Minggu, 16 November 2014

26. Pertanyaan-pertanyaan

Pada kesempatan kali ini akan ditampilkan pertanyaan-pertanyaan seputar uang kuno. Pertanyaan dibatasi sampai 10 buah. Silahkan kirim pertanyaan anda lewat email arifindr@gmail.com. Bila saya mengetahui jawabannya pasti akan saya jawab.


1. Apakah banyak uang-uang kuno negara kita yang dijual ke luar negeri?

JAWAB :
Uang-uang kuno milik kita sangat banyak yang dijual ke luar negeri, apalagi sewaktu kerusuhan 1998, para kolektor yang panik berbondong-bondong membawa koleksinya ke luar negeri terutama ke Singapore dan ke Hong Kong. Beberapa jenis yang sempat di monitor adalah: Seri Probolinggo, seri wayang set lengkap kondisi AU-UNC, Seri Coen Mercurius nomor jalan, seri Coen II specimen termasuk pecahan 300 guldennya yang dijual ke Belanda dan barang2 kelas atas lainnya.
Apalagi setelah adanya internet, dimana perdagangan antar negara tidak mengenal batas lagi, saya sendiri sudah sering membeli uang-uang berkelas dari luar negeri, contoh:
Coen Mercurius 300 gulden Specimen (Amerika)
Wayang 25, 50 dan 100 kondisi prima (Belanda)
Coen 500, 1000 kondisi prima (Hong Kong)
Dan banyak lagi lainnya.

Untuk sekedar informasi, silahkan klik :

Saya berikan contoh beberapa arsip hasil lelang dari luar negeri yang pernah saya catat:

Probolinggo, Creatie, Coen kecil dan Gedung Specimen

Berbagai pecahan Coen dan wayang


Gedung dan wayang specimen

Coen Mercurius proof


NICA specimen dan Bingkai proof


Coen 1000 dan wayang 1000 gulden


Coen kecil dan Coen 1000 gulden UNC



2. Pada lelang uang kuno pernah ditampilkan satu bentuk NICA 100 gulden bernomor seri jalan dengan stempel SPECIMEN dan memiliki perforasi, bisa diterangkan termasuk jenis apakah uang ini dan lebih langka yang mana bila dibandingkan dengan versi SPECIMEN bernomor seri 00000?
JAWAB :
Uang kertas jenis ini merupakan uang beredar yang telah ditarik oleh pemerintah, diberi stempel SPECIMEN dan perforasi bertulisan vernietigd yg artinya kurang lebih dihancurkan/dimusnahkan dan memang dipersiapkan untuk dihancurkan. Tetapi entah dengan cara bagaimana bisa diselamatkan. Jenis seperti ini memiliki ciri khas antara lain:
1. Bernomor seri jalan
2. Uang sudah pernah dipakai, sehingga tidak UNC
3. Kualitas stempel SPECIMEN yang kurang baik
4. Terdapat perforasi bertulisan vernietigd

NICA SPECIMEN jalan

Sedangkan bentuk SPECIMEN 000000 memiliki ciri antara lain:
1. Bernomor seri 000000
2. Kondisi uang sangat baik, biasanya UNC
3. Stempel berkualitas tinggi yang asli dari percetakan
4. Biasanya didapatkan dalam bentuk set lengkap
.
NICA SPECIMEN 000000

Kedua jenis SPECIMEN tersebut jelas berbeda, yang 000000 merupakan seri pembuka dimana uang belum diedarkan sedangkan yang satunya merupakan penutup dimana uang akan dihancurkan. Tentang kelangkaan, keduanya memiliki bobot yang kurang lebih seimbang, tetapi secara fakta seri penutup lebih sukar ditemukan, apalagi dalam bentuk set lengkap. Karena sampai saat ini saya pribadi belum pernah melihat bentuk seperti ini dalam set lengkap, hanya pecahan 100 inilah yang pernah terlihat 1-2 kali sedangkan pecahan2 lainnya tidak pernah terlihat.


3. Kapankah uang Rupiah Irian Barat ditarik? Dan berapakah kurs resmi terakhirnya?
JAWAB :
Uang kertas Rupiah Irian Barat yang berlaku sejak 1 Mei 1963 di wilayah Irian Barat mulai ditarik tanggal 31 Mei 1971 berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 1971.
Kepres No.8 1971

Penarikan dilakukan secara bertahap dan digantikan dengan Rupiah umum yang saat itu berlaku di wilayah-wilayah lain RI. Nilai tukar Rupiah IB baik kertas maupun logam terhadap Rupiah umum yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah IB Rp.1 = Rp.18,90.



4. Tolong terangkan tentang katalog uang kertas dunia yang seringkali disebut sebagai katalog Pick.

JAWAB :
Katalog uang kertas dunia (World Paper Money) disusun oleh Albert Pick, seorang numismatist German yang untuk pertama kalinya membuat katalog uang kertas pada tahun 1974, saat ini beliau sudah pensiun dan penulisan diteruskan oleh penggantinya yaitu George S Cuhaj. Tetapi sebagai penghargaan terhadap beliau maka nama Pick dipergunakan sebagai sistem penomoran uang kertas. Katalog ini dicetak oleh Krause Publications, USA, dan terdiri dari 3 volume, masing-masing adalah:

Pick catalog volume 1,2 and 3


Volume one (1)
Berisi tentang specialized issues, tebal sekitar seribuan halaman dan saat ini sudah mencapai edisi ke 11. Harga perbuku sekitar US$60. Tentang Indonesia edisi ini memuat uang-uang daerah, uang pemberontak seperti PNII, PRRI. Permesta dan RMS. Sedangkan tentang Netherlands East Indies berisi surat kredit VOC, seri Probolinggo, seri Creatie dan seri Recepis.

