Kita semua pasti pernah melihat uang ini, De Javasche Bank 10 Gulden yang bergambar sepasang penari Jawa. Selain cukup sering ditemukan, uang ini juga bernilai tidak terlalu tinggi sehingga hampir pasti ada di album setiap kolektor. Karena terlalu seringnya kita melihat uang ini, kita menjadi terbiasa dan mengacuhkannya, padahal uang yang indah ini menggambarkan sepasang karakter wayang orang yang sangat menarik untuk diceritakan.
Siapakah sepasang karakter wayang orang yang digambarkan pada pecahan ini?
Mari kita bahas bersama.
Variasi
Uang yang sering disebut wayang 10 Gulden ini merupakan uang seri wayang yang pertama kali diedarkan yaitu pada tahun 1933. Pecahan-pecahan lain diedarkan mulai 1934, bahkan pecahan 50 Gulden ke atas baru beredar tahun 1938.
Uang ini terdiri dari 3 variasi tanda tangan :
Uang ini terdiri dari 3 variasi tanda tangan :
1. Praasterink - Buttingha Wichers (2 Oktober 1933 - 6 Februari 1934)
2. JC van Waveren - Buttingha Wichers (20 September 1937 - 19 September 1938)
3. RE Smits - Buttingha Wichers (28 Juli 1939 - 31 Agustus 1939)
Sekarang mari kita perhatikan dengan teliti siapakah tokoh wayang yang ingin digambarkan oleh CA Lion Cachet pada uang ini.
Tidak seperti pecahan 5 Gulden yang menampilkan tokoh yang flamboyan dan tanpa kesaktian, pecahan ini menampilkan sosok yang garang. Perhatikan saja matanya yang melotot menatap tajam ke depan, kumisnya yang lebat dan rambutnya yang panjang terurai, semuanya memberikan kesan bahwa dia adalah seorang petarung handal. Dunia pewayangan mengenal banyak sekali petarung hebat, lalu dimanakah letak ciri khasnya sehingga dengan sekali lihat maka para ahli wayang langsung mengetahui siapa tokoh tersebut?
Perhatikan baju yang dikenakan, karena disana letak kuncinya..
Baju yang dipakai memiliki motif seperti sisik ular, dengan demikian para pemerhati wayang sudah langsung tau bahwa tokoh yang ingin digambarkan adalah ANTAREJA.
ANTAREJA merupakan putra sulung dari Dewi Nagagini dan cucu dari Batara Antaboga, dewanya bangsa ular. Sewaktu masih bayi ANTAREJA dilumuri ludah sang kakek sehingga kulitnya menjadi bersisik dan kebal terhadap semua senjata. Selain itu ANTAREJA juga memiliki cincin Mustikabumi yang bisa menghidupkan kembali orang yang meninggal sebelum takdirnya.
ANTAREJA merupakan putra sulung dari Dewi Nagagini dan cucu dari Batara Antaboga, dewanya bangsa ular. Sewaktu masih bayi ANTAREJA dilumuri ludah sang kakek sehingga kulitnya menjadi bersisik dan kebal terhadap semua senjata. Selain itu ANTAREJA juga memiliki cincin Mustikabumi yang bisa menghidupkan kembali orang yang meninggal sebelum takdirnya.
Antareja versi wayang orang
Daftar kesaktian ANTAREJA :
1. Berkulit Napakawaca yang kebal terhadap senjata
2. Cincin Mustikabumi yang menjauhkan kematian selama masih menyentuh bumi serta dapat membangkitkan kematian yang belum takdirnya
3. Dapat berjalan menembus tanah atau bumi
4. Berlidah sakti, mahluk apapun yang dijilat telapak kakinya pasti akan mati
Antareja versi wayang kulit
ANTAREJA menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda (beberapa literatur menyebutkan nama Jayasena).
Sehingga sangat mungkin gambar pasangannya dalam pecahan 10 Gulden ini adalah isterinya Antereja yaitu Dewi Ganggi.
Raden Antareja dengan Dewi Ganggi
Menurut kisah sewaktu dalam perjalanan ANTAREJA terkejut melihat sesosok mayat wanita yang berada di atas perahu, setelah diteliti ternyata mayat tersebut adalah Wara Subadra istri Arjuna. Dengan cincin Mustikabumi miliknya, ANTAREJA dapat menghidupkan kembali Subadra yang meninggal dengan tidak sengaja alias belum waktunya karena dibunuh oleh Burisrawa yang memiliki tubuh raksasa, berilmu tinggi serta berwajah buruk.
