA berdiri yaitu sekitar tahun 1950-1952. Untuk jelasnya mari kita amati dan pelajari uang2 tersebut. Selamat menikmati....


Pecahan 1 Rupiah tanpa tahun (1950-52) berwarna dominan hijau
Bagian belakang bergambar perempuan sedang memanen beras dengan nomor seri A 00000


Pecahan 5 Rupiah (1950-52) berwarna coklat tua dengan gambar Sukarno yang lebih muda dan gagah. Ada yang aneh pada uang ini, perhatikan gambar bangunan di bagian tengah sepertinya sangat mirip dengan Gelora Bung Karno (Istora Senayan). Padahal bangunan tersebut baru mulai dibangun tahun 1958. Apakah hal ini menandakan bahwa pada tahun 1950 rancangan gelanggang oleh raga tersebut sudah sedemikian matang sehingga walaupun belum berdiri tetapi sudah dipakai pada uang.


Pecahan 10 Rupiah Bank Negara Indonesia juga tanpa tahun. Berwarna dominan violet.
Bagian belakang bergambar mirip dengan seri pekerja pecahan 50 Rupiah yaitu perempuan yang sedang menenun. Uang ini sudah memiliki nomor seri di bagian belakang yaitu A 00000

Pecahan terbesar adalah 50 Rupiah, berwarna dominan coklat muda dengan gambar istana Merdeka di bagian tengah. Uang ini telah tercetak sempurna walaupun hanya terdiri dari satu sisi saja.



Salah satu rancangan uang yang mirip telah dilelang belum lama ini oleh balai lelang dari Inggris, perhatikan nama banknya sudah menjadi BANK INDONESIA dengan gambar Sukarno yang jauh lebih gemuk, kurang berwibawa dan pandangan matanya yang melihat ke arah atas. 
Rasanya wajar kalau rancangan uang ini tidak diterima    
50 Rupiah essay tanpa tahun (diduga awal 1960an)
Terjual di SPINK auction sebesar 1200 Pound atau sekitar  Rp.25 juta setelah fee


Uang Super Langka (bagian 4)

Bosan dengan uang kuno yang itu-itu saja? Kali ini saya tampilkan sekelompok uang super langka yang masih berbentuk artist drawing. Uang-uang super langka ini bergambar presiden pertama kita Sukarno dan dibuat pada tanggal 1 Djanuari 1960. Bentuknya sudah mirip dengan versi beredar tetapi tentunya dengan perubahan dan perbaikan yang cukup banyak. Mari kita bandingkan bersama :

Pecahan 5 Rupiah
 
Pecahan 5 Rupiah 1 Djanuari 1960
Bagian depan bergambar Sukarno, mirip dengan versi beredar tetapi dengan latar belakang pohon yang berbeda. Pada uang ini bergambar pohon yang mirip dengan pohon pala sedangkan versi beredar menampilkan pohon bambu. Bambu dipilih mungkin karena melambangkan panjang umur.
  Bagian belakang bergambar penari yang walaupun lebih gemuk tetapi sangat mirip dengan versi beredarnya. Demikian juga dengan patung Hanoman pada sisi kiri uang.
Perhatikan penandatangan uang yaitu Mr.Lukman Hakim-TRB Sabaroedin (sama dengan seri bunga)


Mari bandingkan dengan versi beredarnya.
Karena kemiripannya yang cukup banyak maka versi tersebut bisa digolongkan sebagai proof. 


Pecahan 10 Rupiah
 
 Bagian depan masih bergambar Sukarno dengan latar belakang bergambar seekor burung (cendrawasih?) dengan beberapa helai dedaunan. Warna uang yang coklat muda sangat mirip dengan versi beredarnya.
Bagian belakang bergambar 2 penari, salah satunya sedang bercermin membetulkan riasannya. Perhatikan penandatangan uang serta tanggal terletak di sisi belakang.

  Perhatikan perbedaannya dengan versi beredar
Warna warni termasuk pada baju penari di bagian belakang uang dihilangkan
mungkin untuk menghemat tinta


Pecahan 25 Rupiah
Kecuali warna tidak banyak perubahan yang terjadi 
Bandingkan dengan versi beredarnya

Versi beredar pecahan 25 Rupiah


Pecahan 50 Rupiah
Demikian juga dengan pecahan 50 nya selain warna dan gambar wayang kulit yang dihilangkan, tidak banyak perubahan yang terjadi. Penandatangan dan tanggal masih terletak di bagian belakang.


Pecahan 100 Rupiah
Kalau yang ini boleh dibilang super mirip


Dari gambar-gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak mudah untuk merancang gambar suatu uang. Butuh proses sangat panjang mulai dari sketsa, gambar tangan, separasi warna sampai dicetak. Selama proses tersebut tentu sangat banyak yang tidak disetujui dan hanya berakhir di lemari arsip. Kita beruntung ada teman kolektor yang bermurah hati mau menyumbangkan sebagian gambar dari proses-proses tersebut. 

Masih banyak lagi uang-uang super langka yang sebenarnya sudah saya persiapkan, diantaranya seri bunga termasuk separasi warna dan essay pecahan 2500 Rupiah yang ditempel di karton tebal, separasi warna, proses cetak dan proof seri binatang tetapi tidak ada gambar binatangnya, rancangan seri Sukarno 2500 dan 5000 serta artist drawing seri Diponegoro unissued. Ada juga beberapa uang modern seperti rancangan awal 500 Rupiah tahun 1992 yang bergambar rumah adat tetapi tidak disetujui sehingga diganti gambar orangutan. Gambar-gambar tersebut karena satu dan lain hal penampilannya belum disetujui oleh pemilik sehingga untuk sementara ditunda.

Walau demikian kita sudah sangat senang dan sangat berterimakasih bisa melihat cukup banyak gambar-gambar uang super langka tersebut. Bravo numismatik Indonesia 


Bila anda punya saran atau kritik silahkan hubungi email arifindr@gmail.com


71. Gambar pada uang kertas

Dalam menentukan gambar pada uang kertas, para pelukis uang (delinavit) pasti mencari inspirasi dari berbagai sumber. Karena pada waktu itu belum ada media interrnet maka sumber yang tersedia secara langsung dan mudah diakses adalah FOTO.

Untungnya banyak fotografer Belanda yang memiliki koleksi foto-foto yang sangat menawan, merekapun tidak pelit untuk mempublikasikan karyanya secara luas. Salah satunya dalam bentuk buku berjudul TANAH AIR KITA yang disusun oleh Douwes Dekker sekitar tahun 1940-50an.




Buku ini berisi kumpulan foto-foto yang sangat indah yang dikumpulkan dari seluruh penjuru Indonesia. Fotografernya dicantumkan di halaman terakhir dan dari nama-namanya adalah orang asing semua. Mari kita lihat beberapa diantaranya :

1. Pecahan 500 Rupiah seri pekerja 1958
Uang ini diedarkan mulai 16 Januari 1961 dan ditarik tanggal 13 Juni 1966 bersamaan dengan pecahan seri pekerja lainnya. Bagian depan bergambar pemecah kelapa sedangkan bagian belakang bergambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) 
500 Rupiah "pemecah kelapa" 1958


Gambar pada uang tersebut diambil dari salah satu foto yang terdapat di buku Tanah Air Kita.
Mari kita perhatikan persamaan dan perbedaannya

Posisi orang pada foto memakai topi dan menatap kamera sambil tersenyum, kulitnya juga tidak sehitam pada uang. Keterangan pada foto menyebutkan bahwa gambar diambil di pedalaman hutan Kalimantan, sedangkan pada uang, si pemecah kelapa tersebut 'diubah dan disesuaikan' sehingga terlihat seperti berasal dari bagian Timur Indonesia, mungkin agar sesuai dengan gambar rumah adat Minahasa (Sulawesi Utara) yang terdapat di bagian belakang uang. Mengapa penampilan si pemecah kelapa diubah sehingga menjadi mirip dengan penduduk dari bagian timur Indonesia? Karena ternyata daerah Kalimantan telah diwakili oleh pecahan lainnya.

Tahukah teman-teman kalau seri 1958 mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Nusantara? 
Silahkan buka kembali album uang milik anda: 
5 Rupiah mewakili pekerja dari Jawa (pembatik) dengan gambar rumah adat dari Jawa Tengah
10 Rupiah bergambar pemahat patung dari Bali demikian juga dengan gambar rumah di sisi belakang uang.
25 Rupiah bergambar penenun kain dari Toba, Sumatera Utara. Rumah adatnya juga berasal dari Batak
50 Rupiah bergambar pemintal benang dan rumah adat daerah Timor 
100 Rupiah bergambar penyadap karet dengan rumah adat dari Kalimantan
500 Rupiah bergambar pemecah kelapa dengan rumah adat dari Sulawesi Utara
1000 Rupiah bergambar pengukir perak dari Minangkabau Sumatera Barat, sama dengan rumah adatnya
5000 Rupiah bergambar petani dengan sawah mewakili daratan Indonesia dan terakhir
10000 Rupiah bergambar nelayan dengan kapalnya mewakili lautan Indonesia

Pelukis seri pekerja telah bekerja sangat keras sehingga bisa mewakili pekerja dan rumah adat dari seluruh daerah di Indonesia dari Barat sampai ke Timur, termasuk gambar petani dan nelayan yang mewakili darat dan lautannya. Ternyata uang yang umum dan sering kita jumpai ini semakin diperhatikan dan semakin dipelajari menjadi semakin menarik bukan?

Pertanyaan :
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan Timor semua sudah diwakili tetapi ada satu daerah yang tidak terdapat di dalam seri tersebut, yaitu Irian Barat (Papua). Apakah daerah tersebut sengaja dilupakan?
Silahkan teman-teman menjawab. 

2. Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Tidak seperti pecahan lain yang bertahun, pecahan 5 Rupiah ini tidak memiliki tahun tetapi karena pola gambar dan bentuk ornamennya yang mirip dengan pecahan yang lebih besar maka tetap digolongkan sebagai seri pekerja 1958.
Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Bagian depan bergambar seorang perempuan yang sedang membatik
Mari kita lihat dan bandingkan dengan foto pada buku Tanah Air Kita:



Pelukis uang pecahan 5 Rupiah tersebut pasti terinspirasi dari foto yang diambil oleh Ong Kian Bie ini. Perhatikan kemiripan wajah dan busana yang dikenakan. Sungguh mirip bukan?


Uang ini diterbitkan lebih dulu dibanding pecahan yang lebih besar yaitu tanggal 9 September 1959 (pecahan lain tahun 1961-62) dan ditarik dari peredaran bersamaan dengan pecahan lainnya yaitu tanggal 13 Juni 1966. Yang menarik sewaktu seri pekerja ini diedarkan ternyata waktunya hampir bersamaan dengan seri bunga 1959 bahkan waktu penarikannya juga dekat. Mari kita lihat catatan yang diambil dari buku Sejarah Bank Indonesia Periode II 1959-1966 halaman 306-309

Seri pekerja 1958 diedarkan mulai 8 September 1959 ditarik 13 Maret 1966 kecuali Rp5000 cetak ulang (ungu) dan seri pekerja 1964 yang ditarik tanggal 13 Juni 1966.
Seri bunga 1959 diedarkan mulai tanggal 19 Januari 1960 kecuali pecahan 500 dan 1000 Rupiah yang diedarkan tanggal 10 Mei 1960 dan semuanya ditarik tanggal 31 Desember 1966.

Jadi pada era tahun 1960-1966 beredar beberapa macam seri sekaligus yaitu seri pekerja 1958, 1963 dan 1964 serta seri bunga 1959. Bila berbelanja mungkin saja bayarnya pakai seri bunga tetapi kembaliannya seri pekerja, atau mungkin bayarnya memakai seri pekerja dan bunga (misal Rp500 pekerja + Rp50 bunga) dan kembaliannya juga campuran seri pekerja dan bunga (misal Rp10 pekerja + Rp10 bunga). Sangat membingungkan bukan?

Jenis uang yang beredar pada era 1960-1966


Karena banyaknya pecahan yang beredar dengan warna yang juga mirip-mirip, waktu itu ada permainan yang cukup terkenal diantara anak-anak yaitu menebak pecahan uang kertas. Caranya dengan melipat selembar uang kertas sampai kecil sekali, tentunya dengan cara dan teknik tertentu sehingga hanya sebagian kecil saja yang kelihatan warnanya. Lalu dengan hanya melihat sebagian kecil uang, mereka menebak pecahan berapa uang yang dilipat tersebut. Biasanya permainan dilakukan dengan menggunakan taruhan uang logam sen, pemenang tentu bisa membawa pulang uang taruhannya. 
Jangan menganggap mudah permainan ini, coba saja anda tebak pecahan berapa uang yang saya lipat ini. Ingat saya cuma melipatnya secara asal-asalan, anak-anak pada masa itu tentu jauh lebih ahli.


1.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?
2.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?



3. Pecahan 25 Rupiah 1958
Pecahan yang umum ditemukan ini menurut KUKI bergambar seorang penenun wanita di bagian depan dan rumah Minang di bagian belakang. 
  KUKI menyebutkan gambar di bagian belakang sebagai rumah Minang


Sekarang mari kita lihat salah satu foto yang ada di buku TANAH AIR KITA
Mari kita perhatikan gambar kecil di bagian kanan bawah dan 
bandingkan dengan gambar pada uang

Silahkan teman-teman bandingkan kedua gambar, gambar atas dari buku sedang yang bawah dari uang. Apakah mirip? Terbukti kalau si pelukis yaitu Junalies mengambil gambar pada buku tersebut sebagai salah satu sumber utamanya. Tentu saja tidak 100% dijiplak habis tetapi sedikit ditambah atau dikurangi sehingga tampak lebih menarik. Jendela ditiadakan, pintu ditambah tetapi tangga untuk naik tetap dipertahankan satu saja dibagian depan, kayu penopang dibuat rata dan bagus, kayu dinding rumah diubah dari mendatar menjadi tegak. Bagian sudut rumah ditambahkan ukiran, atap yang semula agak lebih tinggi dipangkas agar sesuai dengan ukuran uang. Latar belakang yang gersang juga ditambahkan pepohonan agar kelihatan lebih asri. Gambar secara keseluruhan menjadi lebih bagus walaupun tidak meninggalkan ciri khasnya. Itulah kehebatan pelukis uang.  
Sekarang tentang keterangan pada foto tersebut, mari kita perbesar dan baca bersama :


Keterangan pada foto menyebutkan kalau gambar rumah adat tersebut adalah Rumah Batak yang diambil dari daerah Baros Djaja. Mengapa pada KUKI bisa disebutkan sebagai Rumah Minang? Menurut anda yang mana yang benar? Apakah rumah adat Minang sama bentuknya dengan rumah adat Batak? Silahkan anda cari pernyataan mana yang keliru, KUKI atau buku.