Pick catalog volume one


Volume two (2)
Berisi uang-uang kertas yang beredar sejak tahun 1368 sd 1960, tebal sekitar seribu dua ratusan halaman dan saat ini sudah mencapai edisi ke 13. Harga sekitar US$70. Untuk bagian Indonesia berisi uang seri Federal 1946, 1948, ORI, RIS, seri kebudayaan sampai dengan seri Sukarno termasuk juga Sukarno IB dan Riau. Sedang untuk bagian Netherlands Indies berisi mulai dari seri bingkai I dan II, seri Coen Mercurius, seri Coen I, seri Wayang, seri Coen II, seri munbiljet termasuk NICA sampai dengan jaman Jepang (seri Japansche Regeering dan seri Dai Nippon). Volume ini diperbaharui beberapa tahun sekali dan revisi yang dilakukan kebanyakan hanya harga masing-masing uang kertas.

Pick catalog volume 2 (13th edition)


Volume three (3)
Berisi uang-uang yang dipergunakan sejak tahun 1961 sampai terakhir edisi tersebut dicetak. Saat ini sudah mencapai edisi ke 16 (tahun 2010). Edisi ini terus menerus diperbaharui 1-2 tahun sekali, sehingga semakin lama akan semakin tebal. Harga sekitar US$50. Untuk bagian Indonesia edisi ini memuat seri Sukarno, seri Pekerja, seri Sudirman, seri Diponegoro dan seterusnya sampai uang-uang terbaru. Sedangkan untuk bagian Netherlands Indies sudah tidak ada.

Pick catalog volume 3 (16th edition)

Selain dalam bentuk buku, katalog Pick juga tersedia dalam bentuk DVD. Sampai saat ini tersedia untuk volume 2 (edisi 12) dan volume 3 (edisi 15). Harga satu volume sekitar US$20. Isi DVD sama persis dengan bukunya.

Pick catalog versi DVD

Contoh salah satu halaman katalog Pick volume 3.

Katalog Pick berisi uang-uang kertas dari seluruh dunia, masing-masing diberi nomor urut, gambar hitam-putih, keterangan tentang uang tersebut termasuk variasi-variasi yang ada serta harganya (US$) dalam 3 kondisi (VG, VF dan UNC). Untuk pecahan 500 rupiah Sukarno 1960 dari volume 3 edisi 10 (2004) misalnya tertulis sbb:
87. 500 RUPIAH
1960. Black, Ceremonial dancers on back..... VG.. VF.. Unc
a. Printer TDLR. Wmk. Sukarno................. 7.50 15.00 55.00
b. Printer Pertjetakan. Wmk. Sukarno........ 7.50 15.00 55.00
c. Printer like b. Wmk. buffalo................... 7.50 15.00 55.00
d. Printer like b. Wmk. Arms.................... 10.00 20.00 60.00

Katalog uang kertas Pick merupakan referensi terbaik bagi para pecinta uang kuno. Setiap lelang baik lokal maupun internasional selalu menjadikan katalog ini sebagai referensi utama. Memang ada kelemahannya terutama di segi harga yang terlalu murah, tetapi kita harus realitis, katalog mana yang tidak ada kelemahannya?
Selain itu Krauss Publication juga menerbitkan berbagai katalog lainnya, diantaranya katalog uang logam (World Coins Catalog) yang dibagi berbagai volume antara lain: 1601-1700, 1701-1800, 1801-1900, 1901-2000, 2000-saat ini. Ada lagi Unusual World Coins, World Gold Coins, dan banyak lagi lainnya. Bagi para pecinta uang kuno yang ingin memiliki katalog World Paper Money, tidak usah membeli edisi terbaru, cukup yang edisi lama karena toh isinya kurang lebih sama. Sayangnya katalog-katalog ini sulit sekali ditemukan di negara kita.

Beberapa jenis katalog terbitan Krauss Publication

5. Apakah perbedaan antara, essay, proof, specimen 0000 dan specimen jalan?

JAWAB:
Essay adalah model uang yang tidak jadi digunakan. Bisa mirip atau sangat berbeda dengan yang beredar. Dapat berupa gambar artist, engraver, atau berbagai model dan kombinasi warna yang diajukan oleh percetakan tetapi ditolak dan tidak pernah digunakan. ORI 600 sebenarnya termasuk dalam kelompok ini.
Beberapa contoh essay :

1000 rupiah Bank Sirkulasia Indonesia (1951)


25 rupiah RIS (1948)


Proof adalah model awal yang digunakan untuk evaluasi text, gambar, engraving, baik untuk penampilan uang secara keseluruhan maupun untuk memeriksa apakah ada kesalahan yang terjadi. Bisa dicetak diatas karton, hitam putih, satu sisi, berbagai warna atau lainnya untuk memudahkan pemeriksaan. Proof dibagi2 lagi menjadi beberapa kelompok tetapi yang pasti baik gambar maupun komposisinya sudah mirip dengan versi beredarnya.

Macam-macam proof :
Aprroved proof, master die proof, inspection die proof, delux die proof, trial colour proof, progresive colour proof, final proof, proof specimen. Masing2 memiliki definisi sendiri-sendiri yang rasanya terlalu rumit untuk dijelaskan.

2,5 gulden 1940 trial colour proof


Specimen : Contoh uang yang telah selesai dicetak, memiliki gambar dan warna yang sama dengan versi beredarnya. Dibuat dalam jumlah terbatas, bisa memiliki lubang/perforasi/nomor urut dan biasa tercetak kata SPECIMEN di kedua sisi uang.
Bila nomor serinya 00000 atau 123456, maka disebut specimen nol, tipe ini stempelnya sudah pasti asli, dicetak dalam jumlah amat terbatas dan bernilai tinggi. Bila bernomor jalan maka disebut specimen jalan. Tipe specimen jalan ini berjumlah lebih banyak daripada yang nol tetapi rentan dipalsukan, terutama untuk uang-uang modern bernilai rendah. Untuk membedakan dengan specimen jalan yang asli dipakai tehnik2 pemeriksaan tertentu dengan membandingkan model dan warna stempelnya, hati-hati bila membeli dari pihak yang tidak bisa dipercaya.

1000 rupiah 1959 specimen 00000


5 rupiah 1959 specimen jalan


6. Apakah yang dimaksud dengan blind code pada uang kertas dan kapankah pertama kali digunakan pada uang kita?

JAWAB :

Blind code, atau kode tuna netra (kode buta) adalah suatu tanda yang digunakan pada uang kertas yang terasa kasar bila diraba sehingga para tuna netra dapat membedakan nominal uang tersebut.
Kode tuna netra terdapat pada no 8


Uang kertas yang pertama kali menggunakan kode tuna netra terdapat pada emisi 1975. Perhatikan bentuk segilima pada tepi kertas. Satu buah untuk pecahan 1000, dua buah untuk pecahan 5000 dan 3 buah untuk pecahan 10000 rupiah. Kode tuna netra dipergunakan pada emisi ini karena ketiga uang tersebut memiliki ukuran yang sama yaitu 158x79 mm. Untuk pecahan dibawahnya yaitu 100 dan 500 rupiah kode tidak dipergunakan karena ukurannya berbeda. Pada emisi berikutnya (1980-1988) Bank Indonesia mempergunakan ukuran standar untuk masing2 pecahan, yaitu selisih 6 mm pada panjangnya dan 4 mm pada lebarnya. Ukuran yang berbeda ini memudahkan para tuna netra untuk bisa membedakan masing2 uang.

Blind code pada emisi 1975 berupa bentuk segilima yang terasa kasar bila diraba


7. Apa pengaruh uang kertas yang telah di cuci?

JAWAB :
Pencucian merupakan salah satu tindakan yang sangat sering dilakukan oleh para penjual uang kuno. Tindakan ini seakan-akan bisa memperbaiki kualitas sehingga menaikkan harga jual, padahal justru sebaliknya, pencucian hanya merusak kualitas uang dan menurunkan gradingnya.
Pengaruh yang timbul pada uang kertas yang telah dicuci sangat kompleks dan semuanya boleh dibilang merugikan :
1. Warna memudar
2. Kertas melunak dan menipis
3. Bau cairan pembersih yang menusuk
4. Harga jual yang jatuh
5. Bila disimpan lama maka kertas akan hancur
Tetapi saat ini proses pencucian uang sudah modern, bahan yang dipakaipun berkualitas tinggi dan mahal harganya. Hasil akhir sangat sempurna, bahkan bekas karat atau coretan pena pun bisa dihilangkan. Tetapi bagaimana pengaruh jangka panjang pada uang tersebut belum bisa dibuktikan karena tehnik ini relatif masih baru.
Seorang teman yang baik hati mengirimkan bukti uang kertas yang telah di cuci oleh salah satu dealer di negara tetangga kita, silahkan bandingkan hasilnya :


Perbedaan warna pada uang kertas yang belum dicuci (atas)
dengan yang sudah dicuci (bawah).
Kalau pecahan semacam wayang 50 gulden saja dicuci bagaimana dengan pecahan-pecahan lainnya?


8. Mengapa pada pecahan Rp.50.000 polymer Suharto 1993 tercetak Penerbitan Khusus?


JAWAB :
Uang berbahan plastik (polymer) ini diterbitkan dalam rangka memperingati keberhasilan Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I) di berbagai bidang yang berlangsung mulai 1 April 1969 s/d 31 Maret 1994 (25 tahun). Mulai diedarkan tanggal 1 Maret 1993 dan dicetak oleh Note Printing Australia (NPA). Nomor seri dimulai dari ZZA sampai dengan ZZZ.
Tadinya uang ini direncanakan sebagai uang peringatan yang dijual sebagi benda koleksi seharga Rp.100.000. Tetapi dalam kenyataannya, karena BI membutuhkan tambahan uang untuk diedarkan sedangkan stok uang ini di gudang BI masih banyak maka BI menjadikannya sebagai uang beredar biasa dengan harga nominal Rp.50.000. Banyak para kolektor yang tadinya secara antusias membeli dan menyimpan uang ini menjadi kecewa. Dan kekecewaan para kolektor berdampak cukup luas, akibatnya harga uang ini sulit mengalami kenaikan. Bandingkan harga saat ini yang hanya mengalami kenaikan 2-3 kali lipat dengan 'sepupunya' pecahan Rp.20.000 cendrawasih (4-5 kali) atau Rp.50.000 Suharto kertas (3-4 kali).


9. Apakah nomor seri pada wayang mengikuti pola yang mirip dengan JP Coen?
JAWAB :
Benar sekali, seri wayang memakai sistem penomoran yang mirip dengan seri JP Coen. Perbedaannya pada seri wayang tidak ada nomor kode kontrolnya.

Mari kita lihat salah satu buktinya.
Perhatikan kedua uang pecahan 25 gulden wayang berikut ini:
1. Wayang 25 gulden 10 Januari 1935, prefiks DW
2. Wayang 25 gulden 11 Februari 1935, prefiks EY


Bila prefiks kedua uang tersebut kita urutkan maka akan terlihat seperti pada tabel berikut ini :



Tampak pada tabel bahwa satu prefiks dipergunakan hanya pada satu hari, mirip dengan seri JP Coen
Hari berikutnya prefiks akan bertambah sesuai dengan susunan abjad.



10. Menurut KUKI pecahan Rp.500 (1958) dicetak oleh Thomas De La Rue (TDLR), sedangkan pecahan-pecahan lainnya dicetak oleh PT. Pertjetakan Kebajoran. Bahkan di kertas uang itu sendiri tertera PT Pertjetakan Kebajoran. Apakah mungkin KUKI salah tulis?



JAWAB: Tadinya saya juga sempat bingung. Tetapi setelah saya mendapatkan bukti pasti maka dengan yakin dapat saya katakan bahwa pecahan tersebut memang dicetak oleh TDLR. Silahkan lihat bukti di bawah ini yang saya ambil dari buku Bank Indonesia dalam Perjalanan Pembangunan Ekonomi Indonesia 1953-2003 halaman 99.




Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com

27. Munbiljet 1 gulden 1940

Tentu kebanyakan dari kita mengenal pecahan ini. Bahkan mungkin banyak diantara kita yang memiliki lebih dari satu lembar. Memang pecahan ini relatif mudah ditemukan. Tetapi mengapakah demikian, pembahasan kita kali ini bercerita tentang hal tersebut.



Pecahan 1 gulden bertanggal 15 Juni 1940 bergambar uang logam 1 gulden di bagian depan dan stupa candi Borobudur di bagian belakangnya. Uang yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda ini dicetak oleh percetakan G Kolff and Co yang juga mencetak seri Federal II pecahan 10 dan 25 sen. Percetakan ini berada di Batavia dan merupakan salah satu percetakan paling aktif yang banyak menerbitkan surat kabar (seperti Java Bode, Bataviaasch Nieuwsblad), buku-buku pelajaran dan produsen kartu pos terbesar.


Para kolektor tentu secara sepintas melihat bahwa gambar coin 1 gulden tersebut adalah hal yang biasa. Pecahan kertas senilai satu gulden tentu saja bergambar uang logam senilai 1 gulden juga. Tidak ada yang aneh.
Tetapi coba perhatikan tahun yang tertera pada uang logam tersebut yaitu tahun 1937.



Bagi para penggemar uang logam, anda akan mulai bertanya-tanya, apakah ada uang logam pecahan 1 gulden yang bertahun 1937? Seharusnya ada karena di uang tersebut dengan jelas tertera tahun 1937. Silahkan anda mencarinya.......
Apakah memang benar ada?
.
Mari kita lihat salah satu halaman buku Munt-almanak edisi 2006 yang berisi katalog uang logam dan kertas kerajaan Belanda sejak 1806.




Terlihat pada halaman tersebut bahwa tidak pernah ada uang logam pecahan 1 gulden yang bertahun 1937.
Lalu mengapa pada uang tersebut tercetak tahun 1937?
.
Beberapa jawaban diberikan, tetapi yang paling masuk akal adalah:
(1). Walaupun diedarkan tahun 1940 tetapi uang tersebut dirancang beberapa tahun sebelumnya, mungkin saja sekitar tahun 1937 sehingga gambar yang tercetak adalah tahun 1937.
(2). Mungkin edisi uang kertas ini digunakan sebagai pengganti edisi logam tahun 1937.
Tentu saja jawaban tersebut bersifat dugaan dan sangat tidak memuaskan, apakah ada pendapat dari teman-teman sekalian?
.
.
Uang kertas ini memiliki prefiks 2 huruf diikuti 6 angka.
Angka paling depan cuma ada 0 atau 1. Dan angka 1 bukan merupakan seri pengganti karena percetakannya berbeda dengan percetakan Johan Enschede. Apa bentuk seri penggantinya masih berupa tanda tanya.
.
Menurut Jurnal Rupiah asuhan bapak Adi Pratomo, ada beberapa data yang bisa diolah:
1. Nomor seri terdiri dari 6 angka dari 000001 s/d 199999 (anggap saja 200 ribu lembar)
2. Prefiks kedua dari A sampai Z tanpa I dan Q (24 prefiks)
3. Prefiks terbesar yang pernah ditemukan adalah NF pada (pecahan 1 gulden) dan FC pada pecahan 2,5 gulden (mohon laporan bila ada yang lebih besar lagi)
.
.
Berdasarkan data minim di atas dapat dihitung secara kasar :
.
Pecahan 1 gulden :
Rumus : dari AA sd AZ = 24 prefiks (tanpa I dan Q)
dengan masing2 prefiks 200.000 lembar
Dari AA sd MZ = 12 (tanpa I) dikali 24 = 288 prefiks
Dari NA sd NF = 5 prefiks
Total dari AA s/d NF = 288 + 5 = 293 prefiks dikali 200.000 = sekitar 58,6 juta lembar lebih
.
Pecahan 2,5 gulden :
Dengan perhitungan yang sama didapatkan jumlah sekitar 24,5 juta lembar lebih.
.
.
Dengan perhitungan sederhana tersebut dapat disimpulkan :
1. Kedua pecahan dicetak sangat banyak dengan jumlah mencapai puluhan juta lembar
2. Pecahan 2,5 gulden dicetak sekitar setengah dari pecahan 1 gulden
.
Karena demikian banyaknya maka sudah sepantasnya bila sampai saat ini kedua pecahan masih cukup mudah ditemukan, bahkan untuk yang berkondisi UNC sekalipun. Tidak heran harga kedua pecahan ini hanya berkisar beberapa ratus ribu rupiah saja perlembarnya. Dan karena lebih sedikit dicetak maka harga pecahan 2,5 gulden seharusnya sedikit lebih mahal dari pecahan 1 gulden.
.
.
Demikian sedikit cerita tentang munbiljet 1 gulden 1940, bila ada diantara teman-teman yang ingin menambahkan atau menyampaikan kritik dan saran, silahkan hubungi arifindr@gmail.com
Semoga bermanfaat.
.
.
.

Jakarta 13 November 2010
Sumber:
1. Jurnal Rupiah
2. Munt Almanak 2006
3. KUKI

28. Munbiljet 2,5 gulden 1940

Cerita kita lanjutkan cerita pada pecahan 2,5 gulden 1940




Sama seperti pecahan 1 gulden 1940, pecahan ini dicetak oleh G Kolff and Co yang berkedudukan di Batavia, tepatnya di sekitar jalan Pecenongan Jakarta Pusat. Percetakan ini memegang peranan penting dalam mencetak uang pertama Indonesia yaitu seri ORI.
Ceritanya, pada 24 oktober 1945, menteri keuangan RI waktu itu, Mr. A.A. Maramis menginstruksikan tim serikat buruh percetakan G Kolff selaku tim pencari data untuk menemukan tempat percetakan uang yang teknologinya relatif modern dan memadai. Hasilnya tim melapor bahwa percetakan G Kolff Jakarta yang waktu itu dikuasai serikat buruhnya dan percetakan Nederlands Indische Mataalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) di daerah Malang (Jawa Timur) dianggap memenuhi persyaratan. Karena itu menteri keuangan menetapkan pembentukan Panitia Penyelenggara Percetakan Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TRB Sabarudin dan beranggotakan banyak tokoh diantaranya Oesman dan Aoes Soerjatna yang mewakili serikat buruh percetakan untuk mulai merancang dan mencetak uang kertas. Walaupun akhirnya bukan G Kolff lagi yang mencetak uang ORI, tetapi mesin-mesin, ketrampilan dan pekerja-pekerjanya sangat membantu dalam mencetak uang pertama RI tersebut.
Semua uang kertas yang beredar di tanah air kita sejak seri Gedung kecuali seri Munbiljet 1920 dan seri NICA 1943 selalu memuat gambar yang bernuansa lokal, atau boleh disebut sebagai unsur lokal. Contohnya seri Gedung dan seri Coen yang memuat gambar gedung Javasche Bank, seri wayang yang bergambar penari Jawa, seri Federal yang bergambar bunga, buah dan pemandangan alam Indonesia maka pecahan munbiljet 2,5 gulden 1940 yang dicetak di Batavia inipun juga mengandung unsur atau muatan lokal.
Kita bisa lihat pada pecahan 1 gulden 1940, muatan lokalnya berupa gambar stupa candi Borobudur di sisi belakang kertas uang. Bagaimana dengan pecahan 2,5 gulden 1940 ini? Apa gambar unsur lokalnya?

Uang ini bergambar patung JP Coen di depan dan lambang kerajaan Belanda di belakang. Lambang kerajaan Belanda sudah pasti bukan unsur lokal, karena itu dapat dipastikan bahwa muatan lokalnya adalah gambar bagian depan. Maka akan timbul pertanyaan, mengapa gambar patung JP Coen disebut muatan lokal? Jelas2 tokoh ini berasal dari Belanda.
Untuk itu mari kita lihat sedikit sejarah meninggalnya tokoh yang sangat terkenal ini :


Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal 21 September 1629. Terdapat 2 versi yang berbeda mengenai penyebab kematian Coen. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena kolera yang kini lebih dikenal dengan muntaber (muntah berak), sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram. Dari kedua versi ini kemudian diyakini bahwa Coen meninggal karena terjangkit wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di sungai Ciliwung setelah peristiwa Serangan Besar di Batavia tahun 1628.

Untuk mengenang Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan sebuah monumen patung pendiri Kota Batavia itu. Gubernur Jenderal VOC (1619-1623 dan 1627-1629) ini, dibuat patungnya pada 1869, bertepatan dengan peringatan 250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa pada waktu itu yaitu Pieter Mijer (1866-1872). Patung Coen terbuat dari tembaga dan berdiri di atas fondasi beton yang kokoh, dan dengan angkuhnya menunjuk jari telunjuknya ke arah bawah yang menggambarkan bahwa dia berhasil menaklukkan Jayakarta, di patung itu juga tercantum mottonya yang terkenal: Dispereet Niet ("pantang berputus asa").
Patung JP Coen di Batavia
Patung yang telah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung megah berwarna putih yang saat ini menjadi Gedung Departemen Keuangan di daerah Lapangan Banteng Jakarta Pusat digusur dan dihancurkan pada 7 Maret 1943 oleh bala tentara pendudukan Jepang.
Jadi saat ini patung lambang penguasa Batavia ini telah tidak ada lagi. Bentuknya yang indah masih terekam dengan baik pada seri munbiljet 1940 pecahan 2,5 gulden.


Gambar patung JP Coen pada pecahan 2,5 gulden 1940

Dengan demikian jelas bahwa pecahan ini juga mengandung unsur lokal walaupun berupa gambar patung pahlawan Belanda, setidaknya patung tersebut pernah berada di negara kita.
JP. Coen dimakamkan di Batavia dan sampai saat ini makamnya masih berdiri bersama-sama dengan beberapa pejabat Belanda lainnya di halaman dalam Museum Wayang di kawasan Pintu Besar Jakarta.



Makam JP Coen di Museum Wayang Jakarta

.
.
.
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber:
1. KUKI
2. Wikipedia
3. Batavia kota hantu (Alwi Shahab)
4. Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990

29. Lambang Rp.

Tahukah teman-teman semua kalau lambang Rupiah yang sekarang kita pergunakan sehari-hari, ternyata telah mengalami perjalanan yang cukup panjang?
Kapankah tepatnya lambang Rupiah (Rp) mulai resmi dipergunakan?
Adakah yang mengetahuinya? Mari kita bahas bersama.
.
.
Selama masa penjajahan Belanda, karena satuan mata uang yang dipergunakan adalah GULDEN maka lambang yang dipakai juga lambang dari mata uang tersebut yaitu f (florin). Tidak heran semua harga yang tercantum pada barang-barang yang dijual, termasuk juga pada kuitansi, nota pembelian dan lain2nya diberikan lambang f, seperti tampak pada gambar berikut.
.
Florin = gulden, satuan mata uang yang dipakai selama pendudukan Belanda.
.
.
Setelah Jepang masuk ke negara kita, lambang uang yang dipergunakan ternyata masih mengikuti jaman sebelumnya yaitu florin. Jadi tidak heran semua dokumen yang ditemukan pada masa ini mencantumkan juga lambang f.
.
.
Setelah kita merdeka, mata uang kita berubah dari gulden menjadi rupiah. Tetapi pada awal-awal masa kemerdekaan, lambang yang dipergunakan masih berantakan. Sebagian masih mengikuti jaman Belanda (florin), sebagian lagi sudah mulai memakai lambang rupiah yaitu R. Perhatikan gambar di bawah ini.

Kuitansi yang berasal dari tahun 1948 memakai lambang R.
.
.
Semua dokumen yang berasal pada masa2 awal kemerdekaan mempergunakan lambang RUPIAH dalam dua bentuk yaitu f dan R. Rupanya saat itu belum ada aturan baku yang mengaturnya. Tetapi lambat laun, lambang f mulai ditinggalkan dan lambang R semakin sering dipakai. Sebuah obligasi yang berasal dari tahun 1950 masih mempergunakan lambang R.

Obligasi Rupiah 1950
.
.
Lambang (R.) ini terus dipakai pada tahun-tahun selanjutnya sampai sekitar tahun 1957, lihat contoh di bawah.

Materai Radio R.5 tahun 1957
.
.
Lalu kapan tepatnya lambang R. mulai menjadi Rp. ?
Apakah perubahannya terjadi secara langsung ataukah melalui proses terlebih dahulu?
.
Kedua dokumen dibawah ini bisa menjawab hal tersebut.
.
Pertama. Sebuah materai retribusi imigrasi yang berasal dari tahun 1959 memakai lambang yang tidak umum yaitu R besar dengan P kecil dan garis dibawahnya. Perhatikan gambar berikut.

.
.
Kedua, sebuah materai radio yang berasal dari tahun 1958 memakai simbol R besar dan p kecil, mirip dengan yang kita pakai saat ini.





Dari gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan lambang RUPIAH dari R. menjadi Rp. terjadi di sekitar tahun 1958-1959. Dimana pada perubahan tersebut mengalami proses peralihan sebagaimana pada gambar di atas.
.
Dengan demikian saat ini kita mengetahui bahwa lambang Rp. tidak tercipta dengan sendirinya tetapi mengalami proses yang panjang. Proses yang memakan waktu puluhan tahun.
.
Gulden (florin = f) sampai beberapa waktu setelah kita merdeka
Rupiah (R.) sampai sekitar tahun 1957
Rupiah (Rp.) mulai tahun 1958-1959 sampai saat ini.
Tentu saja ada masa-masa peralihan dimana lambang2 sebelumnya masih dipakai. Tetapi dengan adanya artikel ini sekarang kita menjadi tahu kapan kiranya lambang Rp. mulai dipakai.


Lambang RUPIAH (Rp.) yang kita pakai saat ini
.
.
.

Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber:
Sumbangan dokumen dari teman2 kolektor
Wikipedia

30. Delinavit (Pelukis uang)

Setiap uang kertas yang dikeluarkan tentu memiliki perancang atau pelukisnya. Biasanya para perancang atau pelukis uang tersebut dituliskan di bagian bawah berupa nama dan singkatan DEL, yang artinya Delinavit atau pelukis uang.



Uang ini dilukis oleh Soeripto


Sedangkan yang ini dilukis oleh Heru Soeroso


Uang-uang kertas yang mencantumkan nama pelukisnya tidak terlalu banyak, dimulai dari tahun 1952 sampai sekitar 1980an. Uang kertas yang berasal dari jaman penjajahan Belanda, Jepang sampai ORI tidak ada yang mencantumkan nama pelukisnya.

Mari kita lihat seperti apa rupa para pelukis uang.


1. Yunalies
Lahir di Bukittinggi, 14 Juni 1924. Mulai bekerja di Peruri pada 1 Agustus 1955 sampai wafat di Jakarta 10 September 1976.

Yunalies

Hasil karyanya sangat banyak sekali, diantaranya adalah:
Seri Pekerja 1958, 1963 dan 1964



Seri Sandang Pangan dan Sudirman pecahan 1 dan 2,5 rupiah



Dan salah satu masterpiecenya yaitu Rp.10.000 barong 1975



2. Sadjiroen
Lahir di Kendal 4 Maret 1931, mulai bekerja di Peruri pada 12 Desember 1955 sampai dengan 1 April 1987.

Sadjiroen


Hasil karyanya yang terkenal adalah seri Sudirman mulai dari pecahan Rp.5 sampai dengan Rp.10.000




3. Risman Suplanto
Lahir di Magelang 13 September 1927 dan mulai bekerja di Peruri pada 16 Juli 1956 sampai dengan 1 Oktober 1984.

Risman Suplanto

Hasil karyanya yang terkenal adalah pecahan Rp.500 1977




4. Heru Soeroso
Lahir di Purwokerto 22 Desember 1936. Mulai bekerja di Peruri pada 26 September 1961.

Heru Soeroso

Sebagian hasil karyanya yang terkenal adalah pecahan Rp.100 burung dara 1984




5. AL. Roring
Lahir di Gombong 15 Agustus 1934, mulai bekerja di Peruri pada 12 Oktober 1964 sampai dengan 1 September 1990.