Gatotkaca sebagai keponakan Wara Subadra yang mendapat tugas untuk mengawasi jenazah Wara Subadra menjadi curiga dan menuduh ANTAREJA yang membunuh Wara Subadra. Keduanya lalu berperang dengan hebat, namun segera dicegah oleh Sri Kresna dan diberi nasehat bahwa keduanya masih saudara lain ibu. Setelah terbangun dari kematian Wara Subadra sendiri mengaku bahwa yang membunuh dirinya itu satriya Madyapura bernama Raden Burisrawa. ANTAREJA dan Gatotkaca sangat gembira mengetahui kalau mereka masih bersaudara dan bahu membahu mencari dan menangkap pelaku pembunuhan yaitu Raden Buriswara.
Antareja dan Gatotkaca ternyata merupakan dua tokoh yang bersaudara tiri, keduanya sangat sakti dan mereka bekerja sama untuk mencari sang musuh. Apakah cerita ini yang mendasari pemilihan gambar Gatotkaca pada pecahan Dai Nippon 10 Roepiah? Tentu bukan kebetulan gambar Gatotkaca ditampilkan pada pecahan bernominal sama tersebut (apakah teman-teman mengetahui ciri khas Gatotkaca, sehingga dengan sekali pandang para ahli pewayangan bisa langsung mengenalinya?).
Sangat mungkin penggagas gambar pecahan Dai Nippon 10 Roepiah ingin melukiskan bahwa Pemerintah Dai Nippon yang digambarkan sebagai Gatotkaca bekerja sama dengan penduduk pribumi yang digambarkan sebagai Antareja berperang bahu membahu mengusir musuh bersama yang digambarkan sebagai raksasa berwajah jelek yaitu Belanda.
Gatotkaca sebagai keponakan Wara Subadra yang mendapat tugas untuk mengawasi jenazah Wara Subadra menjadi curiga dan menuduh ANTAREJA yang membunuh Wara Subadra. Keduanya lalu berperang dengan hebat, namun segera dicegah oleh Sri Kresna dan diberi nasehat bahwa keduanya masih saudara lain ibu. Setelah terbangun dari kematian Wara Subadra sendiri mengaku bahwa yang membunuh dirinya itu satriya Madyapura bernama Raden Burisrawa. ANTAREJA dan Gatotkaca sangat gembira mengetahui kalau mereka masih bersaudara dan bahu membahu mencari dan menangkap pelaku pembunuhan yaitu Raden Buriswara.
Antareja dan Gatotkaca ternyata merupakan dua tokoh yang bersaudara tiri, keduanya sangat sakti dan mereka bekerja sama untuk mencari sang musuh. Apakah cerita ini yang mendasari pemilihan gambar Gatotkaca pada pecahan Dai Nippon 10 Roepiah? Tentu bukan kebetulan gambar Gatotkaca ditampilkan pada pecahan bernominal sama tersebut (apakah teman-teman mengetahui ciri khas Gatotkaca, sehingga dengan sekali pandang para ahli pewayangan bisa langsung mengenalinya?).
Sangat mungkin penggagas gambar pecahan Dai Nippon 10 Roepiah ingin melukiskan bahwa Pemerintah Dai Nippon yang digambarkan sebagai Gatotkaca bekerja sama dengan penduduk pribumi yang digambarkan sebagai Antareja berperang bahu membahu mengusir musuh bersama yang digambarkan sebagai raksasa berwajah jelek yaitu Belanda.
Terlalu kebetulan kalau kedua pecahan bernominal sama tersebut memiliki cerita yang berhubungan, Antareja pada wayang 10 Gulden ternyata saudara tiri dari Gatotkaca pada Dai Nippon 10 Roepiah dan keduanya bertempur menghadapi musuh yang sama yaitu Belanda
Bagaimana menurut teman-teman, bukankah filosofi dibalik gambar uang kuno itu sangat menarik? Para penggagas dan pelukisnya benar-benar sosok yang sangat memahami dan memiliki pengetahuan yang tinggi.
Karena itu sudah sewajarnya kita ikut memelihara kelestariannya.
Jakarta 24 Mei 2014
Terima kasih kepada pak Gatot, kurator Museum BI pusat
Disari dari berbagai sumber, kritik dan saran hubungi email arifindr@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar