Kali ini kita akan membahas pertanyaan yang sering diajukan teman2 semua :
Apakah numismatik merupakan lahan investasi yang menarik?
Untuk bisa menjawab pertanyaan itu perlu ditinjau dari banyak sudut pandang.
Pertama dari sudut pandang si kolektor, ada sebagian kolektor yang dalam mengumpulkan barang2nya tidak terlalu peduli soal investasi. Yang penting 'hepi' wong barang2 miliknya tidak untuk dijual lagi kok. Jadi buat apa pikirin kenaikan atau penurunan harga? Kalau sudah demikian tentu kita engga bisa berkomentar banyak. Tipe kolektor inilah yang bisa disebut kolektor sejati. Cukup banyak kolektor-kolektor yang termasuk golongan ini, mereka hanya mengoleksi untuk kesenangan. Yang penting lengkap, tidak peduli soal lainnya.
Ada juga kolektor yang sifatnya memilih, misalnya hanya mengumpulkan uang2 yang menurut pendapatnya mempunyai prospek yang cerah, yang mungkin akan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Tipe kolektor ini sering disebut investor dan selalu berburu barang2 tertentu, membeli dan menumpuknya serta menjualnya kembali ketika harga naik. Jangan heran bila kolektor tipe ini memiliki ratusan bahkan ribuan lembar uang kuno hanya dari satu jenis uang saja. Saya mengetahui ada kolektor yang memiliki setidaknya 200 lembar uang macan dalam bentuk gepokan UNC.
Tipe kolektor yang lain adalah tipe penjual, beli lalu jual. Tidak usah lama2 di tangan, untung sedikit gak masalah yang penting sudah pernah lihat barangnya.
Selanjutnya ada juga tipe kolektor gabungan, yaitu mengoleksi sekaligus menjual. Pertama kumpulkan dulu, bila ada yang dobel baru dijual. Sering disebut sebagai kolekdol (kolektor sekaligus dodolan/jualan).
Yang manapun tipenya, seharusnya seorang kolektor mengetahui secara pasti harga yang pantas untuk barang2 koleksinya. Baik waktu dia membeli maupun menjualnya. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang investasi dibidang numismatik.
Sebenarnya saya bukan pakar dalam bidang ini, tetapi saya akan membagi sedikit pengetahuan dan pengalaman pribadi saya yang mungkin bermanfaat bagi teman2 semua, untuk itu bila ada saran atau kritik mohon disampaikan secara terbuka.
Pada tahun 2004 harga selembar uang pecahan 5 rupiah 1957 (orangutan) var 3 huruf kondisi UNC sekitar Rp.125.000. Saat ini tahun 2010 harga uang yang sama sudah sekitar Rp.350.000. Berarti uang tersebut sudah mengalami kenaikan harga sekitar 180% dalam waktu 6 tahun. Atau bila dirata-ratakan adalah 30% pertahun.
Bagaimana menurut pendapat teman-teman? Luar biasa bukan?Sekarang kita ambil contoh uang yang lain. Yaitu pecahan 5 rupiah 1968 (seri Sudirman) yang pada tahun 2004 berharga Rp.15.000 perlembar UNC. Tahun 2010 ini uang yang sama bernilai sekitar Rp.25.000, berarti mengalami kenaikan harga sebesar 66% atau sekitar 11% pertahun.
Nah, bagaimana menurut pendapat teman2 dalam hal yang satu ini. Apakah masih menggiurkan?
Terakhir kita ambil contoh uang pecahan 1/2 roepiah Dai Nippon tahun 1943 yang pada tahun 2004 berharga Rp.50.000 perlembar UNC dan pada tahun 2010 juga masih berharga Rp.50.000 perlembar UNC. Berarti uang ini tidak mengalami kenaikan harga samasekali. Bahkan bila dihitung dengan memakai rumus inflasi dsb, berarti uang ini malah menyusut nilainya.
Dari contoh2 tersebut di atas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa uang2 jenis tertentu akan mengalami kenaikan harga yang lebih banyak dibandingkan uang2 jenis lainnya. (Rumus 1)
Sekarang kita lihat dari sudut kualitas. Untuk uang 5 rupiah 1957 (orangutan) kualitas EF mengalami kenaikan harga dari Rp.75.000 (2004) menjadi Rp.150.000 (2010) atau sekitar 100% dalam waktu 6 tahun. Bandingkan dengan yang UNC mengalami kenaikan harga 180%. Jadi kesimpulan kedua kita adalah: Uang2 berkondisi UNC akan mengalami kenaikan harga yang lebih besar bila dibandingkan kondisi dibawahnya. (Rumus 2)
Selanjutnya kita akan melihat sudut yang lain lagi yaitu sudut pandang suku bunga. Misalkan saja bunga bank/deposito dianggap 10% pertahun. Maka uang yang kita beli seharga 1 juta rupiah di tahun 2004 seharusnya bisa kita jual 60% lebih tinggi di tahun 2010, belum lagi bila dihitung dengan rumus bunga berbunga. Berarti uang kita tersebut harus dijual diharga minimal 1,6 juta rupiah baru impas (belum untung loh). Bila kita jual di bawah harga tersebut maka kita akan rugi. Karena itu harus diperhatikan juga rumus 3 yaitu rumus suku bunga.
Jadi bila anda membeli uang dengan harga 1 juta rupiah di bulan Januari 2010 dan anda berencana melepasnya, maka perhatikan harga impasnya :
Minimal di harga 1,1 juta bila ingin menjualnya setelah disimpan selama 1 tahun
Minimal di harga 1,2 juta bila ingin menjualnya setelah disimpan selama 2 tahun, dst
Perlu dipertimbangkan mana yang lebih besar, kenaikan harga uang tersebut atau inflasi yang ada. Bila lebih besar inflasinya, maka anda akan rugi.
Nah, sekarang kita sudah memiliki 3 rumus:
1. Jenis2 tertentu mengalami kenaikan harga lebih tinggi
2. Kondisi UNC mengalami kenaikan lebih banyak
3. Perhatikan inflasi dan suku bunga
Berdasarkan rumus2 tersebut anda dapat membuat perhitungan sederhana dari barang2 yang anda miliki. Semakin lama barang tersebut anda tahan, semakin besar cost yang harus dibayar. Semakin cepat barang tersebut berpindah tangan alias dijual semakin besar keuntungan yang didapatkan. Demikian juga dengan kualitas dan jenis barangnya, semakin bagus dan langka akan semakin cepat meningkat harganya.
Saya berikan contohnya
Beli gajah 1000 rupiah 1957 seharga 1 juta (Januari 2010), lalu jual kembali 1,1 juta (Februari 2010) keuntungan 10%/bulan. Lalu dengan uang tersebut beli lagi uang 500 rupiah bunga seharga 1 juta (Februari 2010), jual kembali 1,2 juta (Maret 2010), keuntungan total sudah 30%/3 bulan atau sekitar 120%/tahun, dan seterusnya sampai di akhir tahun 2010 anda sudah bisa mengumpulkan keuntungan ratusan persen. Bandingkan bila anda hanya menyimpan gajahnya selama 1 tahun dan melepasnya kembali seharga 1,3 juta, keuntungan 30% dipotong inflasi 10% menjadi cuma sekitar 20%/tahun.
.
.
Bagaimana kalau saya menyimpannya dalam waktu sangat lama, apakah hal tersebut menguntungkan? Kita lihat contoh:
.
Contoh 1
Gaji rata-rata seorang pegawai negeri tingkat menengah di tahun 1930-1940 (sebelum perang dunia II) adalah sekitar 10-20 gulden perbulan. Bila saat itu kita memiliki uang pecahan 1000 gulden (misalkan seri Coen) yang berkondisi UNC dan kita simpan sampai sekarang, berapakah kira2 harga semestinya dari uang tersebut? Dari perhitungan di atas dapat dibuat perkiraan kasar bahwa saat itu uang 1000 gulden dapat menghidupi seorang pegawai negeri beserta keluarganya selama 50-100 bulan. Bila di kurs kan dengan kenyataan saat ini, gaji rata2 katakan saja sebesar Rp.2 juta perbulan, maka uang Coen 1000 tersebut setara dengan 50-100 bulan gaji alias 100-200 juta rupiah!! Padahal kenyataan di lapangan uang tersebut cuma dihargai sekitar 20 juta perlembar UNC.
Contoh 2
Kakek kita menyimpan satu lembar uang 1000 rupiah tahun 1952 (seri kebudayaan) yang berkondisi VF (mungkin gaji pertamanya) dan saat ini beliau hendak menjualnya. Berapa harga pantasnya? Ada beberapa cara perhitungan yang tentunya hanya para pakar yang ngerti, tetapi untuk saat ini kita pakai cara gobloknya aja. Setelah meneliti harga dollar US saat itu didapatkan bahwa pada tahun 1952-1956 harga dollar adalah 12-30 rupiah/dollar US. Maka uang 1000 rupiah kita bernilai sekitar 33-83 dollar. Bila di kurs kan saat ini (anggap saja 1 dollar = Rp.9500) maka menjadi 300-800 ribu rupiah. Sesuai dengan harga pasaran yang berkisar diangka tersebut. Cara kedua yang juga memakai perhitungan cara sederhana adalah metode suku bunga, bila dirata2kan satu tahun suku bunga 8% maka sampai saat ini uang tersebut bernilai (2010-1952)x8%xRp.1000 = Rp.464.000 yang kurang lebih juga sesuai dengan harga saat ini.
Perhitungan di atas adalah perhitungan sangat sederhana yang menghilangkan segala macam jenis parameter investasi seperti inflasi, devaluasi, bunga berbunga dan lainnya. Yang mau saya tekankan pada kesempatan ini adalah dilihat dari segi apapun, yang namanya numismatik tidak terlalu menguntungkan bila disimpan dalam jangka panjang. Kecuali barang tersebut kita dapatkan dengan harga sangat-sangat murah. Jauh di bawah harga pasaran.
Nah, sebagai penutup akan saya ringkas maksud dari tulisan di atas:
1. Bila anda ingin menjadi kolektor yang baik, pelajarilah segala hal tentang barang2 yang ingin anda koleksi termasuk perkiraan nilai jualnya kembali.
2. Bila bermaksud untuk menjadi penjual, jangan menahan barang terlalu lama. Kata orang 'yang penting ada untungnya'. Semakin lama anda tahan, semakin besar kerugian yang ditanggung.
3. Jenis2 uang tertentu mengalami kenaikan harga yang lebih banyak, pelajarilah yang mana saja jenis-jenis uang tersebut. Ingat kondisi uang juga mempengaruhi kenaikan harga.
4. Satu lagi yang terpenting, belinya jangan kemahalan. Bila kemahalan bagaimana mau jualnya lagi?
Ingat loh, bila hobby numismatik kita lakukan dengan baik akan menyebabkan kita juga ikut senang dan bahagia dan rasa bahagia sedikit banyak akan memperpanjang umur kita. Hal inilah yang lebih penting dibandingkan segala macam perhitungan di atas. Jadilah seorang kolektor yang baik tanpa memusingkan persoalan investasi.
Apakah pembahasan saya cukup jelas?
Jawabannya pasti tidak, karenanya silahkan teman2 sekalian memberikan masukan, terutama teman2 yang ahli dibidang ekonomi.
Ada masukan dari salah seorang teman yang cukup menarik:
Pada tahun 1970an ada seseorang yang ingin naik haji, karena suatu hal tidak jadi berangkat dan uang yang sudah tersedia tersebut disimpan sampai saat ini. Bila uang tersebut dijual sekarang apakah hasilnya bisa membiayai ONH?
Ongkos Naik Haji tahun 1970 adalah Rp.184.000, jadi dibutuhkan sekitar 19 lembar pecahan 10000 seri Sudirman. Bila saat itu uang yang disimpan adalah yang UNC maka perkiraan harga saat ini adalah : Rp.800.000 x 19 lembar = Rp.15.200.000. Sangat tidak cukup untuk membiayai ONH yang saat ini besarnya sekitar Rp.35.000.000.
Jumlah sebesar 15 juta tersebut akan menyusut menjadi setengahnya jika uang yang disimpan tidak UNC bahkan bila hanya berkondisi fine sangat mungkin tidak akan laku dijual.
Berdasarkan cerita tersebut, dapat diambil hikmahnya bahwa kenaikan inflasi jauh melebihi kenaikan harga uang kuno. Masihkah teman2 sekalian berpikir tentang investasi di uang kuno?
Pertanyaan lain lagi
Bila dibandingkan dengan emas sejak tahun 1970an bagaimana prospek investasi dibidang numismatik?
Sekali lagi saya jelaskan bahwa saya tidak ahli dibidang ini, tetapi dari data2 yang berhasil saya kumpulkan dapat dijelaskan sbb:
Harga emas di tahun 1970 sekitar $40/troy ounce sedangkan kurs dollar saat itu sekitar Rp.400 per satu dollar US. Sehingga harga emas saat itu adalah Rp.16.000 per troy ounce, jadi dibutuhkan sekitar 3 lembar pecahan 5000 rupiah seri Sudirman.
Saat ini harga emas sekitar $1000 per troy ounce (sudah mengalami kenaikan 2400%) atau sekitar Rp.9.500.000. Sedangkan harga uang pecahan 5000 rupiah seri Sudirman saat ini yang UNC berkisar diangka Rp.800.000 perlembar, sehingga ketiga lembar uang tersebut hanya bernilai Rp.2.400.000, hanya bisa membeli 1/4 troy ounce emas.
Kesimpulan sementara dari cara perhitungan yang sangat sederhana adalah investasi emas jauh lebih menguntungkan dibandingkan investasi uang kuno.
Loh kok engga ada segi positifnya sih?
Kita tunggu cerita dari teman2 lainnya.
Ternyata ada teman kita yang akhirnya memberikan suara positif, ceritanya begini :
Saya menyimpan uang pecahan 100 rupiah emisi 1992 (perahu layar) sejak 5 tahun yang lalu. Saat ini uang tersebut telah bernilai 2000 rupiah perlembarnya. Kenaikan yang dialami adalah 2000% dalam waktu 5 tahun, sangat luar biasa. Bukankah ini juga prospek investasi yang bagus?
Benar sekali! Dalam beberapa keadaan harga uang kuno jenis tertentu bisa meningkat sangat pesat (rumus 1). Pecahan 100 rupiah 1992 mengalami peningkatan harga yang sangat pesat, jauh lebih pesat dibandingkan pecahan2 lain yang seangkatan. Contohnya pecahan 500 rupiah 1992 (orangutan), harganya saat ini berkisar di angka 1500 rupiah perlembar, masih kalah dengan pecahan 100 rupiah PL (Perahu Layar). Mengapa demikian?
Beberapa kemungkinan jawaban yang bisa diberikan:
1. Uang PL mempunyai nilai nominal yang sangat kecil, hanya 100 rupiah, kita tidak akan merasa keberatan bila harus membeli selembar PL dengan harga 1000 atau 2000 rupiah. Karena buat sebagian besar kolektor uang 1000-2000 rupiahpun juga dianggap tidak ada artinya. Padahal dari 100 rupiah menjadi 1000 rupiah berarti mengalami kenaikan harga sebanyak 1000%.
Lain halnya kalau yang dibeli pecahan 100.000 plastik. Karena menurut sebagian besar kolektor uang senilai 100.000 itu cukup besar. Sehingga bila uang itu mengalami kenaikan harga 200% saja (menjadi 200.000 rupiah) maka kita akan menjerit keberatan.
Dari kejadian ini dapat diambil sedikit kesimpulan bahwa uang yang mempunyai nilai nominal kecil akan mengalami kenaikan harga yang jauh lebih pesat dibandingkan yang bernominal besar. Kelihatannya pendapat ini bisa dijadikan rumus 4
Contoh 1:
Sukarno 5 rupiah, saat ini bernilai Rp.75.000 perlembar UNC berarti mengalami kenaikan harga 15.000 kali lipat. bandingkan dengan pecahan Sukarno 1000 rupiah yang bernilai sekitar 2 juta pada kondisi UNC yang hanya 2000 kali lipat nominalnya.
Contoh 2:
Seri binatang yang berkondisi UNC
Pecahan 5 rupiah saat ini mengalami kenaikan harga 70.000 kali lipat nominal.
Pecahan 100 rupiah hanya 5000 kali lipat nominal
Pecahan 500 rupiah sekitar 14.000 kali lipat
Pecahan 1000 rupiah sekitar 2000 kali lipat
Pecahan 2500 rupiah sekitar 1000 kali lipatnya
Pecahan 10 dan 25 tidak masuk hitungan karena sangat langka.
Jadi rekor kenaikan harga masih dipegang pecahan 5 rupiah 1957 sebesar 70.000 kali lipat nominal. Bahkan macan dan gajah pun kalah dengan orangutan.
2. Pecahan PL banyak diburu para penggemar ilmu gaib. Kita sama2 tahu bahwa uang ini banyak sekali dicari untuk dipergunakan sebagai media memperkaya diri sendiri yang tentunya mempergunakan cara-cara yang gaib pula. Apakah berhasil atau tidak saya tidak tahu, tetapi dengan adanya praktek seperti ini menyebabkan kebutuhan uang PL meningkat sangat pesat, dan sebagai akibatnya akan mengangkat harganya secara gila-gilaan. Herannya uang yang dicari cuma PL saja, kenapa engga sekalian sama yang lain-lainnya supaya harga uang kuno ikut naik secara drastis. Saat ini harga PL sudah meyamai bahkan melampaui 'kakaknya' uang 100 rupiah burung dara emisi 1984. Padahal uang burung dara secara mutu dan kualitas jauh lebih bagus dan lebih langka bila dibandingkan dengan PL, tetapi harganya malah terbalik.
3. Ada sebagian kolektor yang ternyata senang mengumpulkan uang2 kuno dalam bentuk brut (berisi 1000 lembar), mungkin maksudnya agar kelihatan seperti orang kaya yang punya uang gepok2an katanya. Karena itu dibelilah uang PL yang harganya tergolong murah, satu brut uang PL berisi 1000 lembar cuma bernilai 100.000 rupiah saja, dibayarin lima kalinyapun engga apa2 deh, karena dapatnya banyak sekali. Tidak heran ada kolektor yang memiliki uang PL sebanyak puluhan bahkan ratusan brut dan semuanya disusun di lemari secara rapi sehingga membuat kagum orang2 yang melihatnya. Semakin banyak kolektor tipe begini semakin tinggi harga uang PL.
Nah, demikianlah sedikit cerita kenapa uang 100 rupiah 1992 (PL) bisa mengalami kenaikan harga yang fantastis, yang jauh melebihi uang2 sejamannya.
Ada komentar yang sangat menarik dari salah seorang pecinta uang kuno:
Pak Arifin tulisannya sangat menarik mengenai investasi dalam numismatik....
Saya ingin mengutarakan opini saya, menurut saya semua instrumen investasi ada ”bandar”/pemain besar-nya yang bisa mengangkat harga dalam jangka waktu tertentu atau bahkan menjatuhkan harganya secara drastis (berarti dapat di jadikan sarana spekulasi), baik itu emas, perak, properti, mata uang, saham dan tentunya juga investasi Numismatik (harga dari uang kuno).
Seperti contohnya harga emas murni, jika kita ambil harga tertinggi sampai tahun 2000 adalah di harga $850/Oz ( th 1980 ), dan kemudian terus merosot, sempat ke titik terendahnya $ 264/Oz (tahun 2000). Begitu juga dengan harga perak murni yg mencapai $50/oz (tahun 1980) dan ke titik terendahnya sekitar $ 5 / oz (tahun 2000). Hal ini tentu merugikan jika berinvestasi dalam emas dalam jangka waktu tersebut, terutama investor di Amerika yang memakai mata uang dollar amerika. Saya sendiri adalah Kolekdol Uang logam (baru kira kira 1 tahun).
Menurut saya, harga uang kuno dapat terus cenderung naik dikarenakan ada banyak lelang numismatik Internasional dalam skala besar di seluruh dunia (seperti menurut dr arifin bahwa harga balai Lelang Internasional bisa menjadi acuan dan mencerminkan harga yang sesungguhnya) dan ”bandar” bisa saja terus menaikkan harga dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjang dengan terus diterbitkannya Katalog Uang logam dan Kertas dari tahun ke tahun (up date), dan bisa saja sedikit banyak harganya ditentukan oleh “bandar” tersebut…
Dan sebaliknya mengenai penurunan harga numismatik, mungkin saja terjadi, terutama terhadap uang kertas/koin yang harganya sudah selangit (langka dan mahal), salah satu penyebabnya adalah karena krisis global sekarang yang sifatnya deflationery (dalam hal ini banyak asset misalnya : rumah, mobil mewah, benda–benda seni/collectibles dan barang-barang mahal lainnya dilepas dan harganya ikut jatuh, karena sebagian besar orang/kolektor lebih butuh tunai /cash) sehingga berlaku hukum penawaran dan permintaan.
Jika dalam waktu bersamaan, ada banyak kolektor yang ingin melepas koleksi numismatik yang selama ini di timbun-nya, maka barang akan menjadi banyak di pasaran, sedangkan peminat/pembeli kurang (karena sedang krisis) sehingga harga pun akan turun.
Kembali ke pembahasan investasi Numismatik.. Sebagai contohnya pada lelang internasional Heritage awal tahun 2010 ini, koin Liberty Nickel tahun 1913 terjual diharga $3,737,500 ( setara dgn kira kira Rp 35 milyar).. fantastis, apalagi untuk koin berbahan Nickel...Saya setuju dgn dr Arifin bahwa hanya jenis tertentu (yang langka) yang mengalami kenaikan dan juga kondisi uang kuno sangat mempengaruhi harganya... Setelah saya lihat dikatalog, koin 1913 Liberty nickel ini ternyata hanya diketahui/ditemukan 6 keping di dunia (extremely rare) dan juga merupakan koin specimen ...
Dalam berinvestasi ada prinsip : Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang, jadi seandainya keranjangnya jatuh, telur tidak pecah semua…Memang ada baiknya kita menyimpan dalam bentuk emas, property, mata uang asing, saham, numismatic,dll. Namun yang patut menjadi bahan pertimbangan adalah porsi /jumlah dana yang kita alokasikan dalam setiap sarana investasi tersebut, dan kita harus benar-benar mencari informasi/cara bermain dari instrumen investasi tersebut… Salam numismatik..
Benar-benar komentar yang berbobot, saya sangat setuju sekali bahwa pada setiap instrumen investasi ada bandarnya. Demikian juga di bidang numismatik, ada kolektor2 tertentu yang biasa disebut investor yang menyetok dan menyimpan uang2 kuno dalam jumlah luar biasa banyaknya. Otomatis harga pasaran akan dikendalikan oleh para bandar, termasuk harga di KUKI juga ditentukan oleh mereka. Jadi benar seperti yang saya katakan bahwa harga sebenarnya adalah harga lelang, bukan harga di katalog.
Bila ada diantara teman2 yang berminat untuk menjadi investor, saya berikan rahasianya:
Beli dan kumpulkanlah hanya satu atau dua jenis uang kertas saja. Misalnya pecahan 10 ribu gamelan, maka anda hanya perlu membeli uang yang sama setiap kali melihatnya ada di pasaran. Pasang iklan dan sapu bersih semuanya sehingga tidak ada lagi yang tersisa maka harga uang tersebut berada di tangan anda. Tetapi ingat kita tidak pernah tahu berapa jumlah pasti uang gamelan yang tersisa di pasar, bisa saja cuma tersisa beberapa ratus lembar sehingga bisa diborong oleh anda semuanya, tetapi mungkin juga masih tersisa 1 juta lembar.
Selamat menjadi investor.
Terima kasih atas komentarnya. Sangat ditunggu saran, komentar atau kritik dari teman2 semua.
Salam numismatik
Jakarta 1 Februari 2010
0 komentar:
Posting Komentar