Cerita kita lanjutkan cerita pada pecahan 2,5 gulden 1940
Sama seperti pecahan 1 gulden 1940, pecahan ini dicetak oleh G Kolff and Co yang berkedudukan di Batavia, tepatnya di sekitar jalan Pecenongan Jakarta Pusat. Percetakan ini memegang peranan penting dalam mencetak uang pertama Indonesia yaitu seri ORI.
Ceritanya, pada 24 oktober 1945, menteri keuangan RI waktu itu, Mr. A.A. Maramis menginstruksikan tim serikat buruh percetakan G Kolff selaku tim pencari data untuk menemukan tempat percetakan uang yang teknologinya relatif modern dan memadai. Hasilnya tim melapor bahwa percetakan G Kolff Jakarta yang waktu itu dikuasai serikat buruhnya dan percetakan Nederlands Indische Mataalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) di daerah Malang (Jawa Timur) dianggap memenuhi persyaratan. Karena itu menteri keuangan menetapkan pembentukan Panitia Penyelenggara Percetakan Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TRB Sabarudin dan beranggotakan banyak tokoh diantaranya Oesman dan Aoes Soerjatna yang mewakili serikat buruh percetakan untuk mulai merancang dan mencetak uang kertas. Walaupun akhirnya bukan G Kolff lagi yang mencetak uang ORI, tetapi mesin-mesin, ketrampilan dan pekerja-pekerjanya sangat membantu dalam mencetak uang pertama RI tersebut.
Semua uang kertas yang beredar di tanah air kita sejak seri Gedung kecuali seri Munbiljet 1920 dan seri NICA 1943 selalu memuat gambar yang bernuansa lokal, atau boleh disebut sebagai unsur lokal. Contohnya seri Gedung dan seri Coen yang memuat gambar gedung Javasche Bank, seri wayang yang bergambar penari Jawa, seri Federal yang bergambar bunga, buah dan pemandangan alam Indonesia maka pecahan munbiljet 2,5 gulden 1940 yang dicetak di Batavia inipun juga mengandung unsur atau muatan lokal.
Kita bisa lihat pada pecahan 1 gulden 1940, muatan lokalnya berupa gambar stupa candi Borobudur di sisi belakang kertas uang. Bagaimana dengan pecahan 2,5 gulden 1940 ini? Apa gambar unsur lokalnya?
Uang ini bergambar patung JP Coen di depan dan lambang kerajaan Belanda di belakang. Lambang kerajaan Belanda sudah pasti bukan unsur lokal, karena itu dapat dipastikan bahwa muatan lokalnya adalah gambar bagian depan. Maka akan timbul pertanyaan, mengapa gambar patung JP Coen disebut muatan lokal? Jelas2 tokoh ini berasal dari Belanda.
Untuk itu mari kita lihat sedikit sejarah meninggalnya tokoh yang sangat terkenal ini :
Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal 21 September 1629. Terdapat 2 versi yang berbeda mengenai penyebab kematian Coen. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena kolera yang kini lebih dikenal dengan muntaber (muntah berak), sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram. Dari kedua versi ini kemudian diyakini bahwa Coen meninggal karena terjangkit wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di sungai Ciliwung setelah peristiwa Serangan Besar di Batavia tahun 1628.
Untuk mengenang Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan sebuah monumen patung pendiri Kota Batavia itu. Gubernur Jenderal VOC (1619-1623 dan 1627-1629) ini, dibuat patungnya pada 1869, bertepatan dengan peringatan 250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa pada waktu itu yaitu Pieter Mijer (1866-1872). Patung Coen terbuat dari tembaga dan berdiri di atas fondasi beton yang kokoh, dan dengan angkuhnya menunjuk jari telunjuknya ke arah bawah yang menggambarkan bahwa dia berhasil menaklukkan Jayakarta, di patung itu juga tercantum mottonya yang terkenal: Dispereet Niet ("pantang berputus asa").
Patung JP Coen di Batavia
Patung yang telah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung megah berwarna putih yang saat ini menjadi Gedung Departemen Keuangan di daerah Lapangan Banteng Jakarta Pusat digusur dan dihancurkan pada 7 Maret 1943 oleh bala tentara pendudukan Jepang.
Jadi saat ini patung lambang penguasa Batavia ini telah tidak ada lagi. Bentuknya yang indah masih terekam dengan baik pada seri munbiljet 1940 pecahan 2,5 gulden.
Dengan demikian jelas bahwa pecahan ini juga mengandung unsur lokal walaupun berupa gambar patung pahlawan Belanda, setidaknya patung tersebut pernah berada di negara kita.
JP. Coen dimakamkan di Batavia dan sampai saat ini makamnya masih berdiri bersama-sama dengan beberapa pejabat Belanda lainnya di halaman dalam Museum Wayang di kawasan Pintu Besar Jakarta.
Makam JP Coen di Museum Wayang Jakarta
Makam JP Coen di Museum Wayang Jakarta
.
.
.
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.comSumber:
1. KUKI
2. Wikipedia
3. Batavia kota hantu (Alwi Shahab)
4. Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990
0 komentar:
Posting Komentar