AL. Roring

Hasil karyanya yang terkenal adalah pecahan Rp.1000 1987 Sisingamangaraja dan Rp.5000 1980 pengasah intan. Uang kertas Sisingamangaraja merupakan uang kertas terakhir yang mencantumkan nama pelukisnya.



6. Sudirno
Lahir di Pacitan 9 Juni 1942 dan mulai bekerja di Peruri pada 22 Juni 1965.

Sudirno

Hasil karyanya antara lain pecahan Rp.1000 Dr. Soetomo 1980 dan Rp.10.000 Kartini 1985.



7. Drs Soeripto
Lahir di Klaten 16 Agustus 1946, mulai bekerja di Peruri pada 4 November 1965.

Drs. Soeripto

Hasil karyanya berupa uang kertas emisi tahun 1980an. Berikut sebagian uang kertas karya Drs Soeripto.


Seperti disebutkan di atas, uang-uang kertas yang mencantumkan nama pelukisnya dimulai dari seri tahun 1952 (seri kebudayaan). Lalu siapakah pelukis uang kertas yang namanya pertama kali tercantum di uang kita?

Uang kertas pertama terbitan Bank Indonesia adalah pecahan 5 rupiah Kartini 1952 yang dicetak oleh Thomas De La Rue & Co.


Uang pertama terbitan Bank Indonesia

Siapakah perancang atau pelukis uang kertas BI yang pertama ini?
Setelah diperhatikan dengan teliti di bagian bawah uang ternyata pelukisnya adalah orang asing yaitu C.A. Mechelse. Hebat bukan? Seorang asing yang mungkin saja karyawan percetakan TDLR bisa merancang dan menggambar uang kita dengan sedemikian indahnya.


Lalu bagaimana dengan pecahan berikutnya yang dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran dan Johan Enchede? Ternyata pecahan 10 rupiah 1952 yang bergambar Dewi Sri juga dirancang dan digambar oleh orang asing yaitu S.L. Hartz.



Pecahan-pecahan yang lebih besar merupakan hasil karya yang berlainan antara pelukis asing dan lokal :

Abdulsalam pada pecahan 25 rupiah 1952


Oesman Effendi pada pecahan 50 dan 500 rupiah 1952



C.A Mechelse kembali melukis pecahan 100 rupiah 1952



Masino Bessi pada pecahan 1000 rupiah 1952.


Karena banyak sekali pelukisnya (5 orang untuk 7 pecahan) maka tidaklah heran kalau seri kebudayaan memiliki corak yang sangat berbeda antara masing-masing pecahannya. Kita lihat bahwa 2 diantaranya memiliki gambar pahlawan yaitu Kartini pada pecahan 5 rupiah dan Diponegoro pada pecahan 100 rupiah. Persamaan antara keduanya adalah dilukis oleh orang yang sama yaitu C.A. Mechelse. Karena adanya 2 gambar pahlawan pada seri ini maka sepatutnya seri kebudayaan dinamakan juga seri pahlawan dan kebudayaan.



Makna dan arti dari gambar pada uang kertas sangatlah dalam, berikut cuplikan Baskoro Suryo Banindro dari Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan Universitas Kristen Petra, Surabaya

Gambar pada uang kertas adalah salah satu hasil karya seni rupa, di dalam uang kertas terkandung nilai estetika yang berhubungan dengan masalah keindahan visual, antara lain tersusun atas elemen huruf, gambar, warna serta teknik cetak yang khas. Selain itu gambar pada uang kertas sarat dengan muatan informasi, atau bahkan kode visual.

Memahami seni adalah usaha membaca simbol yang digunakan dalam budaya masyarakat tertentu, manusia dapat mengekspresikan dan memancarkan pengalamannya dalam bentuk ujud atau rupa.

Dalam gambar uang kertas, ekspresi visual yang dituangkan dapat mencerminkan gagasan, ide, konsep atau muatan politik terkait legitimasi dan ideologi. Melalui uraian semiotika visual gambar uang kertas yang pernah beredar di Indonesia, akan dikaji makna-makna simbolik bahasa rupa di dalamnya.

Uang kertas seri ”Pahlawan dan Kebudayaan” dengan gambar RA Kartini emisi tahun 1952 nominal lima rupiah adalah uang kertas pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dirancang oleh C.A. Mechelse, dicetak oleh Thomas De La Rue.

Dominasi warna monokromatik biru, dipenuhi dengan stilasi pohon hayat, flora dan fauna. Konotasi makna simboliknya, RA. Kartini adalah pahlawan wanita dan sebagai pelopor emansipasi di Indonesia sudah sepantasnya mendapat pengakuan dan penghargaan secara nasional.

Ragam hias pohon hayat, stilasi flora dan fauna mencerminkan bahwa Indonesia kaya akan nilai tradisi yang bersumber dari warisan budaya leluhur. Mitos yang muncul dari kode visualnya menyampaikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya serta menjunjung tinggi nilai tradisi dan budayanya sebagai salah satu aset bangsa yang besar.


Bagaimana tinjauan pak Baskoro terhadap pecahan Rp.10.000 barong?


Uang kertas nominal sepuluh ribu rupiah emisi tahun 1975, dirancang oleh Yunalies dan dicetak oleh Peruri, dengan objek yang menampilkan gambar salah satu relief pada panel candi Borobudur.
Candi Borobudur merupakan warisan budaya dan prestasi besar nenek moyang yang dibangun abad ke delapan, dengan ratusan panil yang berisi gambar tentang pengetahuan yang baik dan jahat, sesungguhnya adalah tujuan ziarah spiritual para penganut agama Budha maupun tujuan pariwisata popular yang tak hanya terbatas di tanah air, melainkan hingga manca negara.

