Tentu kebanyakan dari kita mengenal pecahan ini. Bahkan mungkin banyak diantara kita yang memiliki lebih dari satu lembar. Memang pecahan ini relatif mudah ditemukan. Tetapi mengapakah demikian, pembahasan kita kali ini bercerita tentang hal tersebut.
Pecahan 1 gulden bertanggal 15 Juni 1940 bergambar uang logam 1 gulden di bagian depan dan stupa candi Borobudur di bagian belakangnya. Uang yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda ini dicetak oleh percetakan G Kolff and Co yang juga mencetak seri Federal II pecahan 10 dan 25 sen. Percetakan ini berada di Batavia dan merupakan salah satu percetakan paling aktif yang banyak menerbitkan surat kabar (seperti Java Bode, Bataviaasch Nieuwsblad), buku-buku pelajaran dan produsen kartu pos terbesar.
Para kolektor tentu secara sepintas melihat bahwa gambar coin 1 gulden tersebut adalah hal yang biasa. Pecahan kertas senilai satu gulden tentu saja bergambar uang logam senilai 1 gulden juga. Tidak ada yang aneh.
Tetapi coba perhatikan tahun yang tertera pada uang logam tersebut yaitu tahun 1937.
Bagi para penggemar uang logam, anda akan mulai bertanya-tanya, apakah ada uang logam pecahan 1 gulden yang bertahun 1937? Seharusnya ada karena di uang tersebut dengan jelas tertera tahun 1937. Silahkan anda mencarinya.......
Apakah memang benar ada?
.
Mari kita lihat salah satu halaman buku Munt-almanak edisi 2006 yang berisi katalog uang logam dan kertas kerajaan Belanda sejak 1806.
Terlihat pada halaman tersebut bahwa tidak pernah ada uang logam pecahan 1 gulden yang bertahun 1937.
Lalu mengapa pada uang tersebut tercetak tahun 1937?
.
Beberapa jawaban diberikan, tetapi yang paling masuk akal adalah:
(1). Walaupun diedarkan tahun 1940 tetapi uang tersebut dirancang beberapa tahun sebelumnya, mungkin saja sekitar tahun 1937 sehingga gambar yang tercetak adalah tahun 1937.
(2). Mungkin edisi uang kertas ini digunakan sebagai pengganti edisi logam tahun 1937.
Tentu saja jawaban tersebut bersifat dugaan dan sangat tidak memuaskan, apakah ada pendapat dari teman-teman sekalian?
.
.
Uang kertas ini memiliki prefiks 2 huruf diikuti 6 angka.
Angka paling depan cuma ada 0 atau 1. Dan angka 1 bukan merupakan seri pengganti karena percetakannya berbeda dengan percetakan Johan Enschede. Apa bentuk seri penggantinya masih berupa tanda tanya.
.
Menurut Jurnal Rupiah asuhan bapak Adi Pratomo, ada beberapa data yang bisa diolah:
1. Nomor seri terdiri dari 6 angka dari 000001 s/d 199999 (anggap saja 200 ribu lembar)
2. Prefiks kedua dari A sampai Z tanpa I dan Q (24 prefiks)
3. Prefiks terbesar yang pernah ditemukan adalah NF pada (pecahan 1 gulden) dan FC pada pecahan 2,5 gulden (mohon laporan bila ada yang lebih besar lagi)
.
.
Berdasarkan data minim di atas dapat dihitung secara kasar :
.
Pecahan 1 gulden :
Rumus : dari AA sd AZ = 24 prefiks (tanpa I dan Q)
dengan masing2 prefiks 200.000 lembar
Dari AA sd MZ = 12 (tanpa I) dikali 24 = 288 prefiks
Dari NA sd NF = 5 prefiks
Total dari AA s/d NF = 288 + 5 = 293 prefiks dikali 200.000 = sekitar 58,6 juta lembar lebih
.
Pecahan 2,5 gulden :
Dengan perhitungan yang sama didapatkan jumlah sekitar 24,5 juta lembar lebih.
.
.
Dengan perhitungan sederhana tersebut dapat disimpulkan :
1. Kedua pecahan dicetak sangat banyak dengan jumlah mencapai puluhan juta lembar
2. Pecahan 2,5 gulden dicetak sekitar setengah dari pecahan 1 gulden
.
Karena demikian banyaknya maka sudah sepantasnya bila sampai saat ini kedua pecahan masih cukup mudah ditemukan, bahkan untuk yang berkondisi UNC sekalipun. Tidak heran harga kedua pecahan ini hanya berkisar beberapa ratus ribu rupiah saja perlembarnya. Dan karena lebih sedikit dicetak maka harga pecahan 2,5 gulden seharusnya sedikit lebih mahal dari pecahan 1 gulden.
.
.
Demikian sedikit cerita tentang munbiljet 1 gulden 1940, bila ada diantara teman-teman yang ingin menambahkan atau menyampaikan kritik dan saran, silahkan hubungi arifindr@gmail.com
Semoga bermanfaat.
.
.
.
Jakarta 13 November 2010
Sumber:
1. Jurnal Rupiah
2. Munt Almanak 2006
3. KUKI
0 komentar:
Posting Komentar