Mitos yang muncul ialah melalui spirit Borobudur, memberikan inspirasi kepada bangsa Indonesia untuk dapat menciptakan karya besar dan abadi, menghasilkan prestasi yang mendunia tanpa meninggalkan nilai spiritual sebagaimana prestasi yang pernah dicapai nenek moyangnya.


Uang kertas dapat juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi yang bersumber dari pemerintah, atau negara kepada rakyatnya.

Pada setiap mata uang kertas baru yang beredar, disain grafis mata uang kertas Indonesia membawa inti komunikasi yaitu pesan-pesan berupa isu politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan sehingga informasi kepada rakyat sebagai sasaran pesan sampai kepada objeknya.

Gambar pada lembar uang kertas merupakan laporan visual jalannya kebijakan atau tujuan politik pemerintahan atau kondisi faktual negara periode itu. Melalui komunikasi visual uang kertas, tidak menutup kemungkinan, media tersebut dijadikan alat politik era suatu rezim penanda kekuasaan.


Ternyata makna yang dikandung masing2 uang kertas sangatlah dalam, bukan hanya nilai estetikanya saja tetapi sarat dengan muatan informasi dan kode-kode visual. Pelukis uang kertas bukan hanya sekedar pelukis biasa dan hasil karya mereka sepatutnya dihargai sebagai masterpiece di bidang kesenian. Tetapi pada kenyataannya kita bahkan tidak pernah tahu siapa dan seperti apa rupa mereka. Yang kita tahu hanya pelukis-pelukis besar seperti Affandi, Raden Saleh dan lain sebagainya. Sudah sepatutnya para pelukis uang kertas diberikan penghargaan yang sesuai dengan karyanya, karena mereka adalah seniman besar dibalik layar.


Jakarta 30 Desember 2010
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber:
Banknotes and Coins from Indonesia 1991
Duit, Munten pameran Senirupa Numismatik Yogyakarta 2009
Tinjauan Visual Gambar uang Kertas Indonesia, Baskoro Suryo Banindro
KUKI
Koleksi teman-teman kolektor


31. Rp.100 (1992) 'PL'


Kita semua tentu mengetahui tentang uang yang satu ini, 100 rupiah emisi 1992 yang sering disebut sebagai 100 PL (Perahu Layar). Banyak sekali persepsi yang salah mengenai uang ini, mari kita bahas satu persatu.


100 rupiah 1992 'PL'

1. Banyak orang berpendapat uang ini sangat langka sehingga bernilai jual tinggi.
Kenyataannya, uang ini sangat banyak dan relatif mudah ditemukan. Jangankan cuma satu gepok berisi 100 lembar, yang masih berbentuk brut pun berisi 1000 lembar juga masih ada. Harga perlembar sekitar 1000-2000 rupiah tetapi untuk per gepok harga pasaran cuma 50-60 ribu rupiah saja. Baru-baru ini ada penjual yang menawarkan uang ini dalam jumlah nominal 7 juta rupiah, alias 70.000 lembar = 700 gepok = 70 brut!


100 rupiah 1992 mudah ditemukan dalam jumlah banyak


2. Emisi tahun 1992/92 sangat langka dan bernilai jual tinggi
Kenyataannya : Memang demikian adanya, nilai jual yang emisi 92/92 agak lebih tinggi daripada emisi lainnya, tetapi tidak sampai kebangetan. Rata2 perlembar bernilai Rp.5 ribuan.

3. Uang ini ada yang memiliki benang pengaman
Kenyataannya : Sampai saat ini saya dan teman-teman tidak pernah menemukan variasi yang memiliki benang pengaman. Yang ada adalah melipat uang ini sampai patah kemudian diluruskan lagi dengan cara di press sehingga garis lipatannya seakan-akan mirip dengan benang pengaman. Jadi ada unsur penipuan.

4. Uang ini ada yang memiliki tulisan Perahu Layar
Uang Rp.100 PL walaupun disebut sebagai PL (Perahu Layar) tetapi dalam kenyataannya yang tercetak di kertas uang adalah Perahu Phinisi. Saya pernah mendapat tawaran adanya varian yang bertulisan Perahu Layar, bukan Perahu Phinisi. Maka dengan segera saya datangi untuk melihat dengan mata kepala sendiri. Ternyata tulisan Perahu Layar yang tertera di kertas uang bukan asli dari percetakan. Melainkan rekayasa dengan cara menghapus tulisan Perahu Phinisinya dan diganti dengan Perahu Layar. Tentu perbuatan ini menggunakan printer berwarna. Sekali lagi ada unsur penipuan.


100 rupiah PL dengan tulisan PERAHU LAYAR

5. Uang ini dapat dirubah oleh orang sakti (atau dukun) menjadi pecahan 100 ribu rupiah.
Untuk yang satu ini saya engga banyak komentar. Bila ada yang percaya saya sih engga bisa larang. Hal inilah yang menyebabkan uang PL ini dicari oleh banyak pihak. Beberapa tahun yang lalu banyak sekali orang2 yang percaya mencari dan membeli uang ini dalam jumlah sangat banyak, harga menjadi tinggi sekali, tetapi karena tidak terbukti maka secara lambat laun harga mulai turun dan stok di pasaran mulai melimpah.

6. Ada lagi rumor terbaru : Uang ini ada yang bertahun 1982!
Sudah pasti rumor tersebut salah, tidak pernah ada Rp.100 PL yang bertahun 1982. Bagi yang memiliki coba perhatikan angka 8 nya, sangat mungkin angka 9 yang sengaja diubah menjadi 8.


Nah itu sebagian mitos yang beredar perihal uang 100 PL ini. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan memberikan kita wawasan yang lebih luas dan semua kesalahpahaman dapat diluruskan.



Jakarta 22 Januari 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com